Tafakur

Kenapa tak henti-hentinya dirimu melupakan Alloh?, Padahal sedetikpun Dia tak pernah melupakanmu, Kenapa tak henti-hentinya kau puja cinta yang tak sebenarnya?, Sedangkan Sang Maha Cinta tak pernah melepaskan Cinta-Nya darimu.

Menu

Berlangganan

Dapatkan Artikel Terbaru Sufizone

Masukkan Alamat Email Kamu:

Delivered by FeedBurner

Visitor

Allah Swt. berfirman dalam surat al-Qashash ayat 83:

ِتلْكَ الدَّارُ اْلأَخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لاَيُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِي اْلاَرْضِ وَلاَفَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ (القصص : ٨٣ )

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”

Dan juga hadis Nabi yang diriwayatkan Imam Tirmidzî dari Ibn Ka’b:

عَنْ ابْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ (رواه الترمذي)

“Dari Ibn Ka’b bin Mâlik al-Anshâ dari ayahnya berkata: Rasulullah Saw. Bersabda: “Serigala yang buas yang dilepas di kandang kambing tidak lebih berbahaya dari pada cinta harta dan tahta dalam kehidupan agama seseorang.”.

Imâm al-Ghazâlî mengemukakan bahwa hakikat tahta dan kedudukan adalah penguasaan terhadap hati orang lain sehingga tunduk kepadanya karena tahtanya, dan memujinya dengan ucapan serta berusaha memenuhi segala keinginannya sesuai perintahnya. Seperti harta, maknanya adalah kepemilikan dirham demi mencapai tujuan-tujuannya.

Demikianlah, tahta merupakan penguasa hati. Hanya saja, tahta lebih dicintai dibanding harta, karena bisa mendatangkan harta kekayaan. Hal itu disebabkan beberapa faktor, antara lain:

a. Dengan tahta, orang akan lebih mudah untuk meraup harta kekayaan, tetapi belum tentu dengan kekayaan seseorang dapat meraih jabatan secara mudah.

b. Tahta lebih aman dan terpelihara dari pencurian, perampasan dan bencana lainnya, berbeda dengan harta kekayaan yang senantiasa menjadi incaran para pencuri dan perampok.

c. Tahta lebih mudah untuk berkembang dan cepat menanjak, tanpa melalui proses berbelit-belit. Berbeda dengan harta yang perkembangannya memerlukan pencurahan pikiran, tenaga dan waktu.

d. Tahta berarti ketinggian atau kemuliaan. Sifat ini secara teologis merupakan sifat Allah Swt. Dan setiap manusia secara naluriah pasti mencintai sifat-sifat Allah Swt. Bahkan sifat tersebut telah menjadi instrumen untuk meraih segalanya. Karena pada sifat tersebut ada rahasia samar, keterkaitan antara ruh dengan persoalan-persoalan ketuhanan.

e. Tahta adalah perkara ketuhanan, yang memberi pesona pada watak, sebagai wahana kediktatoran dan satu-satunya eksistensi wujud. Itulah hakikat ketuhanan, karena tiada wujud lagi di sisi Allah. Bahkan semua yang maujud ini, hanyalah sebagai bayangan dari cahaya kekuasaan (qudrat). Dan bayangan itu hanya bersifat mengikuti, bukan pada dataran menyertai, karena itu, tiada wujud lain yang menyertai Allah Swt.

Manusia memiliki ambisi seperti itu. Bahkan pada jiwanya muncul egoisme seperti ucapan, "Akulah tuhan kamu sekalian yang luhur!" Namun Fir'aun kemudian memperjelas, dan manusia lain menyamarkan.

Tetapi manakala terputus dari sikap "satu-satunya dalam wujud" (yang paling), dia tetap berambisi meraih keluhuran dan tahta di atas segalanya di dunia, agar dia bisa meraih apa yang dikehendakinya. Dan sikap demikian berarti memasuki wahana ketuhanan.

Menurut Imâm al-Ghazâlî setiap manusia perlu mengetahui etika bertahta. Menurut beliau, tujuan tahta itu adalah keluhuran sedangkan untuk menggapai keluhuran yang hakiki manusia dapat mencapainya dengan taqarrub kepada Allah Swt. Sebab, itulah supremasi dan kesempurnaan sejati, yang tidak mengandung kehinaan, kekayaan yang tidak mengandung kefakiran, kekekalan yang tidak mengandung kehancuran, serta kenikmatan yang tidak mengandung penyesalan sama sekali. Sementara ambisi yang dicaci adalah upaya mencapai kesempurnaan semu, bukan kesempurnaan hakiki.

Setiap keparipurnaan hakiki selalu dikembalikan pada asas keilmuan, kemerdekaan dan kekuasaan. Yaitu, nuansa yang bebas tidak terikat oleh makhluk lain. Sedangkan hamba, tidak memiliki kompetensi untuk berkuasa secara hakiki. Jika kekuasaannya terletak pada harta dan tahta. Padahal kekuasaan seperti itu bersifat semu tidak langgeng dan akan habis karena kematian.

Related Post



1 komentar

  1. Unknown  

    Hahahahaha ok banget dah gambar dan artikel nya

    Obat Infeksi Saluran Kemih

Posting Komentar

Share this post!
Facebook Delicious Digg! Twitter Linkedin StumbleUpon

Share

Share |

Artikel terbaru

Do'a

اللهم إني أسألك إيمانا يباشر قلبي ويقيناً صادقاً حتى أعلم أنه لن يصيبني إلا ما كتبته علي والرضا بما قسمته لي يا ذا الجلال والإكرام

Translation

Artikel Sufizone

Shout Box

Review www.sufi-zone.blogspot.com on alexa.com How To Increase Page Rankblog-indonesia.com blogarama - the blog directory Active Search Results Page Rank Checker My Ping in TotalPing.com Sonic Run: Internet Search Engine
Free Search Engine Submission Powered by feedmap.net LiveRank.org Submit URL Free to Search Engines blog search directory Dr.5z5 Open Feed Directory Get this blog as a slideshow!