Imam Ja’far al-Shadiq as berkata, “Sesungguhnya terdapat beberapa derajat ibadah kepada Allah, namun mencintai kami, Ahlul Bait, adalah seutama-utama ibadah” (Bihar al-Anwar 27 : 91)
Menurut Islam, setiap amal shalih dan perbuatan-perbuatan bermanfaat jika ditunaikan dengan niat tulus untuk mencari ridha Allah dipandang sebagai ibadah. Oleh karenanya, belajar, menuntut ilmu, mencari nafkah serta melakukan pelayanan sosial, yang dilakukan karena Allah, semuanya merupakan ibadah. Di sisi lain, Islam menetapkan aturan-aturan ritual dan tindakan-tindakan formal ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lain, yang memiliki falsafah tertentu bagi yang menjalankannya. Selain ibadah-ibadah ritual yang kita kenal itu, ada dimensi-dimensi lain yang selama ini mungkin asing bagi sebagian orang padahal semuanya juga termasuk di dalam konsep peribadatan Islam, yang antara lain adalah :
MENCINTAI AHLUL BAIT NABI SAWW
Imam al-Shadiq as berkata, “Sesungguhnya di atas setiap ibadah masih ada ibadah lainnya yang lebih utama, tetapi mencintai kami, Ahlul Bait merupakan seutama-utama ibadah!” 1]
Rasulullah saww bersabda, “Mencintai keluarga Muhammad satu hari saja adalah lebih baik daripada ibadah satu tahun. Barangsiapa yang mati dalam keadaan mencintai mereka niscaya ia masuk surga” 2]
Dikatakan bahwa yang paling utama dari seluruh ibadah adalah mencintai Ahlul Bait Nabi karena ia merupakan asas dari seluruh ibadah. Mencintai Ahlul Bait merupakan ikatan batin seorang muslim dengan Allah dan Rasul-Nya. Mereka , Ahlul Bait adalah insan-insan kamil, pembimbing manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, mereka-lah tauladan yang paling layak untuk diikuti dan dicontoh seluruh prilaku dan perbuatannya.
TAFAKKUR (KONTEMPLASI)
Imam Ali as berkata, “Tafakkur tentang kerajaan Allah di langit dan di bumi adalah ibadah orang-orang yang ikhlas” 3]
Imam al-Shadiq as berkata, “Tiada ibadah sebagaimana tafakkur” 4]
Di antara wasiat Luqman al-Hakim kepada puteranya, “Wahai anakku, palingkan pandanganmu dari apa yang engkau tidak memilikinya, dan panjangkan tafakkurmu pada kerajaan langit dan bumi, gunung, dan segala ciptaan Allah, maka itu cukup untuk menjadi penasihat hati anda” 5]
Imam al-Shadiq as berkata, “Seutama-utama ibadah adalah terus-menerus bertafakkur tentang Allah dan kekuasaan-Nya” 6]
Tafakkur secara harfiah bermakna memikirkan sesuatu secara mendalam, sistematis dan terperinci. Tafakkur adalah cahaya hati, makanan bagi ruh dan jiwa, cahaya dari ajaran kehidupan Islam.
Tafakkur seperti cahaya dalam hati yang memperjelas perbedaan kebaikan dan kejahatan, keindahan dan keburukkan, manfaat dan mudharat (bahaya). Dengan tafakkur-lah kita dapat mengungkap makna dan rahasia alam semesta secara lebih mendalam.
Tafakkur adalah langkah penting untuk mengambil pelajaran (ibrah) dan pengajaran (mau’izhah) dari segala hal di sekitar diri kita.
Tafakkur merupakan kunci untuk membuka hakikat dan kesejatian dari pengalaman dan kebenaran.
Dengan tafakkur pula mata hati kita dapat terbuka lebar dan melihat realitas sesungguhnya di balik yang zahir.
Jika manusia, alam dan kehidupan ini adalah misteri, maka tafakkur merupakan jalan untuk menguak misteri dan rahasia-rahasianya.
Tafakkur memperluas wawasan, meningkatkan iman dan menumbuhkan keyakinan yang semakin kuat.
Orang yang mengangkat pikiran-pikirannya ke langit akan selalu memiliki hari-hari yang terang, karena matahari selalu bersinar di atas awan. 7]
BEKERJA MENCARI PENGHIDUPAN
Rasulullah saww bersabda, ”Ibadah itu ada sepuluh bagian, yang sembilan bagian ada pada mencari penghidupan yang halal” 8]
Rasulullah saww bersabda, ”Ibadah itu ada tujuh puluh bagian, yang paling utama adalah mencari penghidupan yang halal. 9]
Adalah keliru jika seseorang beranggapan bahwa bekerja mencari penghidupan tidak memiliki kaitan dengan tingkatan ruhani. Sebenarnya, bekerja mencari penghidupan justru merupakan bagian penting di dalam pencapaian tingkat spiritual yang tinggi. Orang-orang bijak dahulu mengatakan,”Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan!”.
Suatu ketika, Imam as-Sajjad as pagi-pagi sekali keluar dari rumahnya, lalu seseorang (yang melihatnya) menyapa beliau, ”Wahai putera Rasulullah, anda hendak pergi kemana?”, “Mau bersedekah untuk keluarga saya”, Jawab beliau. “Bersedekah?”, tanya orang tersebut kebingungan. Imam as menjawab, “Barangsiapa yang pergi untuk mencari (nafkah) yang halal maka berarti dia telah bersedekah” 10]
Anda tidak boleh malu untuk bekerja apa saja, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang paling kasar sekali pun (asalkan halal), akan tetapi Anda harus malu hanya terhadap keadaan moral yang paling kotor yakni kemalasan, yang mana Anda hanya makan dari jerih payah orang lain. 11]
MELAYANI MASYARAKAT
Abu Sa`id Ibn Abi-L-Khayr mengatakan, “Mistik yang sempurna bukan sekedar ketaatan yang ketat, tenggelam dalam tafakkur tentang Tauhid dan bukan juga sekedar kesucian dengan ber’uzlah atau berkhalwat menjauhi semua perniagaan dengan masyarakat. Akan tetapi orang suci (wali) yang sebenar-benarnya (justru) bergaul di antara masyarakat. Ia makan, tidur bersama mereka; menjual atau membeli di pasar; menikah dan mengambil bagian hubungan sosial, namun demikian ia tak pernah lalai dari mengingat Tuhan walau sekejap pun” 12]
MENANTI IMAM YANG ADIL
Imam Ali as berkata, ”Menanti al-Mahdi (alFaraj) dengan sabar merupakan ibadah” 13]
Keyakinan akan kemunculan Al-Mahdi di akhir zaman merupakan keyakinan yang dimiliki oleh mayoritas kaum muslimin. Tingkat periwayatan hadits-hadits al-Mahdi menurut mayoritas Ahli Hadits bahkan sudah mencapai tingkatan mutawatir. 13a]
Imam Ali as berkata,”Seutama-utama hamba Allah dalam pandangan Allah adalah pemimpin (imam) yang adil yang mendapat petunjuk dan memberikan petunjuk” (Nahjul Balaghah, Khutbah ke 164)
MEMANDANG DENGAN KASIH KEDUA ORANG TUA
Rasulullah saww bersabda,”Pandangan seorang anak yang penuh cinta kepada kedua orang tuanya adalah ibadah” 14]
Memandang dengan penuh kasih kepada kedua orang tua saja merupakan ibadah, maka apalagi jika Anda berbakti dan melayani mereka dengan sepenuh hati, tentulah surga balasannya.
Diriwayatkan oleh muhaddits agung, Faidl al-Kasyani, bahwa ada seseorang berkata kepada Abu ‘Abdillah as, ”Ayahku adalah seorang yang sangat tua dan kami memikulnya apabila ia ingin menunaikan hajatnya. Kemudian Imam as berkata,”Jika Anda mampu melakukan hal itu maka lakukanlah. Suapilah ia dengan tanganmu, karena kelak dia adalah surga untukmu!” 15]
MEMANDANG ULAMA
Rasulullah saww bersabda, ”Memandang kepada orang yang berilmu (‘alim) itu ibadah, memandang kepada pemimpin yang adil itu ibadah, memandang kepada kedua orang tua dengan penghormatan dan kasih sayang itu ibadah, memandang kepada saudara seiman dengan rasa sayang kepadanya karena Allah ‘Azza wa Jalla itu ibadah” 16]
MEMANDANG SAUDARA SEIMAN DENGAN PENUH KASIH
Rasulullah saww bersabda, ”Pandangan kasih sayang kepada saudara (seiman) karena Allah ‘Azza wa Jalla merupakan ibadah” 17]
Imam Muhammad al-Baqir as berkata,”Senyum seseorang kepada saudara (seiman)-nya merupakan kebaikan (hasanah), begitupun tindakan menyingkirkan kotoran dari saudaranya itu pun merupakan kebaikan, (tetapi) tidaklah Allah diibadati (‘ubida) dengan sesuatu yang lebih Allah cintai ketimbang menggembirakan (menghibur) orang mu’min” 18]
BERPRASANGKA BAIK KEPADA ALLAH
Rasulullah saww bersabda, ”Berprasangka baik kepada Allah adalah bagian dari beribadah kepada Allah” 19]
Rasulullah saww berkata, ”Sesungguhnya sifat pengecut, kikir, tamak berasal dari naluri yang sama (satu) yang terkumpul semuanya dari prasangka buruk” 20]
Hampir semua kejahatan dan perbuatan dosa bersumber dari cinta dunia dan prasangka buruk. Prasangka buruk sama dengan berpikir negatif. Hal ini disebabkan prasangka buruk atau negative thingking berdampak menyerap energi-energi negatif ke dalam diri dan jiwa kita. Semakin besar energi-energi negatif tersebut terkumpul dalam jiwa kita, maka kecenderungan-kecenderungan negatif pun dengan mudah muncul dan termanifestasi dalam gerak kehidupan kita. (Naudzu billah)
Imam Ali as berkata (Di dalam suratnya kepada al-Asytar di Mesir) : “Sesungguhnya sifat kikir, durhaka, dan tamak adalah naluri-naluri yang semuanya berasal dari prasangka buruk kepada Allah” 21]
MENGINGAT ALLAH, MENGINGAT RASUL SAWW DAN AHLUL BAITNYA.
Rasulullah saww bersabda, ”Mengingat Allah ‘Azza wa Jalla itu ibadah, mengingatku pun ibadah, mengingat Ali juga ibadah, mengingat para imam dari anak-anak (Ali)–nya pun ibadah!” 22]
MENUNGGU DATANGNYA SAAT SHALAT WAJIB DI MASJID
Rasulullah saww bersabda, ”Duduk di masjid dalam rangka menunggu datangnya waktu shalat (wajib) merupakan ibadah, selama ia tidak melakukan al-hadats”
Seseorang bertanya, ”Apa itu al-hadats?”
Beliau menjawab, ”Mengumpat (ghibah)!” 23]
MENDATANGI MAJELIS PARA ULAMA, MELIHAT KA’BAH, DAN MELIHAT MUSHAF
Rasulullah saww bersabda, ”Mendatangi majelis para ulama merupakan ibadah, melihat (wajah) ‘Ali (as) merupakan ibadah, melihat al-Bait (Ka’bah) juga ibadah, melihat al-mushaf (al-Qur’an) juga ibadah, melihat (wajah) kedua orang tua juga ibadah” 24]
Rasulullah saww bersabda, ”Memandang wajah orang yang berilmu (‘alim) dengan kecintaan kepadanya adalah ibadah” 25]
BERSIKAP RIYA’ KEPADA ORANG MUNAFIK
Imam al-Shadiq as berkata,”Bersikap riya’ terhadap orang munafik di dalam rumahnya adalah ibadah. Namun jika dilakukan terhadap orang mu’min menjadi syirik!” 26]
‘UZLAH
Rasulullah saww bersabda, ”Hendaklah kamu ber’uzlah, karena ‘uzlah itu ibadah” 27]
Imam al-Shadiq as berkata, ”Uzlah merupakan ibadah, jika (dapat) memperkecil kerusakan (moral) seseorang dengan berdiam di rumahnya” 28]
‘Uzlah merupakan suatu permulaan pengasingan diri (meditasi) untuk memfokuskan seluruh waktu sang hamba dalam pengabdian (ibadah) kepada Tuhan di bawah bimbingan dan pengawasan seorang guru ruhani. Di dalam pengasingan diri (uzlah) tersebut sang hamba selalu membersihkan jiwanya dari bermacam-macam kepercayaan, perasaan dan pemikiran gelap, serta mengosongkan pikiran dan hatinya dari imajinasi dan konsepsi liar yang menyebabkannya jauh dari Kebenaran. Ia menutup pintu hati dan pikirannya dari segala sesuatu selain Tuhan dan hanya berbicara (bermunajat) kepada-Nya.
Ibn ‘Arabi qs mengatakan dalam syairnya :
Jika orang istiqamah dalam pengasingan ruhani dan zikir,
mengosongkan ruang hati dari pemikiran reflektif
dan duduk seperti pengemis yang tidak mempunyai apa-apa
di depan pintu Tuhan mereka,
maka Allah akan menganugerahinya
dan memberinya beberapa pengetahuan dari-Nya
yaitu pengetahuan rahasia dan pemahaman Ilahiyah
yakni pengetahuan yang dianugerahi-Nya kepada Nabi Khidir as. 28a]
Seorang yang berorientasi kepada dunia spiritual memerlukam masa-masa meditasi, doa dan khalwat. Tak ada seorang Nabi pun yang mencapai maqam kenabian tanpa khalwat berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun di gua-gua atau tempat-tempat yang jauh dari keramaian manusia.
Imam Ja’far ash-Shadiq as berkata, ”Tiada seorang Nabi atau Wali (Kekasih Allah) yang tidak memilih untuk mengasingkan diri pada masa hidupnya, entah pada awalnya atau pada akhir masa hidupnya” 28b]
MEMANDANG KE LAUT
Rasulullah saww bersabda, ”Memandang kepada tiga objek ini adalah ibadah. Ketiga objek itu adalah : memandang kedua orang tua, memandang kepada mushhaf (al-Qur’an) dan memandang ke laut” 29]
MEMANDANG WAJAH ‘ALI, DAN KELUARGA MUHAMMAD SAWW
Rasulullah saww bersabda, ”Memandang wajah ‘Ali adalah ibadah” 30]
Imam al-Shadiq as berkata, ”Memandang kepada keluarga Muhammad adalah ibadah” 31]
MENUNAIKAN KEWAJIBAN
Imam Ali as berkata, ”Tiada ibadah (yang lebih utama) sebagaimana menunaikan kewajiban-kewajiban” 32]
Rasulullah saww bersabda, ”Tunaikanlah kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Allah (atasmu) niscaya kamu menjadi orang yang paling bertaqwa!” 33]
Rasulullah saww bersabda, ”Barangsiapa yang datang dengan apa-apa diwajibkan Allah atasnya maka ia termasuk orang yang paling (banyak) mengabdi (kepada-Nya)” 34]
Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin as berkata, ”Allah Ta’ala telah berfirman,”Wahai keturunan Adam! Beramal-lah dengan apa-apa yang diwajibkan atasmu niscaya engkau menjadi salah seorang dari orang yang paling (banyak) mengabdi (kepada-Ku)” 35]
Imam al-Shadiq as berkata, ”Orang yang paling (banyak) mengabdi (kepada-Nya) adalah orang yang menegakkan kewajiban-kewajiban (agamanya)” 36]
Kemalangan kita kebanyakan terjadi bukan karena kita tidak tahu tentang kewajiban-kewajiban kita, melainkan karena kita salah memahaminya. 37]
MENCARI ILMU DAN MERENDAH KEPADA TUHAN
Imam al-Shadiq as berkata, “Seutama-utama ibadah adalah mencari ilmu karena Allah dan tawadlu’ (merendahkan diri) kepada-Nya” 38]
Imam ‘Ali as berkata, ”Hendaklah engkau senatiasa rendah hati (tawadlu’), karena sesungguhnya rendah hati itu seagung-agungnya bentuk ibadah (penghambaan)” 39]
Kebodohan tidak menimbulkan kejahatan, karena yang benar-benar jahat adalah konsepsi yang salah. Orang yang memiliki konsepsi yang salah bukan karena mereka tidak tahu, tetapi karena mereka berpura-pura bahwa mereka tahu. 40]
MENGUCAPKAN TAHLIL DAN HAUQALAH
Rasulullah saww bersabda, ”Seutama-utama ibadah adalah mengucapkan “Laa ilaha illa Allah, wa laa haula wa laa quwwata ill billah” dan sebaik-baik do’a adalah istighfar (memohon ampun), kemudian Nabi saww membacakan ayat: “Maka ketahuilah, bahwasanya Tiada Tuhan selain Allah dan mohonkanlah ampun atas dosa-dosamu” (QS 47 : 19) 41]
YANG DIAMALKAN DENGAN IKHLAS
Imam al-Baqir as berkata,”Seutama-utama ibadah adalah yang (diamalkan dengan) ikhlas” 42]
MEMENUHI HAK ORANG MU’MIN
Imam ash-Shadiq as berkata, ”Demi Allah! Tidaklah diibadati Allah dengan sesuatu yang lebih utama daripada memenuhi hak orang mu’min” 43]
MENJAGA PERUT DAN KEMALUAN
Imam al-Baqir as berkata, ”Tidaklah Allah diibadati dengan sesuatu yang lebih utama daripada menjaga perut dan kemaluan’ 44]
Imam ash-Shadiq as berkata, ” Tidaklah Allah diibadati dengan sesuatu yang lebih utama daripada diam dan berjalan ke Bait Allah (Ka’bah)” 45]
MENUNDUKKAN PANDANGAN
Imam Ali as berkata, ”Menundukkan pandangan dari yang diharamkan Allah adalah seutama-utama ibadah” 46]
MENINGGALKAN DOMINASI SYAHWAT
Imam Ali as berkata, ”Meninggalkan dominasi syahwat merupakan seutama-utama ibadah dan seindah-indahnya kebiasaan” 47]
BERDO’A
Ditanyakan kepada Imam al-Baqir as: Ibadah apa yang paling utama ?”, Imam menjawab: “Tidak ada ibadah yang lebih dicintai Allah daripada berdo’a dan mencari apa yang ada di sisi-Nya” 48]
DIAM DAN BERPUASA
Di dalam hadits Mi’raj, Allah berfirman kepada Rasulullah saww, “Wahai Ahmad! Tiada ibadah yang lebih aku cintai daripada diam dan berpuasa” 49]
BERPUASA DI BULAN HARAM
Rasulullah saww bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan haram pada hari Kamis, Jum’at dan Sabtu, niscaya Allah catat baginya ibadah selama sembilan ratus tahun” 50]
MENYEMBUNYIKAN IBADAH
Rasulullah saww bersabda, “Sebesar-besar pahala ibadah adalah menyembunyikannya” 51]
MENGHABISKAN MASA MUDA
Imam Ja’far al-Shadiq as berkata, “Barangsiapa menghabiskan masa mudanya dalam ibadah kepada Allah sampai akhir hayatnya, dan ia tetap dalam keadaan mentaati-Nya, niscaya pahalanya sama dengan sembilan puluh sembilan orang yang shiddiq” 52]
Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
Sumber : qitori
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Posting Komentar