Satrio Pinandito Motinggo
There are seven sins in the world: Wealth without work,
Pleasure without conscience, Knowledge without character,
Commerce without morality, Science without humanity,
Worship without sacrifice and Politics without principle.
~ Mahatma Gandhi
Ada tujuh dosa di dunia ini, kata Mahatma Gandhi :
1. Kekayaan tanpa kerja
2. Bersenang-senang tanpa sadar
3. Pengetahuan tanpa karakter
4. Perdagangan tanpa moralitas
5. Sains tanpa kemanusiaan
6. Ibadah tanpa pengorbanan dan
7. Politik tanpa dasar yang kuat.
Kami tidak bermaksud ingin membahas ke tujuh dosa yang disebutkan oleh Penyeru Anti Kekerasan ini satu per satu. Tetapi kami hanya ingin menekankan bahwa di dalam setiap aspek kehidupan manusia, agama apa pun menekankan pentingnya moral untuk dijadikan basis di dalamnya.
Karena agama berbeda-beda, maka prinsip-prinsip moral yang diajarkan pun berbeda-beda, namun pada saat yang sama hanya ada satu manusia, dan semua prinsip moral tersebut didasarkan pada prinsip lainnya yang menjadi dasar seluruh prinsip moral yang ada, yaitu keadilan. Dan ini bukan berarti keadilan pada prinsip atau asas dan pada peraturan serta undang-undang, tetapi bahwa hukum relijius itu satu dan benar, yaitu yang membangunkan kesadaran manusia.
Karena jiwa manusia tersingkap sendiri, hukum ini semakin jelas baginya; apa yang adil dan yang tidak adil. Yang menarik tentang hal ini adalah mengenai seorang pencuri atau seorang yang tidak baik yang berbuat zalim kepada orang lain. Tetapi jika orang lain berbuat zalim atau tidak adil terhadapnya, niscaya ia akan berkata, ‘Dia telah berlaku tidak adil padaku.’
Hal ini menunjukkan bahwa ia pun mengenal keadilan. Bila ia sedang berurusan dengan orang lain, ia melupakannya, tetapi jika hal itu menimpa dirinya, ia pun menjadi sangat mengenal keadilan. Kita semua bertanggung jawab terhadap diri kita sesuai dengan hukum agama tersebut. Jika kita tidak memperhatikannya, maka secara alamiah berakibat menjadi tidak bahagia.
Segala kesalahan maka hanya ada satu alasan : yaitu kita tidak mau mendengarkan diri kita sendiri. Oleh karena itu prinsip keadilan ini teramat penting sampai-sampai Allah SwT meletakkannya setelah prinsip Keesaan Tuhan. Di dalam al-Qur’an, Allah SwT berfirman,”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan!” [al-Qur’an Surat Ali Imran (3) ayat 18] atau ayat lainnya, Dia memerintahkan orang-orang yang beriman,”Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kalian orang-orang yang benar-benar penegak keadilan!” [al-Qur’an Surat An-Nisa (4) ayat 135]
Plato sendiri konon pernah mengatakan, ”Pengetahuan tanpa ruh keadilan lebih pantas disebut sebagai kelicikan ketimbang kearifan” (Wisdom of Ages)
Albert Pike juga mengatakan, ”Kejahatan moral (moral evil) merupakan kebohongan dalam perbuatan sebagaimana kebohongan merupakan kejahatan dalam kata-kata. Ketidakadilan merupakan esensi dari kebohongan. Karena setiap kebohongan adalah ketidakadilan. Ketidak adilan atau kezaliman adalah kematian bagi keberadaan moral, sebagaimana kebohongan merupakan racun bagi intelijensia”
Bagaimana pun, keadilan merupakan dasar dari seluruh moralitas agama. Hanya agama-agama palsu saja yang mengabaikan pentingnya penegakan keadilan.
Namun sayangnya, akhir-akhir ini, masih banyak orang yang menjadikan keadilan hanya sebagai propaganda atau sekadar slogan-slogan kosong tanpa aksi dan tanpa dasar ketulusan, sehingga semua itu berujung pada kebohongan pula.
Oleh karena itu Horace mengatakan, ”Kesetiaan (kepada kebenaran) adalah saudara perempuan keadilan!” Mungkin yang dimaksud kesetiaan oleh Horace di sini adalah kejujuran terhadap diri sendiri, sehingga hanya orang-orang yang jujur terhadap diri mereka sendirilah yang bisa menegakkan keadilan dengan sebenar-benarnya.
Hamid Algar, di dalam bukunya: Islam and Revolution, A Warning to the Nation, menyebutkan bahwa Imam Khomeini (qs), pemimpin spiritual Islam dari Iran pernah mengatakan, ”Apakah Anda tahu apa itu keadilan? Jika Anda tidak tahu, tanyakan pada akal Anda, karena tindakan yang didasarkan akal itu seumpama mata bagi seseorang”
Catatan
* Mohandas Karamchand Gandhi, 1869-1948, pemimpin nasional India, yang membentuk negerinya dengan revolusi anti kekerasan.
** Episcopal bishop, James Albert Pike, 1809-1891, bekerja dengan pendiri the Disciples of Christ dan tercatat di media Arthur A. Ford.
*** Horace, seorang penyair dan satiris Romawi yang karya-karyanya menjadi masterpieces dalam sastra Latin Golden Age. Dia dilahirkan di Quintus Horatius Flaccus.
Sumber : qitori
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Posting Komentar