Kemudian saya jadi teringat pesan guru mengaji saya untuk mengisi hati saya dengan “rasa TAKUT dan rasa MALU”
Karena kedua rasa itu akan menyelematkan saya dunia dan akhirat, dulu ketika kecil saya takut sekali berbuat salah, berbuat dosa sekecil apapun itu karena kata Ayah saya “dosa itu masuk neraka” dan neraka dalam bayangan kecil saya tentulah api yang berkobar kobar membakar saya, duh takutnya saat itu. Lalu seiring dengan usia saya lupa “Di mana saya letakkan rasa takut itu?” bahkan saya berani berbuat dosa padahal saya tahu ALLAH tak pernah tidur, ALLAH melihat, begitu mudahnya saya meniadakan ALLAH yang telah meminjamkan saya napas, saya ternyata tidak tahu lagi dimana saya meletakan rasa takut
Dan yang lebih parah lagi saya juga lupa meletakan rasa malu, tak lagi malu saat obyek maksiat menggoda saya, saat kemesraan dipertontonkan secara aneh dan saya menikmatinya? iya malu kepada ALLAH tak ada lagi tuh, bergandengan tangan dengan kekasih saat ke toko buku atau ke undangan itu normal dihati saya yang gak perlu malu [gak waras], malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun tahajud saya kerjakan ini juga lumrah dihati saya yang gak punya rasa malu. “Jadi, dimana saya kubur rasa malu?” gak malu saat ALLAH memberi saya mata untuk melihat saya gunakan untuk menatap lelaki tampan yang bukan hak saya untuk saya pelototin, diberi lidah saya gunakan untuk bergibah, diberi rejeki tak saya zakatkan, sementara saya tahu ALLAH meminta saya menggunakan harta saya untuk melihat si fakir yang membutuhkan bantuan saya, ya ALLAH, dimana saya letakan rasa malu jika saya merasa semua yang saya miliki adalah hasil usaha saya sendiri bukan dariMU
“Wajarlah hari gini, masa ngelirik aja gak boleh? mumpung masih mudah De“ dan setan memanjakan saya, “Jamaklah, bila saya main mata dimasjid disela sela ceramah pak ustadz saya malirik lelaki muda berjanggut rapi dan berbaju koko, berperawakan putih dan tinggi” setan mengamini yang saya lakukan, “bercanda dan kenalan kan bagian dari iktiar mencari jodoh De jadi gak apa, pacaran juga boleh yang penting gak zina” gak zina? gak zina saya katakan ketika mata saya blink blink melihat senyum manisnya, ketika hati saya berdegup kencang saat dia merayu saya, gak zina saat dari sebelum tidur sampai tidur lagi hanya dia yang saya pikirkan, berpikir bagaimana kalau malam ini saya tidak tidur sendiri… ah lembutnya bisikian setan
Iya ketika rasa malu dan rasa takut lupa saya letakan dimana, betapa jamaknya ‘dosa kecil’ itu dalam hati saya, semua nampak biasa dan lumrah, nikmatnya luar biasa … jika sudah begini, masih adakah ALLAH dihati saya? jawabannya jelas TIADA.
Nauzubillahimindzalik !
Mustinya saya tahu, bahwa rasa takut dan rasa malu kepada ALLAH itu membuat saya mampu untuk menghalalkan yang halal dan sanggup mengharam yang haram… ya ALLAH letakan dihati kami rasa malu dan rasa takut, tanamkan keyakinan dalam hati kami bahwa kemanapun kami hadapkan wajah kami disitu ada ENGKAU, tak ada yang luput dari penglihatanMU, pendengaranMU.
Mari, kita tanya hati kecil kita saat ini, dimana kita letakan rasa malu dan takut kepada ALLAH? ketika kita melakukan dosa kecil tanpa takut takut dan malu malu, inilah indikator tiada ALLAH dihati kita, ketika kita menganggap ALLAH tak ada, maka kemana lagi kita meminta saat luka, iya kemana lagi … jadi jangan marah ketika kita memohon dan ALLAH anggap kita gak ada, karena keseharian kita sudah meniadakan ALLAH, iya kemana lagi
sumber : http://rinduku.wordpress.com
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Posting Komentar