Tafakur

Kenapa tak henti-hentinya dirimu melupakan Alloh?, Padahal sedetikpun Dia tak pernah melupakanmu, Kenapa tak henti-hentinya kau puja cinta yang tak sebenarnya?, Sedangkan Sang Maha Cinta tak pernah melepaskan Cinta-Nya darimu.

Menu

Berlangganan

Dapatkan Artikel Terbaru Sufizone

Masukkan Alamat Email Kamu:

Delivered by FeedBurner

Visitor

Imam Ja’far al-Shadiq as berkata : “Tidak ada sesuatu pun melainkan baginya ada batas akhirnya kecuali berzikir. Karena sesungguhnya zikir itu tidak memiliki batasan akhirnya. Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan beberapa kewajiban yang manakala seseorang melakukannya maka ada batasannya. …kecuali zikir, maka sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak ridha dengan zikir yang sedikit dan Allah juga tidak menetapkan batasan akhirnya. Kemudian Abi Abdillah (Imam Ja’far) as membacakan ayat : “Wahai orang-orang yang beriman! Berzikirlah kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya pada pagi hari dan petang.” 8]

Allah Swt tidak ridha dengan zikir yang sedikit, karena selain zikir yang sedikit juga bisa dilakukan oleh kaum munafiq, zikir yang sedikit juga tidak memberikan dampak terhubungkannya kita dengan Asma Allah. Sesungguhnya Allah SwT menginginkan kita berzikir dengan zikir yang sebanyak-banyaknya adalah agar kita memperoleh kesadaran, yang salah satunya adalah kesadaran bahwa kita (manusia) memiliki hubungan yang tak terpisahkan dengan alam dan lingkungan kita sendiri. Banyak kesadaran yang dapat kita peroleh di dalam ketekunan berzikir, di antaranya Kesadaran Insaniyyah dan Kesadaran Ilahiyyah.

APA ITU KESADARAN INSANIYYAH?

Kesadaran Insaniyyah adalah suatu bentuk kesadaran akan kemanusiaan yang ada dalam diri kita. “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (ayat-ayat) bagi orang-orang yang meyaqini, dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?

(QS 51 : 20-21)

Kesadaran ini berawal dari pertanyaan-pertanyaan seperti : Dari manakah asal usul kita sebenarnya? Dimanakah kita saat ini? Dan hendak kemanakah kita ini? Namun yang paling esensial dari semua pertanyaan yang timbul, adalah pertanyaan “Siapakah aku ini?”

Seseorang mesti peduli dengan keberadaannya, jika tidak, ia akan tidak berbeda seperti hewan atau binatang ternak yang hidup hanya untuk makan, minum, berkembang biak, buang kotoran, dan kemudian mati.

Dan mereka (orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya) berkata : “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan dunia ini saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” (QS 45 : 24)

EMPAT SIFAT KESADARAN BINATANG

Pertama, Kesadaran binatang bersifat dangkal, artinya kesadaran atas lingkungannya hanya mengandalkan inderawinya. Kesadaran seperti ini tidak melibatkan kesadaran akan esensi atau seluk beluk obyek kesadaran.

Kedua, Kesadaran binatang juga bersifat tunggal dan terbatas, artinya binatang tidak mampu melakukan generalisasi.

Ketiga, Kesadaran binatang bersifat regional dan terbatas hanya pada habitat binatang saja dan tidak memiliki kemampuan untuk melampaui batasan lingkungannya.

Keempat, Kesadaran binatang bersifat temporer, sementara, tergantung pada masa kini, terputus dari masa lalu dan masa mendatang. Binatang tidak tahu sedikitpun tentang dunia dan sejarahnya. Kalau pun binatang mampu melampaui batasan-batasan ini maka hal itu tidak terjadi berdasarkan ilmu pengetahuan, akal sehat dan pilihan melainkan secara tidak sadar dan bersifat naluriyah belaka. 9]

Sebaliknya, kesadaran manusia bahkan mampu melampaui subyek dan obyeknya, dan kesadaran yang mampu melampaui subyek dan obyek inilah yang disebut Kesadaran Insaniyyah.

Rasulullah saww bersabda : “Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu” : “Barangsiapa yang mengenal diri (nafs)–nya maka sungguh ia akan mengenal Tuhannya.” 10]

Siapapun yang bersungguh-sungguh mencari jati dirinya niscaya kesungguhan dan ketulusannya akan mengantarkannya kepada pengenalan kepada Tuhannya yang merupakan asalnya. “Inna lillahi wa inna ilahi raji’un” : “Sesungguhnya kami ini milik (dari) Allah dan kepada-Nya pula kami akan kembali” (QS 2 : 256)

Laa hawla wa laa quwwata illa billah…

Sumber : qitori

Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc


Related Post



0 komentar

Posting Komentar

Share this post!
Facebook Delicious Digg! Twitter Linkedin StumbleUpon

Share

Share |

Artikel terbaru

Do'a

اللهم إني أسألك إيمانا يباشر قلبي ويقيناً صادقاً حتى أعلم أنه لن يصيبني إلا ما كتبته علي والرضا بما قسمته لي يا ذا الجلال والإكرام

Translation

Artikel Sufizone

Shout Box

Review www.sufi-zone.blogspot.com on alexa.com How To Increase Page Rankblog-indonesia.com blogarama - the blog directory Active Search Results Page Rank Checker My Ping in TotalPing.com Sonic Run: Internet Search Engine
Free Search Engine Submission Powered by feedmap.net LiveRank.org Submit URL Free to Search Engines blog search directory Dr.5z5 Open Feed Directory Get this blog as a slideshow!