Tafakur

Kenapa tak henti-hentinya dirimu melupakan Alloh?, Padahal sedetikpun Dia tak pernah melupakanmu, Kenapa tak henti-hentinya kau puja cinta yang tak sebenarnya?, Sedangkan Sang Maha Cinta tak pernah melepaskan Cinta-Nya darimu.

Menu

Berlangganan

Dapatkan Artikel Terbaru Sufizone

Masukkan Alamat Email Kamu:

Delivered by FeedBurner

Visitor

Mar 01

Allah berfirman:

وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلاَ تَكْفُرُوْنَ (البقرة: ۱٥٦)

“Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.”[105]

Menurut Imâm al-Ghazâlî syukur termasuk maqam yang tinggi. Maqam syukur lebih tinggi dari sabar, khauf, zuhud dan maqam-maqam lainnya yang telah disebutkan sebelumnya. Sebab, maqam-maqam itu tidak diproyeksikan untuk diri sendiri, tetapi untuk pihak lain. Sabar misalnya, ditujukan untuk menaklukkan hawa nafsu, khauf merupakan cambuk yang menggiring orang yang takut menuju maqam-maqam yang terpuji, dan zuhud merupakan sikap melepaskan diri dari ikatan-ikatan hubungan yang bisa melupakan Allah Swt. Sedangkan syukur itu dimaksudkan untuk diri sendiri, karenanya, la tidak terputus di dalam surga. Sedangkan maqam-maqam lainnya, taubat, khauf, sabar dan zuhud tidak ada lagi di surga. Maqam-maqam itu telah terputus dan habis masa berlakunya. Beda dengan syukur, la abadi di dalam surga.[106] Itulah sebabnya Allah Swt.berfirman:

وَءَاخِرُ دَعْوَاهُمْ اَنِ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالمَِيْنَ. (يونس: ۱۰)

"Dan penutup doa mereka (penghuni surga) ialah, 'Al-Hamd lillâh Rab al-‘Âlamîn (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam)’. " (Q.S. Yûnus: 10).[107]

Imâm al-Ghazâlî berkata, setiap orang akan mengetahui hal tersebut, jika telah memahami hakikat tentang syukur yang terdiri dari tiga rukun: ilmu, tingkah laku dan amal.[108]

a. Rukun pertama: Ilmu.

Ilmu dalam konteks ini berarti mengetahui dan mengerti tentang nikmat dan Dzat Pemberi nikmat. Seluruh nikmat berasal dari Allah Swt., Dia-lah Yang Maha Tunggal. Seluruh perantaranya merupakan obyek yang ditundukkan. Pengetahuan dan pengertian semacam ini ada di belakang penyucian dan tauhid. Keduanya masuk dalam kategori syukur bahkan tahap pertama dalam pengertian atau pengenalan iman adalah penyucian (taqdis).[109]

Jika telah mengenal Dzat Yang Qudus, Anda telah tahu bahwa Yang Qudus itu tiada lain hanyalah Dzat Yang Esa, maka inilah yang disebut tauhid. Kemudian, jika seseorang telah mengerti bahwa seluruh yang ada di alam semesta ini merupakan ciptaan dari Dzat Yang Maha Tunggal itu, dan seluruhnya merupakan nikmat dari-Nya, maka itulah yang disebut pujian (al-Hamd). Yang demikian itu, karena penyucian dan pentauhidan, sekaligus masuk dalam lingkup pujian terhadap Allah SWT.Tingkah laku ruhani ini merupakan buah dari pengetahuan di atas. Yaitu, rasa syukur kepada Sang Pemberi nikmat yang disertai dengan ketundukan dan pengagungan.

b. Rukun kedua: Amal.

Artinya, dengan nikmat tersebut untuk mencintai-Nya, bukan durhaka kepada-Nya. Yang demikian ini, hanya dipahami orang yang mengenal hikmah Allah kepada seluruh makhluk-Nya. Misalnya seseorang mengetahui bahwa mata adalah nikmat dari Allah. Men­syukuri mata adalah menggunakannya untuk menelaah Kitab Allah, untuk mengkaji ilmu pengetahuan, melakukan studi dan riset tentang langit dan bumi, agar dia mampu menyerap pelajaran darinya dan mengagungkan Sang Penciptanya. Dia juga harus menutupi matanya dari segala bentuk aurat kaum Muslimin.[110]

Kemudian menggunakan telinganya untuk menyimak peringatan dan segala hal yang bermanfaat di akhirat nanti, berpaling dari aktivi­tas mendengarkan kata-kata keji dan berlebihan.

Menggunakan lisan untuk berdzikir dan memuji Allah, sebagai rasa syukur tanpa keluhan. Sebab, orang yang ditanya tentang keadaannya, lalu mengeluh, maka dia itu tergolong pelaku maksiat. Karena dia mengadukan milik Sang Maha Raja kepada seorang budak hina yang tidak dapat berbuat apapun. Sebaliknya, bila bersyukur, maka dia tergolong orang taat. Mensyukuri hati, berarti menggunakannya untuk berpikir, bertafakur, dzikir, berma'rifat, merahasiakan kebaikan dan niat yang baik. Demikian pula dengan tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh, seluruh harta-benda dan hal-hal lainnya yang tidak terbatas. Demikianlah sedikit penjelasan Imâm al-Ghazâlî dalam bab syukur dalam kitab Al-Arba´în fî Ushûl al-Dîn.

Related Post



0 komentar

Posting Komentar

Share this post!
Facebook Delicious Digg! Twitter Linkedin StumbleUpon

Share

Share |

Artikel terbaru

Do'a

اللهم إني أسألك إيمانا يباشر قلبي ويقيناً صادقاً حتى أعلم أنه لن يصيبني إلا ما كتبته علي والرضا بما قسمته لي يا ذا الجلال والإكرام

Translation

Artikel Sufizone

Shout Box

Review www.sufi-zone.blogspot.com on alexa.com How To Increase Page Rankblog-indonesia.com blogarama - the blog directory Active Search Results Page Rank Checker My Ping in TotalPing.com Sonic Run: Internet Search Engine
Free Search Engine Submission Powered by feedmap.net LiveRank.org Submit URL Free to Search Engines blog search directory Dr.5z5 Open Feed Directory Get this blog as a slideshow!