Mungkin anda pernah mendengar lagu “Kepompong” yang syairnya bertemakan persahabatan. Lagu-lagu atau kisah-kisah tentang persahabatan memang sangat disukai banyak orang.
Mungkin karena persahabatan banyak menyimpan kenangan indah dan menyenangkan. Tapi banyak juga kenangan pahit yang takkan bisa kita lupakan dari sebuah jalinan persahabatan.
Namun yang paling pahit dari semuanya adalah putusnya persahabatan dengan orang yang kita cintai. Terlebih kalau orang yang kita cintai itu adalah orang shalih. Semoga kita dijauhkan Allah dari hal semacam itu. Na’udzubillah min dzalik!
Kisah di bawah ini adalah peristiwa terputusnya persahabatan akibat alasan tertentu yang mungkin dianggap sepele, padahal sebenarnya hal itu masalah besar dan bisa berakibat fatal.
Dan peristiwa yang dianggap sepele dan mengakibatkan hal besar itu terjadi pada sahabat Imam Ja’far al-Shadiq as. Suatu hari, seperti biasanya Imam Ja’far al-Shadiq as berjalan bersama sahabatnya memasuki pasar sepatu diikuti pelayan sahabat Imam yang berkulit hitam.
Di tengah pasar, sahabat Imam menengok ke belakang, namun ia tidak melihat pelayannya. Setelah melanjutkan beberapa langkah, ia kembali menengok ke belakang sambil pandangannya mencari-cari pelayannya dan ia tetap tidak menemukan pelayannya.
Untuk ketiga kalinya ia kembali membalikkan tubuhnya dan sang pelayan tak juga kunjung muncul di hadapannya. Padahal sebenarnya pelayannya itu tertinggal di belakang karena ikut sibuk melihat-lihat barang-barang di pasar.
Terakhir kali ia menengok ke belakang ia menemukan sosok pelayannya sudah berada di hadapannya. Dengan geram ia memaki pelayannya, “Dasar kamu anak zina! Anak haram! Ke mana saja kamu?”
Suara makian yang keras itu terdengar oleh Imam Ja’far as dan membuat Imam sangat terkejut sambil mengangkat tangannya dan menepuk dahiny seraya berkata, “Maha Suci Allah, mengapa engkau menghina ibunya? Selama ini kupikir engkau seorang yang shalih dan takut kepada Allah. Namun kini, nyatanya engkau tak memiliki keshalihan maupun kebajikan.”
Sahabat Imam itu menjawab, “Wahai cucu Rasulullah, pelayan ini berasal dari Sind (India), demikian pula ibunya. Engkau tentunya tahu bahwa orang Sind bukanlah Muslim, demikian juga ibu si pelayan ini, dia juga bukan seorang Muslim. Jika ia Muslim, pasti aku takkan berlaku kasar kepadanya.”
“Memang kenapa kalau ibunya bukan Muslim?” sahut Imam, “tiap ras dan agama memiliki hukum dan aturan masing-masing berkenaan dengan perkawinan. Jika mereka mematuhi hukum dan peraturan agama yang mereka anut, maka itu bukanlah zina, dan anak-anak mereka pun bukan anak haram.” Setelah menyatakan hal itu, Imam as berkata, “Mulai sekarang, menjauhlah dariku!”
Setelah peristiwa tersebut, tak seorang pun melihat Imam al-Shadiq as berjalan bersamanya hingga ajal menjemput salah seorang di antara mereka dan memisahkan mereka selamanya. Imam Muhammad al-Baqir as berkata, “Seseorang tidak akan dapat terhindar dari dosa sampai ia sanggup mengendalikan lidahnya.” (Tuhaf al-‘Uqul hal. 298)
Sumber : qitori
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Posting Komentar