Tafakur

Kenapa tak henti-hentinya dirimu melupakan Alloh?, Padahal sedetikpun Dia tak pernah melupakanmu, Kenapa tak henti-hentinya kau puja cinta yang tak sebenarnya?, Sedangkan Sang Maha Cinta tak pernah melepaskan Cinta-Nya darimu.

Menu

Berlangganan

Dapatkan Artikel Terbaru Sufizone

Masukkan Alamat Email Kamu:

Delivered by FeedBurner

Visitor

cinta-karena-alllah.jpg

Jika dua orang mu’min berjumpa dan berpisah,
maka yang lebih utama dari keduanya
adalah yang lebih besar cintanya kepada saudaranya.

~ Imam al-Shadiq

CINTA persaudaraan mengandung makna sebuah rasa tanggung jawab, perhatian, penghormatan serta pemahaman akan setiap manusia lain yang ingin kita majukan hidupnya. Sebagaimana dikatakan, ”Cintailah sesamamu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri.” 51]

AMALAN YANG PALING UTAMA

Di dalam Hadits Qudsi disebutkan bahwa Allah Ta’ala telah berfirman kepada Nabi Musa as,”Apakah engkau sudah beramal untuk-Ku?”. Maka Musa as pun menjawab,”Aku telah mengerjakan shalat, berpuasa, bersedekah dan juga telah berzikir kepada-Mu”. Allah Tabaraka Ta’ala berfirman,”Adapun shalat bagimu adalah bukti (burhan), dan puasa sebagai perlindungan (dari Neraka), dan sedekah sebagai naungan (zhilli), dan zikir merupakan cahaya (nur). Lalu mana amalanmu untuk-Ku?”

Musa as pun berkata,”Tunjukkanlah padaku amalan yang Engkau anggap hebat itu?”

Allah pun berfirman,”Wahai Musa! Sudahkah engkau menjadikan bagi-Ku seorang wali, dan memusuhi musuh-musuh-Ku?”

Barulah Musa as mengetahui bahwa amal yang paling utama adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah” 52]

Rasulullah saww pun bersabda, ”Seutama-utama amal adalah mencintai dan membenci di jalan Allah Ta’ala.” 53]

CINTA PERSAHABATAN

Bersahabat adalah bagian dari cinta. Hanya saja lebih khas lagi. Pada esensinya itu sendiri berarti kasih-sayang, dan tidak terjadi di antara orang banyak, sebagaimana halnya cinta.

Adapun cinta asmara, ia merupakan keberlebihan dalam cinta, dan lebih khas daripada kasih-sayang, sebab terjalin di antara dua orang saja. Dan itu pun motifnya bukan manfaat, atau paduan antara manfaat dan unsur lainnya. Akan tetapi terjadi pada seseorang yang lagi mabuk cinta pada kenikmatan secara berlebihan, atau dilanda cinta akan kebaikan secara berlebihan pula.

Oleh karenanya kerap kali kita saksikan, persahabatan yang terjalin di kalangan remaja, atau orang-orang yang tabiatnya sama dengan mereka, didorong oleh kenikmatan. Mereka cepat bersahabat, tapi cepat pula berpisah. Bahkan ada yang tempo persahabatannya singkat sekali.

Dan itu akan terus begitu selamanya. Kendatipun begitu, ada juga yang lama. Tapi itu pun selama mereka percaya bahwa kenikmatan yang menjadi tujuan mereka itu masih ada. Sebaliknya, kalau rasa percaya ini pudar, maka akan terputus pulalah persahabatan mereka ini.

Lain lagi dengan orang tua, atau orang-orang yang tabiatnya sama dengan mereka. Persahabatan terjalin karena adanya manfaat. Hanya karena faktor inilah mereka bersahabat.

Kalau faktor manfaat ini dirasakan mereka, maka kebanyakan berlaku lama, dan persahabatan mereka akan bertahan lama. Akan tetapi, di saat tali manfaat itu terputus, lalu harapan mereka pudar, maka akan terputus pulalah kasih-sayang antara mereka. Ini berbeda dengan persahabatan di kalangan orang-orang baik, yang terjalin demi kebaikan, dan penyebabnya pun kebaikan pula.

Oleh sebab itulah, karena kebaikan merupakan sesuatu yang tak berubah, maka kasih-sayang mereka yang diikat persahabatan seperti ini akan abadi dan tak berubah. 54]

YANG PALING UTAMA DARI DUA PENCINTA

Rasulullah saww bersabda, ”Tidaklah dua orang yang saling mencintai di jalan Allah Ta’ala melainkan yang paling utama dari keduanya adalah yang paling besar cintanya kepada sahabatnya.” 55]

Rasulullah saww bahkan bersabda, ”Mencintai di jalan Allah dan membenci di jalan Allah adalah hal yang wajib.” 56]

CINTA SEBAGAI PERTANDA BAIK DAN BURUK

Imam Muhammad al-Baqir as berkata, ”Apabila engkau ingin mengetahui bahwa engkau berada dalam kebaikan maka lihatlah ke dalam hatimu, jika hatimu mencintai orang-orang yang senantiasa taat kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan membenci orang-orang yang berbuat maksiat, itu berarti engkau berada dalam kebaikan dan demi Allah, Dia mencintaimu! Tetapi jika sebaliknya, hatimu membenci orang-orang yang senantiasa taat kepada Allah dan mencintai ahli maksiat, itu berati engkau tidak berada dalam kebaikan dan demi Allah, Dia membencimu. Karena sesungguhnya seseorang itu bersama yang dicintainya.” 57]

Rasulullah saww bersabda,”Agama seseorang itu bergantung pada agama orang yang dicintainya. Karenanya, seseorang di antara kalian harus memperhatikan siapa orang yang dicintainya.” 58]

Cinta seseorang kepada yang dicintainya menjadi cermin baginya. Jika ia mencintai orang yang bertabiat baik, maka tercerminlah pribadinya di sana, tetapi jika ia mencintai orang yang bertabiat buruk, tentu tercermin pula kepribadiannya pada orang yang dicintainya itu.

CINTA ATAS DASAR AGAMA

Imam Ja’far al-Shadiq as berkata, ”Setiap orang yang belum mencintai atas dasar agama dan belum membenci atas dasar agama maka tiada agama baginya.” 59]

Maksud hadits ini adalah kecintaan dan kebencian kita harus di dasari akhlaq agama kita, sehingga kita hanya dibenarkan mencintai orang-orang yang berakhlaq dengan dasar agama.

Karena jika hadits ini dipahami secara dangkal, maka kita hanya boleh mencintai seseorang yang seagama dengan kita walaupun akhlaqnya buruk. Tentu saja pemahaman seperti ini harus ditinjau kembali. Saya sendiri memahami hadits ini seperti hadits Rasulullah saww yang lain yang berkenaan dengan agama, yaitu, “Nikahilah olehmu wanita dengan tiga kriteria, agamanya, hartanya dan nasabnya. Tetapi yang paling baik dari ketiganya adalah agamanya.”. Tentu saja yang dimaksud hadits ini bukan agama dalam pengertian formal, tetapi agama yang lebih spesifik lagi adalah akhlak.

CABANG IMAN YANG PALING BESAR

Rasulullah saww bersabda, ”Cinta seorang mu’min kepada mu’min lainnya di jalan Allah merupakan cabang iman yang paling besar. Ketahuilah olehmu! Barangsiapa yang mencintai di jalan Allah dan benci di jalan Allah, memberi di jalan Allah, menahan pemberian di jalan Allah, maka dia adalah seorang insan pilihan Allah.” 60]

Jika kita ingin menjadi insan pilihan Tuhan, kita mesti menerapkan di dalam kehidupan kita kecintaan dan kebencian yang didasarkan oleh pandangan Tuhan. Jika secara kriteria akal dan agama, Allah swT membenci sesuatu atau seseorang, maka kita pun mesti menyelaraskan kebencian kita sesuai akal dan agama. Begitu pula dengan cinta kita, cinta kita mesti mengikuti bentuk kecintaan Allah, Rasul dan para Imam Ahlul Bait as.

TIDAK DITERIMA AMAL KECUALI…

Rasulullah saww bersabda kepada sebagian sahabat-sahabatnya, ”Wahai hamba Allah! Mencintailah di jalan Allah dan membencilah di jalan Allah dan ber-wali-lah di jalan Allah! Karena sesungguhnya tidak akan diterima perlindungan (wilayat) dari Allah kecuali (engkau) melakukan hal yang demikian! Seseorang tidak akan memperoleh makanan iman, walau banyak shalatnya, puasanya sehingga ia melakukan hal-hal yang demikian.” 61]

Karena itulah cinta berkaitan erat dengan prinsip-prnsip perwalian (al-wilayat). Kita akan membahas hal ini pada pembahasan selanjutnya, insya Allah.

GANJARAN BAGI ORANG YANG SALING MENCINTA DI JALAN ALLAH

Imam Ja’far al-Shadiq as berkata,”Sesungguhnya pada Hari Qiyamat orang-orang yang saling mencintai di jalan Allah berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya (nur), yang cahayanya menyinari tubuh-tubuh mereka dan segala sesuatu (yang berada disekitarnya), sehingga mereka dikenali dan dikatakan (oleh orang-orang) : “Mereka itulah orang-orang yang saling mencintai di jalan Allah.” 63]

Kesenangan dan rasa sakit dari para pencinta adalah Dia,
upah dan imbalan bagi mereka adalah Dia

(Rumi, Matsnawi V : 586-590)

Laa hawla wa laa quwwata illa billah.

Catatan Kaki :

[50] Baqir al-Majlisi, Bihar al-Anwar 74 : 398

51. Erich Fromm, The Art of Loving, hal. 79

52. Bihar al-Anwar 69 : 253
53. Kanz al-‘Ummal hadits ke 24638
54. Ibn Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlaq, hal. 134 -135.
55. Kanz al-‘Ummal hadits no. 24648
56. Ibid, hadits ke 24688
57. Bihar al-Anwar 69 : 247.
58. HR al-Tirmidzi
59. Bihar al-Anwar 69 : 250
60. Ibid, 69 : 240
61. Ibid 68 : 79
62. Ibid 74 : 399
63. Al-Thabari, Tafsir Al-Thabari, 6 : 288-289

Sumber : qitori

Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc


Related Post



0 komentar

Posting Komentar

Share this post!
Facebook Delicious Digg! Twitter Linkedin StumbleUpon

Share

Share |

Artikel terbaru

Do'a

اللهم إني أسألك إيمانا يباشر قلبي ويقيناً صادقاً حتى أعلم أنه لن يصيبني إلا ما كتبته علي والرضا بما قسمته لي يا ذا الجلال والإكرام

Translation

Artikel Sufizone

Shout Box

Review www.sufi-zone.blogspot.com on alexa.com How To Increase Page Rankblog-indonesia.com blogarama - the blog directory Active Search Results Page Rank Checker My Ping in TotalPing.com Sonic Run: Internet Search Engine
Free Search Engine Submission Powered by feedmap.net LiveRank.org Submit URL Free to Search Engines blog search directory Dr.5z5 Open Feed Directory Get this blog as a slideshow!