Takabur adalah sikap menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya itu, orang sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari pihak yang statusnya dianggap lebih rendah dari dirinya. Allah Swt. berfirman dalam surat al-Mu’minûn ayat: 35
كَذلِكَ يَطْبَعُ اللهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ (المؤمنون: ۳٥ )
“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.”
Sifat takabur sebagaimana yang dikemukakan Imâm al-Ghazâlî dalam kitab Al-Arba´în fî Ushûl al-Dîn akan menimbulkan kehinaan dan bisa mengganggu akidah. Karena itu, para sahabat pernah minta izin kepada Umar r.a. agar memberi nasihat umat setelah subuh. Umar r.a. menjawab, "Aku lebih takut ada hembusan yang melambungkan sampai ke bintang Tsuraya."
Sebab, hembusan tersebut berpengaruh pada aktivitas lahiriah, seperti duduk di tempat yang tinggi, jalan di depan, melihat dengan pandangan sinis dan marah jilka ada orang tidak mengucapkan salam, atau kepada orang yang tidak menghormatinya, lebih banyak menentang kalau dinasihati, menentang kebenaran bila diberi pandangan, dan memandang orang awam seperti memandang khimar.
Takabur tergolong dosa besar. Bahkan orang yang hatinya ada sebesar dzarah ketakaburan, tidak akan masuk surga. Sebab di dalam takabur ada tiga macam kotoran:
Pertama, takabur itu bertentangan dengan sifat-sifat khusus Allah Swt., dimana sifat tersebut adalah pakaian Allah Swt., sebagaimana firman Allah Swt. Keagungan tidak layak, kecuali hanya bagi-Nya. Lalu dari sisi mana, keagungan layak bagi hamba yang hina, yang tidak memiliki dirinya, apalagi menguasai yang lainnya?
Kedua, takabur seringkali membuat orang menolak kebenaran dan cenderung meremehkan orang lain. Nabi saw menjelaskan soal takabur dengan sabdanya, "Takabur, muncul dari mesa bodoh terhadap kebenaran, menganggap rendah manusia, dan merasa lebih benar. Takabur menutup pintu kebahagiaan, begitu juga merendahkan makhluk."
Sebagian sufi berkata, "Sesungguhnya Allah SWT.menyembunyikan tiga perkara dalam tiga hal:
a) Menyembunyikan ridha-Nya dalam ketaatan kepada-Nya. Maka, janganlah merendahkan sedikit pun terhadap taat, siapa tahu ridha Allah ada di dalamnya.
b) Menyembunyikan dendamnya dalam maksiat kepada-Nya, maka janganlah meremehkan sekecil apa pun maksiat itu, barangkali di dalamnya tersembunyi dendam-Nya.
c) Menyembunyikan kewalian dalam diri hamba-hamba-Nya, maka janganlah merendahkan seseorang, siapa tahu orang itu wali Allah SWT.
Ketiga, takabur dapat menghalanginya dari perilaku mulia dan terpuji. Sebab, orang yang takabur tidak akan pernah merasa mencintai orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.
Dia juga tidak bisa merendah, tidak bisa meninggalkan antagonisnya, dengki dan amarahnya. Ia tidak bisa menahan diri, lembut dalam bicara, dan tidak mampu meninggalkan riya'. Secara global setiap perilaku tercela, senantiasa dilalui oleh orang takabur, dan tidak ada perilaku terpuji, kecuali harus meninggalkan sifat takabur tersebut.
Posting Komentar