Tafakur

Kenapa tak henti-hentinya dirimu melupakan Alloh?, Padahal sedetikpun Dia tak pernah melupakanmu, Kenapa tak henti-hentinya kau puja cinta yang tak sebenarnya?, Sedangkan Sang Maha Cinta tak pernah melepaskan Cinta-Nya darimu.

Menu

Berlangganan

Dapatkan Artikel Terbaru Sufizone

Masukkan Alamat Email Kamu:

Delivered by FeedBurner

Visitor

Beberapa waktu lalu, seorang Wahabi bernama Amir (pasti nama palsu, karena mereka umumnya para pengecut) memberi komentar di blog ini. Artikel di blog ini yang membongkar “Siapa sebenarnya Muhammad Ibn Abdul Wahhab” membuat orang Wahabi ini sangat gusar. Seperti biasanya kaum Wahabi yang selalu tidak fokus, karena tidak bisa menyanggah artikel tersebut, dia mulai mengeluarkan sumpah serapah, sambil menyimpangkan topik pembicaraan : apakah ada dalil tentang bolehnya Tabarruk dengan kuburan…

Tanpa ingin berbasa-basi lagi, dan semata-mata ingin menginformasikan kepada teman-teman yang membutuhkan informasi dan dalil bolehnya bertabarruk kepada kuburan orang-orang shalih, saya paparkan beberapa dalil dan hujjah yang shahih di bawah ini :

1. Daud bin Shalih meriwayatkan, “Suatu hari, Marwan melihat seseorang menghempaskan wajahnya ke pusara Nabi Saw. ‘Hai, sadarkah kamu dengan apa yang kamu perbuat?’ seru Marwan sambil menghampirinya. Ternyata orang yang dia ajak bicara adalah Abu Ayub Al-Anshari (Sahabat senior Rasulullah). ‘Tentu,’ jawab dia. ‘Aku hendak menemui Rasulullah Saw, tapi batu ini tidak memperkenankan. Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Kalian jangan sedih jika agama diurus oleh ahlinya, tapi menangislah jika agama diserahkan kepada bukan ahlinya!” [ Lihat Kitab Al-Mu‘jam Al-Ausath, 1/94; Al-Jâmi‘ Al-Shaghîr karya Al-Suyuthi, hal. 728; Kanz Al-‘Ummâl, 6/88, hadis nomor 14967; Al-Dzahabi dalam Majma‘ Al-Zawaid, 4/22; Wafâ’ Al-Wafâ karya Al-Mashudi, 2/410; Syifâ‘ Al-Asqâm karya Al-Subki, hal. 152. Tolong diperhatikan bahwa kitab2 di atas adalah kitab-kitab Ahlus Sunnah]

Kalau kita lihat hadis di atas, jelas sekali bahwa salah satu sumber pemikiran Wahabi adalah orang-orang semacam Marwan bin Hakam (kaum thulaqa’), salah seorang Raja Bani Umayyah. Kutipan hadis yang diucapkan Abu Ayub adalah sindirannya atas Marwan yang sebenarnya tidak layak menjadi pemimpin orang-orang beriman.

2. Abu Darda’ meriwayatkan, “Bilal, muazin Nabi Saw, mimpi bertemua Rasulullah Saw. ‘Wahai Bilal, sudah lama kita tidak bertemu. Ada apa denganmu hingga lupa menziarahiku?’ tanya beliau dalam mimpinya. Bilal langsung terjaga dengan wajah ketakutan bercampur sedih. Dia langsung menyiapkan kendaraannya dan bertolak ke Madinah. Sesampainya di pusara Rasulullah Saw, dia hempaskan wajahnya ke pusara sambil menangis. Tiba-tiba Hasan r.a dan Husain r.a menemuinya. Keduanya langsung dipeluk dan diciuminya.” (Lihat Târîkh Damsyiq karya Ibn ‘Asakir, 7/137; Mukhtashar Târîkh Damsyiq, 4/118, 5/265; Tahdzîb Al-Kamâl, 4/289; Usd Al-Ghâbah, 1/244; Wafâ’ Al-Wafâ karya Al-Mashudi, 4/1356; Syifâ’ Al-Saqâm, hal. 53; Masyâriq Al-Anwâr, 1/121. – Sekali lagi bahwa kitab2 ini ditulis oleh ulama Ahlus Sunnah)

3. Ibn Al-Munkadir, salah seorang tabiin paling alim, berkumpul dengan para sahabatnya. Jika sedang kesal, kata dia, biasanya pergi ke pusara Rasulullah Saw untuk sekadar menempelkan pipinya, lalu pulang. Kelakuannya ini menjadi bahan cemoohan orang-orang. Dia menjelaskan, “Setiap kali dirundung masalah, aku akan merasa tenang bila telah mendatangi pusara Rasulullah Saw.” (Wafa’ al-Wafa 2:444, diriwayatkan dari Abu Khaitsumah Zuhair bin Harb, dari Mush‘ab bin Abdillah, dari Isma‘il bin Ya‘qub Al-Taimi)

Ibn Qudamah mengatakan, “Sebaiknya mayat dikuburkan di pemakaman yang banyak orang salehnya atau para syuhada, supaya dia mendapat berkah dari mereka. Pemakaman yang seperti itu adalah pemakaman Baqi‘ yang mulia di Madinah.”

Demikianlah tradisi para sahabat dan tabiin dalam bertabarruk kepada pusara Rasulullah Saw dan berobat dengan tanahnya. Tradisi mereka yang satu ini tidak ada yang mempersoalkan, kecuali salah seorang “khalifah” dari dinasti Bani Umayah yang zalim, yaitu Marwan bin Al-Hakam yang telah dilaknat oleh Allah melalui lisan Rasulullah Saw sebelum lahir ke muka bumi, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah, istri Rasulullah dan Abdullah bin Al-Zubair. (Lihat Kitab Majma‘ Al-Zawâ‘id, 5/241; Al-Istî‘âb, 3/425, biografi Marwan bin Al-Hakam; Usd Al-Ghâbah, 5/144, biografi Marwan bin Al-Hakam, nomor 4841; Al-Sunan Al-Kubrâ karya Al-Nasâ’î, 6/485)

Untuk informasi lebih lengkapnya, Anda bisa membeli buku yang telah diterbitkan Pustaka IIMaN : “TABARRUK : Ceraplah Berkah (Energi Positif) dari Nabi dan Orang Saleh”.

Laa hawla wa laa quwwata illa billah

Sumber : qitori

Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc


Related Post



0 komentar

Posting Komentar

Share this post!
Facebook Delicious Digg! Twitter Linkedin StumbleUpon

Share

Share |

Artikel terbaru

Do'a

اللهم إني أسألك إيمانا يباشر قلبي ويقيناً صادقاً حتى أعلم أنه لن يصيبني إلا ما كتبته علي والرضا بما قسمته لي يا ذا الجلال والإكرام

Translation

Artikel Sufizone

Shout Box

Review www.sufi-zone.blogspot.com on alexa.com How To Increase Page Rankblog-indonesia.com blogarama - the blog directory Active Search Results Page Rank Checker My Ping in TotalPing.com Sonic Run: Internet Search Engine
Free Search Engine Submission Powered by feedmap.net LiveRank.org Submit URL Free to Search Engines blog search directory Dr.5z5 Open Feed Directory Get this blog as a slideshow!