Tafakur

Kenapa tak henti-hentinya dirimu melupakan Alloh?, Padahal sedetikpun Dia tak pernah melupakanmu, Kenapa tak henti-hentinya kau puja cinta yang tak sebenarnya?, Sedangkan Sang Maha Cinta tak pernah melepaskan Cinta-Nya darimu.

Menu

Berlangganan

Dapatkan Artikel Terbaru Sufizone

Masukkan Alamat Email Kamu:

Delivered by FeedBurner

Visitor

Syeikh Abu Nashr As-Sarraj
Kefakiran
Syekh Abu Nashr as-Sarraj — rahimahullah — berkata: Saya pernah mendengar jawaban Ibnu Salim ketika ditanya tentang dzikir, “Ada tiga macam bentuk dzikir: dzikir dengan lisan yang memiliki sepuluh kebaikan, dzikir dengan hati yang memiliki tujuh ratus kebaikan dan dzikir yang pahalanya tidak dapat ditimbang dan dihitung,
yaitu puncak kecintaan kepada Allah serta perasaan malu karena kedekatan-Nya.”

Al- Junaid -rahimahullah- berkata, “Kefakiran adalah samudra cobaan (bala’), namun seluruh cobaannya adalah kemuliaan.” la ditanya tentang kapan orang fakir yang jujur ini mengharuskan masuk surga sebelum orang-orang kaya dengan tenggang waktu lima ratus tahun? Maka la menjawab, “Jika si fakir ini bermuamalah kepada Allah dengan hati nuraninya, setuju dengan Allah pada apa yang tidak diberikan-Nya, sehingga kefakirannya dianggap sebagai nikmat dari Allah yang diberikan kepadanya, dimana la merasa takut bila kefakirannya itu hilang sebagaimana ia merasa takut bila kekayaannya itu hilang. Ia selalu bersabar, berniat karena Allah dan bersenang hati dengan kefakiran yang telah dipilihkan Allah untuknya, dengan tetap menjaga agamanya, menyembunyikan kefakirannya, menampakkan kekecewaannya terhadap makhluk dan merasa cukup dengan Allah dalam kefakirannya, sebagaimana difirmankan Allah Swt., ‘(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orangkaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.’ (Q.S. al-Baqarah: 273).

Apabila si fakir memiliki sifat-sifat tersebut, maka la akan masuk surga sebelum orang-orang kaya dengan tenggang waktu lima ratus tahun. Sementara hari Kiamat cukup baginya sebagai beban untuk menunggu dan diperhitungkan amalnya.”
Ibnu al Jalla’ -rahimahullah- berkata, “Barangsiapa tidak menyertai kefakirannya dengan sikap wara` (jaga diri dari syubhat), maka la akan terjerumus pada hal-hal yang diharamkan secara pasti, sementara la sendiri tidak menyadarinya.”
Al Junaid -rahimahullah- pernah ditanya, “Siapakah orang yang paling mulia?” Lalu la menjawab, “Yaitu orang fakir yang ridha.”
Al-Muzayyin -rahimahullah- pernah mengatakan, “Batas kefakiran ialah bila orang yang fakir tidak bisa lepas dari kebutuhan.”
Ia juga mengatakan, `Apabila si fakir kembali kepada Allah Azza wa Jalla maka la akan bisa diterangkan bahwa la disertai ilmu pengetahuan, akhirnya la bingung dalam keberadaannya.”
Sementara al Junaid -rahimahullah- mengatakan, “Seseorang tidak bisa memastikan dengan benar akan kefakirannya sehingga la yakin bahwa di hari Kiamat nanti tidak ada orang yang lebih fakir daripada dirinya.”

Pendapat Mereka Tentang Ruh

Asy-Syibli -rahimahullah- mengatakan, "Hanya dengan Allah, ruh, jasad dan bersitan-bersitan hati bisa eksis, dan bukan karena eksistensi dzatnya masing-masing."
Ia juga pernah berkata, "Ruh itu penuh keramahan dan kelembutan, kemudian ia menggantung pada ujung hakikat. Ia tidak tahu siapa sebenarnya yang disembah dan berhak sebagai peribadatan, dimana la tidak mendekat kepada Dzat Yang Maha Menyaksikan (asy-Syahid) dengan tanpa melihat pada fenomena-fenomena alam yang menjadi saksi (Masyahid). la yakin, bahwa makhluk tidak akan bisa memahami Dzat Yang Maha Qadim dengan SifatNya yang bisa diberi alasan."
Syekh Abu Nashr as-Sarraj -rahimahullah- berkata: Saya pernah melihat pembahasan al Wasithi -rahimahullah- tentang ruh, dimana la mengatakan, "Ruh itu ada dua macam: ruh yang menghidupkan makhluk, dan ruh yang menjadi penerang hati. Dan ruh yang terakhir inilah yang difirmankan Allah Swt.:
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (nilai spiritual al-Qur'an) dengan perintah Kami.”
(Q.S. asy-Syura: 52).

la dinamakan ruh karena kelembutannya. Jika anggota tubuh berbuat kejelekan yang menyalahi adabnya, maka ruh akan terhalang dari sentuhan-sentuhan sebab yang menyakitkan."
Al Wasithi melanjutkan, "Ketika perhatian-perhatian itu terjadi pada ruh, maka ia akan menapak lebih tinggi pada hari-hari dan waktunya, la tahu segala yang mengajaknya berbicara dan memberi isyarat pada yang bisa dilihat."
Selanjutnya al Wasithi mengatakan, "Sesungguhnya itu adalah dua unsur: ruh dan akal. Maka ruh tidak dapat memberi kepada ruh sesuatu yang dicintainya. Demikian pula akal tidak siap untuk menolak dari akal sesuatu yang tidak disukainya."
Dikisahkan dari Abu Abdillah an-Nibaji yang mengatakan, “Apabila seorang arif telah bisa ‘sampai' (wushul), maka dalam dirinya terdapat dua ruh: ruh yang tidak mengalami perubahan dan perbedaan, dan ruh yang mengalami perubahan dan perbedaan."
Sebagian kaum Sufi mengatakan, "Ruh itu ada dua macam: ruh yang bersifat qadim dan ruh manusiawi (basyariyyah). Mereka berpendapat demikian atas dasar sabda Rasulullah Saw.:
"Kedua mataku tidur, namun hatiku tidak tidur." (H.r. Bukhari-Muslim dari Aisyah).

Maka secara lahiriah beliau tidur dengan ruh manusiawinya, sementara batinnya tidak tidur dan selalu terjaga tanpa mengalami perubahan.
Demikian halnya dengan sabda beliau:
"Sesungguhnya aku dijadikan lupa supaya aku bisa membuat sunnah. "
Sementara itu beliau juga pernah memberitahu, bahwa beliau tidak pernah dijadikan orang yang lupa. Maka apa yang diberitahukan ini adalah kondisi ruh qadim.
Demikian pula dengan sabda beliau:
“Aku tidaklah seperti kalian, sesungguhnya aku senantiasa berada dalam lindungan Tuhanku Yang memberiku makan dan minum."

Apa yang diberitahukan ini adalah sifat ruh qadim. Sebab beliau memberitahukan tentang sifat-sifat yang bukan sifat-sifat ruh. Syekh Abu Nashr as-Sarraj - rahimahullah - berkata: Pendapat tentang ruh yang dikemukakan tersebut adalah tidak benar. Sebab sifat keqadiman tidak akan bisa terpisah dari Dzat Yang Maha Qadim, sementara makhluk tidak sambung dengan Yang Maha Qadim - Semoga Allah senantiasa memberi taufik.
Saya pernah mendengar Ibnu Salim ditanya tentang pahala dan siksa, "Apakah pahala dan siksa diberikan pada ruh dan jasad atau hanya pada jasad?" Maka ia menjawab, "Taat dan maksiat tidak muncul dari jasad saja tanpa ruh atau dari ruh saja tanpa jasad, sehingga pahala dan siksa hanya diberikan pada jasad saja atau pada ruh saja. Maka orang yang berpendapat bahwa ruh itu mengalami reinkarnasi, perpindahan dan keqadiman, maka ia benar-benar tersesat dan sangat merugi."

Isyarat
Syekh Abu Nashr as-Sarraj -rahimahullah- berkata: Jika ada seseorang bertanya, "Apa makna isyarat?" Maka jawablah, "Pada firman Allah, ‘Maha Suci Dzat' (Q.s. al-Furqan:1).
Maka lafadz ‘alladzii’ dalam ayat tersebut adalah suatu kirzayah (metonimia). Sementara metonimia adalah seperti isyarat dalam kelembutan maknanya. Dan isyarat hanya bisa dipahami oleh para tokoh yang memiliki keilmuan yang tinggi."

Asy-Syibli -rahimahullah- berkata, "Setiap isyarat yang digunakan makhluk untuk memberi isyarat kepada al-Haq adalah dikembalikan kepada mereka, sehingga mereka memberi isyarat kepada al-Haq dengan al-Haq, yang mana mereka tidak menemukan jalan untuk menuju ke sana."
Abu Yazid al-Bisthami mengatakan, "Orang yang paling jauh dari Allah ialah orang yang paling banyak memberi isyarat kepadaNya." Kemudian la bercerita, ‘Ada seseorang datang kepada al-Junaid bertanya tentang suatu masalah. Kemudian al-Junaid memberi isyarat dengan kedua matanya melihat ke langit. Lalu orang tersebut berkata, ‘Wahai Abu al-Qasim, jangan memberi isyarat kepadaNya, sebab Dia lebih dekat dengan Anda daripada apa yang Anda isyaratkan.' Maka
al- Junaid berkata, ‘Anda benar.' Dan kemudian tertawa."

Dikisahkan dari Amr bin Utsman al-Makki -rahimahullah- yang mengatakan, "Hakikat para sahabat kami adalah Tauhid sementara isyarat mereka dianggap syirik."
Sebagian kaum Sufi berkata, "Masing-masing orang ingin memberi isyarat kepada-Nya, akan tetapi tidak seorang pun diberi jalan menuju ke sana."
Dikisahkan dari al Junaid -rahimahullah- yang pernah berkata kepada seseorang, "Dia itukah yang Anda beri isyarat wahai laki-laki? Berapa kali Anda memberi isyarat kepada-Nya? Tinggalkan, maka Dia akan memberi isyarat kepada Anda."
Abu Yazid -rahimahullah- berkata, "Barangsiapa memberi isyarat kepada-Nya dengan ilmu, maka la telah kufur, sebab isyarat dengan ilmu hanya terjadi pada sesuatu yang diketahui. Dan barangsiapa memberi isyarat kepada-Nya dengan ma'rifat maka ia telah kufur (mulhid) sebab isyarat dengan ma'rifat hanya terjadi pada hal-hal yang bisa dibatasi."

Saya mendengar ad-Duqqi bercerita: Az-Zaqqaq -rahimahullah- pernah ditanya tentang ‘murid', maka la menjawab, "Hakikat murid ialah dengan memberi isyarat kepada Allah Swt, sehingga ia bisa menemukan Allah bersamaan dengan isyarat itu sendiri." Kemudian la ditanya, "Lantas apa yang bisa memahami kondisi spiritualnya?" la menjawab, "Ialah menemukan Allah Swt. dengan menghilangkan isyarat?" Permasalahan ini dikenal dari al Junaid.
An-Nuri -rahimahullah- mengatakan, "Dekatnya kedekatan tentang apa yang kita beri isyarat adalah jauhnya kejauhan."
Yahya bin Mu'adz -rahimahullah- berkata, "Jika Anda melihat seseorang memberi isyarat kepada suatu perbuatan maka tarekat (cara) yang ia tempuh adalah tarekat wara’ (jaga diri dari syubhat). Jika Anda melihat seseorang memberi isyarat kepada ilmu maka tarekat yang la tempuh adalah tarekat ibadah. Jika Anda melihatnya memberi isyarat pada keamanan dalam rezeki maka tarekatnya adalah tarekat zuhud. Jika Anda melihatnya memberi isyarat pada ayat-ayat Tuhan, maka tarekatnya adalah tarekat al-Abdal (para pengganti). Jika Anda melihatnya memberi isyarat kepada nikmat-nikmat Allah maka tarekatnya adalah tarekat para arif."
Abu All ar-Rudzabari -rahimahullah- mengatakan, "Ilmu kami ini adalah isyarat. Jika telah menjadi ungkapan maka akan tidak jelas (samar)."
Seseorang menanyakan suatu masalah kepada Abu Ya'qub as-Susi -rahimahullah- dimana la hanya memberikan isyarat atas pertanyaannya itu. Maka as-Susi menjawab, "Wahai laki-laki yang bertanya, sebenarnya kami bisa menjawab pertanyaan Anda tanpa dengan isyarat yang Anda berikan." Tampaknya Abu Ya'qub tidak menyukai isyaratnya.

Kepandaian (azh-Zharf)

Al Junaid -rahimahullah- pernah ditanya tentang makna azh-zharf, maka ia menjawab, “Yaitu menghindari segala bentuk akhlak yang rendah, dan menggunakan segala akhlak yang mulia, Anda berbuat semata karena Allah kemudian Anda tidak melihat bahwa diri Anda merasa berbuat.”

Muru’ah
Ahmad bin Atha' -rahimahullah- ditanya tentang muru'ah, maka la menjawab, "Jangan menganggap banyak amalan yang Anda lakukan untuk Allah, dan ketika Anda melakukan suatu amal maka seakan-akan Anda tidak pernah melakukan sesuatu, sementara Anda menginginkan yang lebih banyak dari itu."

Nama Sufi
Mengapa kelompok ini disebut dengan sebutan Sufi? Maka Ibnu ‘Atha' -rahimahullah- memberikan jawaban, "Mereka disebut dengan nama itu, karena bersihnya kelompok tersebut dari kotoran makhluk dan keluar dari tingkat kejelekan."
An-Nuri -rahimahullah- mengatakan, “Mereka disebut dengan nama ini, sebab kelompok tersebut mencakup makhluk dengan lahiriah para ahli ibadah, sementara mereka mencurahkan segalanya hanya untuk Allah dengan tingkatan orang-orang yang cinta.”
Asy-Syibli -rahimahullah- berkata, “Mereka disebut dengan nama ini, karena masih ada sisa-sisa diri (nafsu) mereka yang tertinggal. Andaikan tidak ada sisa-sisa tersebut, tentu tidak akan ada nama yang bisa melekat pada mereka.”
Sebagian kaum Sufi mengatakan, “Mereka disebut demikian disebabkan mereka bernafas dengan ruh kecukupan (al-kifayah) dan berpenampilan dengan sifat inabah (kembali kepada Tuhan).”


Rezeki
Yahya bin Mu'adz -rahimahullah- mengatakan, "Dalam wujud (keberadaan) seorang hamba, rezeki tanpa harus dicari, dan itu membuktikan bahwa rezeki diperintah untuk mencari pemiliknya."
Sebagian kaum Sufi mengatakan, "Apabila saya mencari rezeki sebelum waktunya maka saya tidak akan mendapatkannya dan apabila saya mencarinya setelah lewat waktunya saya juga tidak akan mendapatkannya dan apabila saya mencarinya tepat pada waktunya maka saya akan tercukupi."
Diceritakan dari Abu Ya'qub -rahimahullah- yang berkata: Orang-orang berbeda pendapat tentang sebab-sebab datangnya rezeki. Sebagian kaum mengatakan, bahwa sebabnya rezeki adalah berusaha dan bekerja keras. Ini adalah pendapat orang-orang Qadariyah. Sementara itu sebagian kaum yang lain mengatakan, bahwa sebabnya rezeki adalah taqwa.
Mereka berpendapat demikian atas dasar lahiriah ayat al-Qur'an:
"Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka."
(Q.s. ath-Thalaq: 2-3).

Mereka telah keliru dalam pendapatnya. Sementara Ilmu yang ada di sisi Allah, bahwa sebabnya rezeki ialah karena penciptaan. Sebagaimana yang difirmankan Allah Swt.:
“Allah-lah yang menciptakan kalian, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan."
(Q.s. ar-Rum: 40).

Allah tidak mengkhususkan pemberian rezeki-Nya kepada orang mukmin saja, tetapi juga orang kafir.
Abu Yazid bercerita: Saya pernah memuji baik seorang murid di hadapan sebagian ulama. Kemudian orang alim (ulama) tersebut bertanya, "Dari mana penghidupannya?" Saya menjawab, "Saya tidak pernah meragukan Penciptanya sehingga saya harus bertanya siapa yang memberinya rezeki." Orang alim tersebut merasa malu lalu ia tidak melanjutkan.

Masalah 1
Al Junaid -rahimahullah- ditanya, "Bagaimana bila nama seorang hamba telah hilang dan yang tetap tinggal hanya hukum Allah?" Maka la menjawab, "Perlu Anda ketahui - semoga Allah memberi rahmat kepada Anda - bahwa jika ma'rifat kepada Allah (Ma'rifat Billah) telah menjadi agung dan tinggi, maka bekas-bekas hamba akan menghilang dan simbol-simbolnya akan terhapus. Pada saat itu tampaklah ilmu al-Haq dan yang tersisa adalah nama hukum Allah Swt."
Al Junaid -rahimahullah- pernah ditanya, "Kapan seorang hamba menganggap sama antara orang yang memuji dengan orang yang mencacinya?" la menjawab, "Ketika la menyadari bahwa ia hanyalah seorang makhluk dan bahan fitnahan."

Ibnu Atha' -rahimahullah- ditanya, "Kapan la mendapatkan kedamaian hati? atau Dengan apa la bisa meraih kedamaian hati?" la menjawab, "Yaitu dengan memahami haqul-yaqin, yaitu al-Qur'an, kemudian la diberi ilmul-yaqin dan setelah itu la melihat ainul-yaqin. Pada saat itu hatinya akan merasa tenteram. Sedangkan ciri-cirinya adalah ridha atas takdir yang telah ditentukan-Nya dengan perasaan penuh wibawa dan cinta serta menganggap-Nya sebagai Pelindung dan Dzat Yang diserahi tanpa ada perasaan curiga yang mengganjal."

Abu Utsman -rahimahullah- ditanya tentang perasaan sedih yang sering dialami manusia pada umumnya, sementara la tidak tahu dari mana la datang. Maka Abu Utsman menjawab, "Sesungguhnya ruh selalu mawas diri dari perbuatan dosa dan kejahatan yang senantiasa mengintai jiwa (nafsu), sementara jiwa akan melupakannya. Dan apabila ruh menemukan jiwa telah sadar, maka kejahatannya akan ditunjukkan, akhirnya ia diselimuti rasa kegelisahan dan sedih. Inilah perasaan sedih yang sering ditemukan seseorang, sementara ia tidak mengerti dari mana la masuk ke dalam dirinya."

Firasat
Yusuf bin al-Husain -rahimahullah- pernah ditanya tentang Hadis Nabi Saw, "Hati-hatilah terhadap firasat orang mukmin karena ia melihat dengan Cahaya Allah." Maka la mengatakan, "Ini benar dari Rasulullah dan terutama orang-orang yang beriman (mukmin). Dan ini adalah kelebihan dan karamah (kemuliaan ) bagi orang yang hatinya diberi cahaya oleh Allah dan dilapangkan dadanya. Sementara itu seseorang tidak berhak memberikan keputusan hukum untuk dirinya dengan firasat tersebut, sekalipun banyak benarnya dan sedikit sekali terjadi kesalahan. Orang yang tidak bisa memberikan keputusan hukum untuk dirinya dengan hakikat keimanan, kewalian dan kebahagiaan, lalu bagaimana ia bisa memberi keputusan hukum untuk dirinya dengan kelebihan karamah? Sebenarnya itu hanyalah kelebihan bagi orang-orang beriman tanpa harus memberi isyarat apa pun kepada seseorang."

Fantasi (waham)
Ibrahim al-Khawwash -rahimahullah- pernah ditanya tentang waham, maka ia mengatakan, "Waham adalah pemisah yang berdiri sendiri antara akal dan pemahaman, dimana ia tidak bisa dinisbatkan pada akal sehingga menjadi bagian dari sifat-sifat akal dan tidak pula dinisbatkan pada pemahaman sehingga ia menjadi bagian dari sifat-sifat pemahaman. Namun la berdiri sendiri yang mirip dengan sinar antara matahari dengan air, dimana ia tidak bisa dinisbatkan pada matahari dan tidak pula pada air. Atau mirip dengan rasa kantuk antara tidur dan bangun terjaga, maka ia tidak bisa disebut orang yang sedang tidur dan tidak pula orang yang sedang bangun terjaga. Maka ini adalah kesadarannya, yakni kelangsungan akal pada pemahaman atau pemahaman pada akal, sehingga di antara keduanya tidak ada pemisah yang berdiri sendiri. Sedangkan pemahaman adalah intisari yang jernih dari akal, sebagaimana intisari segala sesuatu adalah isinya."

Masalah 2
Abu Yazid -rahimahullah- pernah ditanya tentang makna firman Allah Swt.:
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.".
(Q.s. Fathir: 32).

Maka Abu Yazid mengatakan, "Orang yang terlebih dahulu berbuat kebaikan (as-sabiq) adalah orang yang dicambuk dengan cambuk cinta (mahabbah), dipenggal dengan pedang kerinduan dan berbaring di depan ‘pintu' kewibawaan. Sementara orang yang tengah-tengah (al-muqtashid) adalah dicambuk dengan cambuk kesedihan, dipenggal dengan pedang penyesalan lalu berbaring di depan ‘pintu' kemuliaan. Sedangkan orang yang menganiaya dirinya sendiri (azh-zhalim) adalah dicambuk dengan cambuk harapan dan cita-cita, dipenggal dengan pedang ketamakan lalu terkapar di ‘pintu' siksaan."
Sementara itu kaum Sufi yang lain mengatakan, "Orang yang menganiaya dirinya sendiri akan disiksa dengan hijab (penghalang), dan orang yang berada di tengah-tengah telah masuk ke bagian dalam, sedangkan orang yang terdepan dalam melakukan kebaikan telah sujud di atas hamparan milik Sang Penguasa dan Maha Pemberi."
Sedangkan yang lainnya berkata, "Orang yang menganiaya dirinya sendiri disiksa dengan penyesalan atas kecerobohannya, sedangkan orang yang tengah-tengah diselimuti dengan perlindungan dan kehati-hatian. Sedangkan orang yang terdepan dalam melakukan kebaikan akan bersujud dengan hatinya kepada al-Haq di atas hamparan ‘permadani’. Orang yang menganiaya dirinya akan terhalang dari memperoleh penjagaan dan as-sabiq tampak melakukan sujud di atas permadani dengan hatinya kepada al-Haq. Sementara itu orang yang menganiaya dirinya sendiri akan terhalang untuk mendapatkan isyarat, orang yang tengah-tengah akan terjaga dengan isyarat yang jelas, sedangkan orang yang terdepan dalam melakukan kebaikan akan selalu dicinta dengan membenarkan isyarat."
Sementara itu ada kaum Sufi lain yang berpendapat, bahwa orang yang menganiaya diri sendiri adalah dal, orang yang tengah-tengah adalah ba', dan orang yang terdepan dalam melakukan kebaikan adalah mim.

Berandai (Tamanni)
Ruwaim bin Ahmad -rahimahullah- pernah ditanya, "Bolehkan seorang murid berandai-andai?" la menjawab, "Seorang murid tidak seyogyanya berandai-andai, la hanya boleh berharap. Sebab berandai-andai adalah melihat nafsu sedang berharap adalah melihat apa yang lebih dahulu ditentukan Allah.
Berandai-andai adalah termasuk sifat-sifat nafsu, sedangkan berharap adalah sifat hati. Dan hanya Allah Yang Maha Tahu."



http://www.sufinews.com

Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc


READ MORE - AL-Luma

Dzikirlah kepada-Ku, niscaya Aku akan dzikir kepadamu.(Q.s. Al Baqarah: 152).
“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (Q.s. Al Ahzab: 41)
“Ahli dzikir kepada-Ku adalah teman duduk-Ku.” (Hadis Qudsy yang diriwatatkan HR. Ahmad)
“Siapa yang ingin bersenang-senang ditaman syurga, perbanyaklah dzikir.” (HR.Thabrani)

Keselamatan memiliki empat bagian, yang sembilan diantaranya terdapat dalam diam kecuali dari dzikir kepada Allah Taa’la, sedangkan yang satunya lagi terdapat dalam meninggalkan pergaulan dengan orang-orang bodoh. (Ali Bin Abi Thalib)
Orang yang berdzikir kepada Allah ditengah-tengah orang-orang yang lalai berdzikir kepada-Nya seperti pohon yang hijau yang berada ditengah-tengah tanaman yang kering, dan seperti rumah yang berpenghuni diantara reruntuhan rumah. (Ali bin Abi Thalib)
Diantara indera-indera lahiriah, tidak ada yang lebih mulia daripada mata, maka janganlah kamu penuhi semua keinginannya (pandangannya) karena ia akan melalaikan kalian dari dzikir kepada Allah. (Ali Bin Abi Thalib)

Dzikir adalah membebaskan diri dari sikap lalai dan lupa dengan menghadirkan hati secara terus-menerus bersama Allah. Sebagian kalangan mengatakan bahwa dzikir adalah menyebut secara berulang-ulang dengan hati dan lisan nama Allah, salah satu sifat-Nya, salah satu hukum-Nya, atau lainnya, yang dengannya seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah. (Menurut Ibnu Athaillah)
Dzikir adalah lembaran kekuasaan, cahaya penghubung, pencapaian kehendak, tanda awal perjalanan yang benar dan bukti akhir perjalanan menuju Allah. Tidak ada sesuatu setelah dzikir. Semua perangai yang terpuji merujuk kepada dzikir dan bersumber darinya. ( Imam Abu Qasim al Qusyairi)
Dzikir adalah unsur penting dalam perjalanan menuju al Haq. Bahkan, dia adalah pemimpin dalam perjalanan tersebut. Seseorang tidak akan sampai kepada Allah kecuali dia tekun dalam berdzikir. (Imam Abu Qasim Al Qusyairi)

Tidak diragukan bahwa hati dapat berkarat seperti halnya besi dan perak. Dan alat pembersih hati adalah dzikir. Dzikir dapat membersihkannya, sehingga dia menjadi seperti cermin yang bersih. Apabila seseorang meninggalkan dzikir, maka hatinya akan berkarat. Dan apabila dia berzikir, maka hatinya menjadi bersih.Berkaratnya hati disebabkan dua perkara, yakni lalai dan dosa. Dan yang dapat membersihkannya juga dua perkara, yakni istighfar dan dzikir. Barang siapa yang lalai dalam kebanyakan waktunya, maka karat di hatinya akan menumpuk sesuai dengan tingkat kelalaiannya. Apabila hati berkarat, maka segala sesuatu tidak tergambar di dalamnya sesuai dengan faktanya. Dia akan melihat kebatilan dalam bentuk kebenaran, dan melihat kebenaran dalam bentuk kebatilan. Sebab, ketika karat hati itu bertumpuk, hati menjadi gelap, sehingga bentuk-bentuk kebenaran tidak tergambar sebagaimana adanya. Apabila karat hati bertumpuk, maka hati menjadi hitam dan pandangannya menjadi rusak, sehingga dia tidak dapat menerima kebenaran dan tidak dapat mengingkari kebatilan. Inilah siksaan hati yang paling berat. Sumber dari semua itu adalah kelalaian dan mengikuti hawa nafsu. Keduanya menghilangkan cahaya hati dan membutakannya. Allah berfirman dalam surat al Kahfi ayat 28 yang artinya : Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas. (Ibnu qayyim Al jauziyah)
Keistimewaan itu terdapat dalam ucapan, perbuatan dan benda-benda. Dan keistimewaan yang paling agung adalah keistimewaan dzikir. Sebab, tidak ada amal anak Adam yang paling dapat menyelamatkannya dari siksa Allah selain dzikir kepada-Nya. Allah telah menjadikan segala sesuatu seperti minuman. Masing-masing memiliki manfaat khusus. Dengan demikian, setiap yang umum dan yang khusus harus diperhatikan sesuai dengan kondisi setiap orang. (Ahmad Zaruq)

Tidak akan terbuka pintu maqam ridla bagi seorang hamba melainkan setelah dia mengerjakan tiga perkara pada fase awal perjalanannya, yaitu :
1. Dia tenggelam dalam nama tunggal (Allah). Dzikir dengan nama tunggal ini hanya khusus bagi orang-orang yang telah mendapat izin dari seorang mursyid kamil.
2. Dia bergaul dengan orang-orang yang berzikir
3. Dia konsisten dalam mengerjakan amal saleh, dan bersih dari noda. Dengan kata lain, dia berpegang teguh pada syariat yang dibawa Nabi Muhammad saw. (Ahmad ibn Ujaibah)

Ada tiga macam dzikir: Dzikir dengan lisan yang memiliki sepuluh kebaikan. Dzikir dengan hati yang memiliki tujuh ratus kebaikan, dan dzikir yang pahalanya tidak ditimbang dan dihitung , yaitu puncak kecintaan kepada Allah serta perasan malu karena kedekatan-Nya. (Ibnu Salim)
Tidak setiap orang yang mengaku berdzikir (mengingat Allah) meski orang ingat (Sahl bin Abdullah)
Makna dzikir adalah mengaktualisasikan pengetahuan, bahwa Allah melihat Anda. Maka dengan hati Anda menyaksikan-Nya dengan dekatdengan Anda dan Anda merasa malu dengan-Nya. Kemudian Anda memprrioritaskan-Nya daripada diri Anda sendiridan seluruh kondisi spiritual Anda. (Sahl bin Abdullah)
Hakikat dzikir adalah melupakan dzikir. Yakni melupakan dzikir Anda kepada Allah SWT. dan melupakan segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla. (Asy-Syibli)
Dzikir adalah tiang penopang yang sangat kuat atas jalan menuju Allah swt. Sungguh, ia adalah landasan bagi tharikat itu sendiri. Tidak seorang pun dapat mencapai Allah swt, kecuali dengan terus-menerus dzikir kepada-Nya. (Abu Ali ad-Daqqaq berkata)
Dzikir adalah tebaran kewalian. Seseorang yang dianugerahi keberhasilan dalam dzikir berarti telah dianugerahi taburan itu, dan orang yang tidak dianugerahinya berarti telah dipecat. (Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq )

Dzikir berarti meninggalkan bidang kealpaan dan memasuki bidang musyahadah mengalahkan rasa takut dan disertai kecintaan yang luar biasa. (al-Wasithy )
Seorang yang benar-benar dzikir kepada Allah akan lupa segala sesuatu selain dzikirnya. Allah akan melindunginya dari segala sesuatu, dan ia diberi ganti dari segala sesuatu. (Dzun Nun al-Mishry )
Seandainya bukan kewajibanku untuk berdzikir kepada-Nya, tentu aku tidak berdzikir karena mengagungkan-Nya. Orang sepertiku berdzikir kepada Allah swt.? Tanpa membersihkan mulutnya dengan seribu tobat karena berdzikir kepada-Nya!” (Muhammad al-Kattany )
Tiada sehari pun berlalu, kecuali Allah swt. berseru, ‘Wahai hamba-Ku, engkau telah berlaku zalim kepada-Ku. Aku mengingatmu, tapi engkau melupakan-Ku. Aku menghilangkan penderitaanmu, tapi engkau terus melakukan dosa. Wahai anak Adam, apa yang akan engkau katakan besok jika engkau bertemu dengan Ku’? (Sahl bin Abdullah)
Seseorang yang tidak dapat merasakan keganasan alpa, tidak akan merasakan sukacita dzikir. (Abu Utsman )
Ada hukuman atas tiap-tiap sesuatu, dan hukuman bagi seorang ahli ma’rifat adalah terputus dari dzikir kepada-Nya.(Ats-Tsaury)
Dzikir berarti tiadanya ingatan pelaku dzikir terhadap dzikirnya. (Dzun-Nun)
Dzikir dengan lidah tana dirasakan oleh hati-itulah dzikir yang biasa; dzikir dengan lidah yang disertai oleh hati-itulah dzikir yang meraih pahala; dan dzikir bilah hati mengembara dalam ingatan dan meninggalkan lidah dalam diam, nilai dzikir semacam itu hanya dikethui oleh Allah SWT. (al Kharraz)
Barangsiapa yang ingat akan dzikir-Nya lebih lalai ketimbang yang lupa akan dzikir-Nya. (Abu Bakar al Wasiti)
Carilah kemanisan dalam tiga hal: shalat, dzikir dan membaca Al-Qur’an. Kemanisan hanya dapat ditemukan di sana, atau jika tidak sama sekali, maka ketahuilah bahwa pintu telah tertutup.(Abu Sulaiman ad-Dar).



http://www.sufinews.com

Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc


READ MORE - Ensiklopedia Dzikir

Syekh Abul Hasan Syadzily
Beliau r.a. berkata: Ilmu-ilmu ini adalah benteng-benteng dan penjelasan terhadap posisi-posisi jiwa, bersitan-bersitan, tipu dayanya, dan kehendaknya, serta memutus hati dari memperhatikan, bersantai, dan bertenteraman (dengan ego) di atas jalan tauhid dan syariat dengan kemurnian cinta dan keikhlasan agama dengan sunah.
Mereka mempunyai beberapa tambahan dalam maqam-maqam keyakinan dari zuhud, sabar, harap, takut, tawakal, ridha, dan lain-Iainnya yang termasuk maqam-maqam yakin. Inilah jalan orang-orang yang menuju (kepada Allah) dalam metode interaksi.

Adapun ahlullah dan hamba-hamba istimewa-Nya, maka mereka adalah kaum yang ditarik Allah dari kejahatan dan pangkal-pangkalnya. Dia pekerjakan mereka kepada kebaikan dan cabang-cabangnya. Dia limpahkan kecintaan khalwat pada mereka, dan Dia buka jalan munajat bagi mereka. Sehingga Dia mengenalkan diri-Nya lantas mereka mengenal-Nya. Dia menumbuhkan cinta pada mereka, maka mereka mencintai-Nya. Dan Dia Yang Menunjukkan jalan, lalu mereka menempuhnya. Jadi, mereka senantiasa dengan-Nya serta untuk-Nya. Dia tidak membiarkan mereka untuk selain-Nya dan tidak mendinding mereka dari-Nya. Bahkan, mereka terdinding dengan-Nya dari selain-Nya, tidak mengenal selain-Nya, dan tidak cinta kecuali kepada-Nya. “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal” (QS Az-Zumar 39;18).

Hakikat Jalan (Tasawuf)
Jalan ini tidak ditempuh dengan kerahiban, makan gandum, kulit padi, maupun sisa produksi. Akan tetapi, dengan kesabaran dan keyakinan dalam petunjuk. Allah SWT berfirman, “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar (dalam menegakkan kebenaran) dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami, Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada hari Kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya.” (QS. As-Sajadah [32]: 24-25)

Dan, pelabuhan ini sungguh mulia, padanya lima perkara: sabar, takwa, wara’, yakin, dan makrifat. Sabar apabila disakiti, takwa dengan tidak menyakiti, wara’ terhadap yang keluar masuk dari sini —dan dia menunjuk mulutnya— dan pada hati, bahwa tidak menerobos ke dalamnya selain apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, juga keyakinan dalam rezeki, dan makrifat terhadap al-Haq yang tidak akan hina seseorang bersamanya kepada siapa pun dari makhluk. “Bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS, An-Nahl [16]: 127-128).

Hakikat orang yang berakal
Beliau r.a. berkata: Orang yang berakal adalah orang yang mengerti tentang Allah, apa-apa yang Dia kehendaki atasnya dan apa yang berasal darinya secara syariat. Dan, yang Allah inginkan dari hamba itu ada empat: adakalanya nikmat atau cobaan, ketaatan atau kemaksiatan.
Apabila kamu berada dengan nikmat, maka Allah menuntut syukur darimu secara syariat. Apabila Allah menghendaki cobaan bagimu, maka Dia menuntut kesabaran darimu secara syariat. Jika menghendaki ketaatan darimu, maka Allah menuntut darimu kesaksian terhadap anugerah dan memandang taufik secara syariat. Dan, jika menghendaki kemaksiatan darimu, maka Allah menuntut darimu tobat dan kembali kepada-Nya dengan penyesalan secara syariat.

Siapa yang mengerti empat perkara ini dari Allah dan melakukan apa yang Allah cintai darinya secara syariat, maka dia adalah hamba yang sebenar-benarnya. Dalilnya adalah sabda Nabi SAW, “Siapa yang apabila diberi lantas ia bersyukur, jika ditimpa cobaan dia bersabar, menzalimi lalu meminta ampun, dan dizalimi lalu memaafkan,” Kemudian, beliau berdiam. Para sahabat bertanya, “Apa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Merekalah yang mendapatkan keamanan dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Demikian juga dalam ungkapan sebagian mereka, “Tidak pernah gampang hal itu kecuali bagi seorang hamba yang mencinta. Dia tidak mencintai kecuali karena Allah semata atau mencintai apa yang Allah perintahkan sebagai syariat agamanya.” Wassalam.

Beliau r.a. berkata: Terdapat di sebagian khabar, “Siapa yang taat kepada-Ku dalam segala sesuatu dengan meninggalkan segala sesuatu, niscaya Aku memperkenankannya dalam setiap sesuatu; bahwa Aku ber-tajalli kepadanya pada setiap sesuatu hingga dia melihat-Ku seakan-akan Aku adalah segalanya.” Inilah ketaatan yang terdapat pada hak awam orang-orang yang saleh.

Adapun ketaatan pada hak khawdsh dari kalangan shiddiqin adalah dengan ‘keputusasaan’ dari mereka dengan menghadap kepada segala sesuatu karena bagusnya kehendak Tuhan mereka pada setiap sesuatu. Maka, seolah-olah Dia berkata, “Siapa yang taat kepada-Ku atas segala sesuatu dengan menghadap pada segala sesuatu karena bagusnya kehendak-Ku pada setiap sesuatu, bahwa Aku ber-tajalli kepadanya pada setiap sesuatu hingga dia melihat-Ku seakan-akan Aku lebih dekat kepadanya dari segala sesuatu.



http://www.sufinews.com

Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc


READ MORE - Ilmu-Ilmu Tasawuf

Nusrat Khan
Biasa dengar lagu Allahu oleh Raihan. Sebenarnya lagu itu asalnya dinyanyikan oleh Sir Nusrat Fateh Ali Khan atau yang dikenal dengan Nustrat Khan. Kepiwaiannya dalam bermusik mengantarakan sosoknya menjadi orang termasyhur sejagat. IA seorang lagenda dalam musik Qawwali jenis musik trasisional India yang syarat dengan nilai nilai sufistik. WAlaupun sebagaian mengatakan bahwa banyak mengandung unsur syiah.

Namun demikian, nusrat adalah musisi yang banyak mendapatkan perhatian. Baik oleh kalangan musisi dunia seperti Peter Gabriel hinnga Mic Jagger, beberapa musisi nasyid sekarang banyak terisniptasi olehnya. Tidak salah kalau TIME tanggal 6 November 2006, “60 Tahun dari Asia Heroes”, daftar Nusrat sebagai salah satu dari 12 seniman atas dan Pemikir dalam 60 tahun terakhir
Penyanyi rock dunia, Mick Jagger pernah menyempatkan diri menonton konser musisi yang satu ini. Ia begitu kagum luar biasa. Ia bahkan ikut larut dalam tembang yang dinyanyikan Nustat Khan. “ Beruntung aku dapat tempat duduk yang tepat sehingga dapat menyaksikansendiri reaksi para penonton terhadap Qawali. Sebagaimana di setiap sajian Qawalli, pujian kepada Alloh SWT selalu mengawali acara. Sebagian besar orang-orang Muslim itupun langsung jatuh kedalam ekstasi karena kekuatan hamd : Alloh hu, Alloh hu Alloh hu , dibelakang sebuah meja, persis di depan panggung, saya lihat Mick Jagger mengayun-ayunkan kepala dan bahunya mengikuti irama seolah tersihir,” kata Prof Ali Akbar. Bahkan ia menyebutnya dengan manusia dengan suara terindah di muka bumi.

Nusrat Fateh Ali Khan dikenal sebagai musisi yang masyhur. Pria kelahiran Pakistan 13 Oktober 1948 dikenal di seluruh dunia sebagai penyanyi yang mempunyai kemapuan luar biasa. Khususnya penyanyi Qawwali yaitu musik puji-pujian para sufi. Ia berhasil membawa musik sufi ke level internasional dan menciptakan generasi baru pecinta Qawwali, baik di Pakistan maupun di seluruh dunia. Nustrat adalah anak kelima dan putra pertama dari Ustad Fateh Ali Khan, seorang musikolog, vokalis, instrumentalis, dan Qawwal.

Secara tradisional, Qawwali dipraktekkan turun temurun. Keluarga Nusrat (yang berasal dari Afganistan) memiliki tradisi yang tak terputus dalam mementaskan qawwali selama 600 tahun. Salah satu julukan kehormatannya adalah Shahenshah-e-Qawwali, berarti Kaisar Qawwali (Emperor of Qawwals).
Khan mulai dengan belajar memainkan tabla dengan ayahnya, sebelum belajar pada Raag Vidya dan Bol Bandish. Pada tahun 1971, Nusrat menjadi pemimpin group musik Qawalli yang didirikan bersama keluarganya. Hasil rekamannya disiarkan diradio sebagai dari sebuah festival musik Jashn-e-Baharan. Khan bernyanyi terutama dalam bahasa Urdu dan Punjabi dan kadang-kadang dalam bahasa Persia, Brajbhasha dan Hindi.
Adapun hit besar pertamanya di Pakistan adalah lagu Haq Ali Ali, yang dilakukan dengan gaya dan instrumentasi tradisional. Kariernya mulai meroket setelah menandatangi kerjasama dengan perusahaan rekaman Oriental Star Agencies (OSA) Birmingham Inggris. Label ini yang mensopnsori tur konser
di Inggris pada era 80-an.

Beberapa Penghargaan

Banyak musisi yang pernah bekerjasama dengannya. Ia pernah bekerja sama dengan dedengkot World Music, Peter Gabriel tahun 1985, Peter Gabriel kemudian merilis lima album Nusrat’s Qawwali tradisional, bersama-sama dengan beberapa karya eksperimental-nya yang termasuk album Mustt Mustt dan Rise Star. Kemudian musisi Kanada Michael Brook bekerjsama di album Mustt Mustt (1990) dan Song Night (1996) Nama lainnya adalah vokalis Pearl Jam Eddie Vedder dalam 1995.
Beberapa penghargaan pernah diterimanya . Ia memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka VII 1996. Pada tahun 1997 albumnya masuk nominasi Grammy Award di Amerik untuk kategori musik rakyat tradisional.

Khan jatuh sakit dengan gagal ginjal dan hati dan meninggal 11 Agustus 1997 di London. Ia wafat Inggris dalam perjalanan ke Los Angeles untuk menerima transplantasi ginjal. Jenazahnya kemudian dibawa ke Faisal abad, Pakistan dan pemakamannya dihadiri oleh banyak orang.(Oleh: Nurul Huda)


http://www.sufinews.com

Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc


READ MORE - Tembang Sufi Nusrat Khan

Ada menu di kafe Sufi, sekali anda makan dan anda minum, airmata meleleh ke pipi. Saking pedasnya? Bukan. Tetapi karena setiap bumbunya, terus-menerus membuat hati kembali kepada Allah swt. Nah, biasanya ada model menangis. Ada menangis mata; ada menangis hati; ada pula menangis rahasia batin:

  • Menangis mata adalah tangisan kaum ma’rifat yang kembali hatinya kepada Allah swt.
  • Menangis hati adalah tangisan kaum ma’rifat yang sedang menempuh jalan menuju Allah swt.
  • Menangis rahasia batin, adalah kaum ma’rifat yang menangis karena mereka menjadi pecinta Allah swt.

Perlu diketahui, bahwa kalangan ahli ma’rifat mempunyai kesusahan yang tersembunyi di bawah rahasia batin mereka, tertutupi oleh pemikiran mereka, maka, ketika rahasia batinnya memuncak, berhembuslah angin rasa takut penuh cinta karena Kharisma Ilahi. Sedangkan hatinya bergolak jilatan api kegelisahan, yang membakar seluruh remuk redamnya kealpaan dan kelupaan kepada Tuhannya Azza wa-Jalla. Untuk sajian menunya ada beberapa piliha; anda tinggal minta pesan kepada pelayan, seputar derajat tangis anda. Silahkan dipilih:

  1. Sajian menangis karena malu, seperti tangisan Nabi Adam as.
  2. Menangis karena kesalahan, seperti tangisan Nabi Dawud as.
  3. Menangis karena takut, seperti tangisan Nabi Yahya bin Zakaria.
  4. Menangis karena kehilangan, seperti tangisan Nabi Ya’qub as.
  5. Menangis karena Kharisma Ilahi, seperti tangisan seluruh para Nabi as, yaitu dalam firmanNya: “Ketika dibacakan ayat-ayat Sang Rahman kepada mereka, maka mereka bersujud dan menangis.” (Marsyam: 58)
  6. Menangis karena rindu dan cinta, seperti tangisan Nabi Syu’aib as, ketika beliau menangis sampai matanya buta, kemudian Allah swt, mengembalikan menjadi sembuh, lalu beliau menangis lagi hingga buta kembali sampai tiga kali. Lalu Allah swt, memberikan wahyu kepadanya: “Wahai Syu’aib, bila tangisanmu karena engkau takut neraka, Aku sudah benar-benar mengamankan dirimu dari neraka. Dan jika tangismu karena syurga, Aku telah mewajibkan dirimu syurga.”

“Tidak Ya Tuhan, namun aku menangis karena rindu ingin memandangmu…” kata Nabi Syu’aib as. Kemudian Allah swt, menurunkan wahyu kepadanya,” Sungguh wahai Syu’aib! Sangat benar orang yang menghendakiKu, menangis dari dalam rindu kepadaKu. Untuk penyakit ini tidak ada obatnya, kecuali bertemu denganKu.”
Diriwayatkan bahwa Nabi saw, bersabda: “Bila seorang hamba menangis karena takut kepada Allah atas masalah ummat, sungguh Allah swt memberikan rahmat bagi ummat itu, karena tangisan hamba tadi.”

Rabi’ah ra, berkata, “Aku menangis selama sepuluh tahun karena merasa jauh dari Allah swt, dan sepuluh tahun lagi menangis karena bersama Allah swt, kemudian sepuluh tahun menangis karena menuju kepada Allah swt. Menangis karena bersama Allah, disebabkan sangat berharap padaNya. Sedangkan menangis jauh dari Allah swt, karena takut kepadaNya. Adapun menangis karena menuju Allah swt, karena sangat rindu kepadaNya.”
Salah satu Sufi berkata, “Aku masuk ke rumah rabi’ah al-Bashriyah, ketika itu ia sedang sujud. Lalu aku duduk di sisinya, hingga ia bangun mengangkat kepalanya. Kulihat ditempat sujudnya menggenang air matanya. Aku bersalam kepadanya, dan ia jawab salamku. Ia berkata, “Apa kebutuhanmu?” tanyanya.
“Aku ingin datang kepadamu..” kataku.

Lalu ia menangis, dan memalingkan wajahnya dariku. Ketika ia menangis, ia mengatakan, “Sejuknya matahatiku harus datang dariMu? Sungguh mengherankan orang yang mengenalMu, bagaimana ia bisa sibuk dengan selain DiriMu? Mengherankan sekali! Orang yang menghendakiMu, bagaimana ia menginginkan selain DiriMu?”
Silakan anda memlih, nanti akan disiapkan oleh para pelayan.

Cuci mulut yang menyucikan jiwa
Menu tutup makan dan minum, adalah cuci mulut. Menu ini terdiri dari buah-buahan dari pohon taubat dan khusyu’. Lalu berbuah syukur yang tak henti-hentinya berbuah. Bagi para peng-kafe sufi, menu cuci mulut ini sangat berarti agar tidak muncul hasrat nafsu yang ambisius dan berlebihan dalam menjalankan ubudiyah serta menyantap santapan ruhani. Karena betapa banyaknya kebenaran disampaikan dengan nafsu dan emosi, sehingga malah merusak pribadi sang muballigh atau juru dakwah itu sendiri. Itu disebabkan dakwah jadi entertain, hiburan dan industri. Dan itulah hancurnya para muballigh kita.
Mereka mesti mencuci mulutnya setelah menyantap sajian pengetahuan agama, sajian akidah dan ruhani mereka.

Cara mengkonsuminya adalah sebagai berikut:

  • Hayati dalam-dalam rasa cahaya yang tersembunyi dibalik konsumsi pengetahuan dan kema’rifatan, agar tidak lupa pada tujuan hakikinya.
  • Beristighfar dulu sebelum mencuci mulut dengan sajian buah segar cahaya ini, siapa tahu ketika mengkonsumsi makanan ruhani bercampur dengan nafsu dan syahwat.
  • Ambillah dengan Nama Allah dan gerakan tangan bersyukur.
  • Kunyahlah pelan-pelan agar seluruh mulut hati anda merasakan betapa cintanya Allah kepadamu. Sampai mulut hati anda dipenuhi oleh rasa Husnudzon (baik sangka) yang kuat kepadaNya.
  • Akhiri dengan rasa fakir, ketakberdayaan, hina dan lemah di hadapanNya

Sumber : http://www.sufinews.com

Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc


READ MORE - Menu Yang Bikin Menangis

Share

Share |

Artikel terbaru

Do'a

اللهم إني أسألك إيمانا يباشر قلبي ويقيناً صادقاً حتى أعلم أنه لن يصيبني إلا ما كتبته علي والرضا بما قسمته لي يا ذا الجلال والإكرام

Translation

Artikel Sufizone

Shout Box

Review www.sufi-zone.blogspot.com on alexa.com How To Increase Page Rankblog-indonesia.com blogarama - the blog directory Active Search Results Page Rank Checker My Ping in TotalPing.com Sonic Run: Internet Search Engine
Free Search Engine Submission Powered by feedmap.net LiveRank.org Submit URL Free to Search Engines blog search directory Dr.5z5 Open Feed Directory Get this blog as a slideshow!