Kejujuran memang mahal harganya, oleh sebab itu saya mau bersikap jujur untuk menjadi berharga …
Kalimat diatas menyindir hati nurani saya, bahwa saya kerap tidak jujur untuk alasan yang menurut saya baik, padahal kesalahan itu tidak ada yang baik, bohong ya bohong, dusta ya dusta tetep aja salah untuk tujuan kebaikan sekalipun “Jujur atau tidak toh orang tak akan tahu De yang penting gak nyakitin orang“, tapi benarkah hati nurani saya juga tak akan sakit ketika saya dusta? hati nurani akan diam ketika saya dusta? gak tuh, dia akan terus ngoceh sampai saya tak lagi sanggup berdusta, sampai saya mengakui meski tak terucap bahwa saya dusta, ya ALLAH ampuni dusta saya …
“Terus gimana dong De, kalau kita yang dibohongin” ehm saya jadi ingat ucapan guru mengaji saya “De, menilai seseorang baik atau tidak, jujur atau tidak, tulus atau tidak itu HAK ALLAH, dan jangan sekali kali mengambil hak ALLAH” iya seharusnya saya tidak perlu mengkhawatirkan apakah ada dusta atau tidak yang harus saya khawatirkan adalah sudahkah saya jujur, bukan sudahkah si dia jujur :)
Kejujuran itu, biarlah ALLAH yang menilai sepenuhnya bukan? Sebab memang terlalu rumit untuk kacamata manusia, dimensi manusia yang hanya mampu melihat sebatas mata memandang tak bisa menembus hati nurani yang selalu jujur itu, manusia dengan kemampuan pikir, hanya boleh berasumsi, boleh mengira-ira tapi dengan tetap menghidupkan kesadaran bahwa:
ALLAH, betapa terbatasnya mata kami, betapa luasnya pandanganMU.
Terbukti, kita seringkali salah menilai seseorang …
“Saya kira dia mencintai saya, ternyata tidak, saya kira dia begini ternyata begitu, saya kira dia mau terima saya apa adanya ternyata tidak, saya kira…” dan begitu banyak saya kira kira dan ternyata-ternyata tapi begini saja deh, buat saya, saya tidak ingin meletakkan kebahagiaan saya pada kejujuran orang lain atau meletakan bahagia ditangan ketidak jujuran hamba ALLAH yang lain, di tangan orang lain.
Jadi ingat ada yang suka bilang ke saya “De, sumpah lo tuh cantik” jujur gak yah orang itu? [dusta tuh De kata hati nurani saya yang tahu persis saya memang tak cantik ] ah sulitnya mendapatkan sebening kejujuran, tapi toh jujur tidak jujur tidak akan membuat saya bertambah cantik tidak pula mengurangi kecantikan saya, yang penting saya ikhlas menerima ucapan sahabat saya ini. Siapa sih yang gak mau dibilang cantik meskipun saya tahu itu dusta ah manusia emang suka dibohongin !!
Kemudian haruskah saya gelisah dengan dusta ucapan orang lain ke saya? GAK PERLU, biar ALLAH yang menilai karena tugas saya adalah jujur, bukan menilai orang jujur atau tidak, toh di hati orang yang berdusta akan bersemayam ketidak nyamanan, akan bermukim kegelisahan karena si pendusta pasti tahu, ALLAH maha Melihat, maha Mendengar dan mencatat semua dusta itu.
Kebayang gak betapa malunya ketika saya sedang mengoceh dusta dan sadar ALLAH lagi mendengar, duh !! malu banget sama ALLAH itu yang bikin gelisah :) “pengalaman pribadi ya De? makanya jujur aja bilang tidak meski menyakitkan” urrggghh dilema
Dan, sebuah ketidak jujuran juga tidak boleh menyakiti saya, apalagi mengubah dunia saya, merongrong kebahagian saya, Ikhlaskan saja kan jadi dapat pahala ikhlas tuh, jika kemudian terbukti ada dusta, biarkan saja, maafkan dan ikhlaskan toh saya juga gak selamanya jujur, dan jadikan sebagai pelajaran dan bekal, untuk menjadi lebih jujur dari kemarin.
Jadi kalau saya tidak ingin membuat hati-hati lain retak karena saya dustai, maka saya yang harus Jujur, bukan orang lain. Saya yang tidak boleh dusta, bukan orang lain.
Masa untuk menjadi baik harus menunggu orang lain berbuat baik dulu, masa mau jadi orang yang jujur harus nunggu orang lain jujur dulu … jadi kalau orang lain dusta kita harus dusta juga gitu, kan gak gitu yah.
Jadi yang harus jujur itu saya, BUKAN menunggu orang jujur dulu ke saya baru saya jujur ke orang lain
Sebab saya yang akan bertanggung jawab terhadap kejujuran atau ketidak jujuran saya di mahkamah ALLAH nanti. Iya Saya, bukan yang lain…
Jujur yok, beri diri kita harga yang mahal karena kita mampu jujur !! nikmat dipercayai orang loh, tenang hidup tanpa rasa takut dan gelisah ketahuan dusta :)
sumber : http://rinduku.wordpress.com
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Posting Komentar