Tafakur

Kenapa tak henti-hentinya dirimu melupakan Alloh?, Padahal sedetikpun Dia tak pernah melupakanmu, Kenapa tak henti-hentinya kau puja cinta yang tak sebenarnya?, Sedangkan Sang Maha Cinta tak pernah melepaskan Cinta-Nya darimu.

Menu

Berlangganan

Dapatkan Artikel Terbaru Sufizone

Masukkan Alamat Email Kamu:

Delivered by FeedBurner

Visitor

jalan-pencapaian2.jpg

Satrio P. Motinggo

Fortunate indeed, is the man who takes exactly the right measure of himself, and holds a just balance between what he can acquire and what he can use. [Anonymous]

Sebuah aforisma yang tidak diketahui darimana asalnya menyebutkan bahwa,”Sungguh beruntung orang yang menimbang dirinya dengan benar, dan menyeimbangkan antara apa yang dapat ia peroleh dan apa yang dapat ia manfaatkan.”

Hal ini mungkin bisa dihubungkan dengan rahasia kerja seluruh semesta yang berada dalam dualitas alaminya. Dalam segala aspeknya, dua kekuatan sedang bekerja dan tindakan kedua-duanya adalah menyeimbangkan kehidupan. Oleh karenanya, dalam jalan pencapaian, kekuatan yang mengejawantah sebagai antusiasme atau tindakan, tidaklah cukup.

Pengetahuan dan kapasitas kerja juga dibutuhkan. Sangat sering seseorang gagal dalam melangkah dengan segala antusias dan kekuatan kehendak (power of will). Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan sangat diperlukan dalam pencapaian, tetapi akan sia-sia jika tidak disertai pengetahuan.

Kekuatan yang saya maksudkan adalah kekuatan dengan segala aspeknya. Semua kekuatan yang seseorang miliki dalam kehidupan lahiriah, dan kekuatan pikiran (power of mind) serta raga.

Kekuatan pikiran sering disebut sebagai kekuatan kehendak. Manusia seringkali gagal karena kurangnya pengetahuan, tetapi tidak adanya kekuatan pun akan membuat manusia gagal.

Jika sebuah obyek ditarik dari dua sisi, baik oleh kekuatan maupun pengetahuan, maka tidak akan ada juga keberhasilan. Kerja sama antara dua kekuatan inilah yang merupakan rahasia atas segala keberhasilan.

Betapa pun kecilnya keberhasilan itu, merupakan satu langkah menuju sesuatu yang lebih besar. Dan kegagalan, betapa pun kecilnya, akan mengarah kepada sesuatu yang lebih buruk.

Janganlah menilai keberhasilan dari nilai lahiriahnya. Keberhasilan harus dinilai dari sisi persiapannya. Dan kegagalan, betapa pun kecilnya, memberi kesan yang tidak diinginkan di dalam diri seseorang.

Ini menunjukkan perlunya menjaga keseimbangan antara kekuatan dan pengetahuan. Di antara nilainya yang paling besar adalah usahanya dalam mengembangkan kekuatan dan sekaligus pengetahuan untuk mencapai sasarannya.

Ada dua orang yang sudah lelah menjalani hidup: orang yang bangkit keluar dunia, dan orang yang jatuh terperosok ke dalamnya. Orang yang pertama telah mencapai sasarannya, tetapi kemudian jika ia meninggalkan dunia ini, ia tidak puas dengan dunia lain apa pun. Penolakannya terhadap hal-hal duniawi tidak bermakna apa-apa. Penakluk kehidupan dunia adalah orang-orang yang selalu berusaha memperjuangkan keinginannya.

Tetapi juga bukan berarti untuk mencapai keberhasilan manusia harus egois, memikirkan dirinya sendiri dan tamak. Seringkali manusia menutup mata terhadap segala sesuatu yang berada di luar jalannya. Ia tidak mau menoleh ke kiri atau ke kanan. Ia menjadi seperti robot.

Orang-orang sukses seperti ini tidaklah maju secara spiritual. Ini berarti mereka tidak melanjutkan jalan keberhasilannya. Bahkan sebenarnya ia berhenti atau berdiri di tempat. Dalam realitas semua jalan mengarah kepada tujuan yang sama; baik bisnis, profesi, sains, seni, agama maupun filsafat.

Bila seseorang tidak sampai kepada tujuan yang sesungguhnya, ini bukan karena ia telah mempersiapkan satu jalan ke jalan lain, tetapi karena mereka tidak melanjutkan jalan yang sedang mereka tempuh.

Seringkali orang-orang yang kurang dalam pengetahuan dan tidak memiliki kekuatan yang dibutuhkan, justru merusak tujuan mereka sendiri. Alih-alih ingin membangun malah menyebabkan kerusakan.

Kegagalan terbesar manusia adalah mereka mengira bahwa merekalah yang paling tahu. Bila berbicara dengan orang lain, ia mengira orang itu cuma tahu setengah. Bila bicara dengan orang yang lain lagi, ia mengira orang itu cuma tahu seperempat.

Ada juga beberapa orang yang tidak bersandar pada pengetahuan yang mereka miliki, sehingga bergantung kepada nasehat orang lain. Oleh karenanya, keberhasilan atau kegagalannya, serta pemikirannya, bergantung kepada nasehat orang lain.

Maka yang paling sulit dalam hidup sebenarnya adalah memiliki kekuatan dan pengetahuan, dengan keduanya memperoleh visi yang jelas. Dan sebaik-baiknya jalan dalam menjaga visi yang jelas adalah dengan menjaga keseimbangan di antara keduanya, yaitu kekuatan (power) dan pengetahuan (knowledge).

Umumnya manusia bersifat labil. Ia mudah kehilangan keseimbangannya. Ia harus berusaha memutuskan apakah ia harus lebih condong kepada kekuatan dan tidak meningkatkan pengetahuannya.

Misalnya mungkin ia seorang pebisnis. Dengan kekuatan kehendaknya ia berusaha mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan untuk apa nantinya. Ia hanya memiliki kekuatan ‘Saya harus sukses’.

Semua energi ia kerahkan untuknya tanpa berpikir tentangnya. Dengan cara demikian ia mencapai sukses. Tetapi akan selalu ada bahaya. Maka seseorang berpikir seribu kali sebelum mengambil langkah. Yang harus ia lakukan adalah; jika ia mengambil satu langkah untuk kekuatan, ia juga mengambil satu langkah lagi untuk pengetahuan, maka akan ada keseimbangan, kehidupannya pun akan berirama dan stabil.

Yang mesti selalu diingat adalah bahwa dalam jalan pencapaian seseorang pertama-tama harus kuat memikul beban dalam mencapai hasratnya. Ini berarti ia harus mengukur kemampuannya terlebih dahulu.

Padahal, sangat sering ambisi seseorang berlari lebih cepat melebihi kekuatan atau kearifannya (wisdom). Sebelum berpikir apakah ia layak meraihnya ataukah tidak, karena dengan tidak berpikir seperti ini manusia sering mengalami kegagalan. Dengan berpikir, manusia akan mudah mencapai apa yang ia inginkan.

Dalam proses pencapaian ada empat tahapan:

Tahap pertama adalah obyek yang ingin ia capai itu mesti jelas di dalam pikirannya.

Kedua, harus ada alasan bagaimana mewujudkannya.

Ketiga, materi apa saja yang dibutuhkan untuk mencapainya. Keempat adalah menyusun atau membangun obyek tersebut.

Tema utama seluruh penciptaan adalah pencapaian. Dalam perjuangan jiwa di dunia ini hanya ada satu dorongan hati, ia adalah Kehendak Ilahi. Orang yang mengetahui berbagai urusannya dengan jelas, akan dapat menyelesaikannya dengan benar.

Rahasia pencapaian terletak dalam realisasi diri. Dalam hal ini diperlukan baik dorongan hati untuk mencapai sesuatu, maupun kontrol atas dorongan hati tersebut. Sangat sering seseorang kehilangan kesempatan dalam mencapai sesuatu karena terlalu bersemangat hingga kehilangan keseimbangannya.

Pada saat yang sama kekuatan dorongan hati merupakan kekuatan besar dan orang yang tidak memiliki kekuatan di dalam dorongan hatinya akan kesulitan dalam meraih pencapaiannya.

Maka ia juga harus menjaga keseimbangan antara dorongan hati (impulse) dan kontrol. Artinya, harus ada dorongan hati dan harus ada juga kontrol terhadapnya. Orang yang sangat senang menikmati kekayaannya harus menyadari bahwa semua itu akan segera sirna dari hadapannya.

Dalam jalan pencapaian juga dibutuhkan kepercayaan. Semakin besar kepercayaan seseorang semakin besar pula daya penarikannya atas obyek yang ingin dicapai. Tetapi juga tidak dengan semangat yang berlebihan, karena sikap ini justru membuat orang mabuk dan kehilangan kontrol, maka ia pun akan melakukan kesalahan yang berakibat kegagalan.

Kebanyakan pikiran manusia seperti anak-anak, mereka tidak tahu apa yang hendak mereka capai. Satu menit mereka berpikir begini, satu menit kemudian mereka sudah berpikir yang berbeda.

Tidak seorang pun yang bisa bergantung kepada orang seperti ini. Layaknya burung, ia enggan hinggap di dahan yang senantiasa bergerak. Orang yang tidak mengenal pikirannya sendiri tidaklah dapat membantu orang-orang di sekitarnya. Ia hanya akan membuat mereka terganggu.

“Apakah sifat alami pikiran itu? Yang disebut sebagai pikiran adalah kekuatan yang menakjubkan di dalam Diri. Pikiran melahirkan segala pemikiran. Terlepas dari berbagai pemikiran, tidak ada yang seperti pikiran. Oleh karenanya, pemikiran adalah sifat alami dari pikiran. Terlepas dari segala pemikiran, tidak ada entitas (kesatuan wujud lahiriah) yang merdeka yang dinamakan dunia. Dalam tidur yang nyenyak, tidak ada pemikiran dan tidak ada dunia. Dalam keadaan jaga dan mimpi, tidak ada pemikiran, dan juga tidak ada dunia.

Sumber : qitori

Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc


Related Post



0 komentar

Posting Komentar

Share this post!
Facebook Delicious Digg! Twitter Linkedin StumbleUpon

Share

Share |

Artikel terbaru

Do'a

اللهم إني أسألك إيمانا يباشر قلبي ويقيناً صادقاً حتى أعلم أنه لن يصيبني إلا ما كتبته علي والرضا بما قسمته لي يا ذا الجلال والإكرام

Translation

Artikel Sufizone

Shout Box

Review www.sufi-zone.blogspot.com on alexa.com How To Increase Page Rankblog-indonesia.com blogarama - the blog directory Active Search Results Page Rank Checker My Ping in TotalPing.com Sonic Run: Internet Search Engine
Free Search Engine Submission Powered by feedmap.net LiveRank.org Submit URL Free to Search Engines blog search directory Dr.5z5 Open Feed Directory Get this blog as a slideshow!