Tafakur

Kenapa tak henti-hentinya dirimu melupakan Alloh?, Padahal sedetikpun Dia tak pernah melupakanmu, Kenapa tak henti-hentinya kau puja cinta yang tak sebenarnya?, Sedangkan Sang Maha Cinta tak pernah melepaskan Cinta-Nya darimu.

Menu

Berlangganan

Dapatkan Artikel Terbaru Sufizone

Masukkan Alamat Email Kamu:

Delivered by FeedBurner

Visitor

Tahapan-tahapan dan tingkatan-tingkatan perubahan kerohanian telah dijelaskan. harus ditegaskan bahwa setiap tingkat harus dicapai dengan taubat. Boleh bertanya tentang cara bertaubat dengan orang yang mengetahui cara berbuat. Taubat yang sebenarnya dan menyeluruh merupakan langkah pertama di dalam perjalanan.

“(Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa[1404] dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ”. (Surat Fath, ayat 26).

Keadaan takut kepada Allah mempunyai maksud yang sama dengan kalimah “La ilaha illa Llah” – tiada Tuhan, tiada apa-apa, kecuali Allah. Bagi orang yang mengetahui ini akan ada perasaan takut kehilangan-Nya, kehilangan perhatian-Nya, cinta-Nya, keampunan-Nya; dia takut dan malu melakukan kesalahan sedangkan Dia melihat, dan takut adzab-Nya. Jika seseorang itu tidak berkeadaan demikian dia harus mencari orang yang benar-benar bertaqwa sehingga dia dapat berguru, agar dia mempunyai rasa takut terhadap Allah.

Sumber dari perkataan itu haruslah bersih dan suci dari segala sesuatu kecuali Allah, dan siapa yang menerimanya harus dapat membedakan antara perkataan orang yang suci hatinya dengan perkataan orang awam. Penerimanya haruslah sadar cara perkataan itu diucapkan, karena perkataan yang bunyinya sama mungkin mempunyai maksud yang jauh berbeda. Tidak mungkin perkataan yang datangnya dari sumber yang asli sama dengan perkataan yang datangnya dari sumber lain.

Hatinya menjadi hidup bila dia menerima benih tauhid dari hati yang hidup karena benih yang demikian sangat subur, itulah benih kehidupan. Tidak ada yang tumbuh dari benih yang kering lagi tiada kehidupan. Kalimah suci “La ilaha illa Llah” disebut dua kali di dalam Quran menjadi bukti.

“(karena) apabila dikatakan kepada mereka “Tiada Tuhan melainkan Allah” mereka sombong. Dan mereka berkata, ‘Apakah kami harus meninggalkan tuhan-tuhan kami untuk (mengikuti) seorang ahli syair dan gila?” (Surat Shaaffaat. Ayat 35 & 36).


Ini adalah keadaan orang awam yang menuhankan dunia.

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”. (Surat Muhammad, ayat 19).

Firman Allah ini menjadi panduan bagi orang-orang beriman yang sejati yang takut kepada Allah.

Sayyidina Ali r.a meminta Rasulullah s.a.w mengajarkan kepadanya cara yang mudah, paling bernilai, paling cepat kepada keselamatan. Baginda s.a.w menanti Jibril memberikan jawabannya dari Allah. Jibril datang dan mengajarkan baginda s.a.w mengucapkan “La ilaha” sambil menoleh ke kanan, dan mengucapkan “illa Llah” sambil menoleh ke kiri, ke arah hati sucinya yang diberkati. Jibril mengulanginya tiga kali; Nabi s.a.w mengulanginya tiga kali dan mengajarkan yang demikian kepada Sayyidina Ali r.a dengan mengulanginya tiga kali juga. Kemudian baginda s.a.w mengajarkan yang demikian kepada sahabat-sahabat baginda. Sayyidina Ali r.a merupakan orang yang pertama bertanya dan menjadi orang yang pertama diajarkan.

Kemudian suatu hari selepas kembali dari peperangan, Nabi s.a.w berkata kepada pengikut-pengikut baginda, “Kita baru kembali dari peperangan yang kecil untuk menghadapi peperangan yang besar”. Baginda s.a.w merujukkan kepada perjuangan dengan ego diri sendiri, keinginan yang rendah yang menjadi musuh kepada penyaksian kalimah tauhid. Baginda s.a.w bersabda, “Musuh kamu yang paling besar ada di bawah rusuk kamu”.

Cinta Ilahi tidak akan hidup sampai musuhnya, hawa nafsu badaniahmu, mati dan meninggalkanmu.

Mula-mula kamu harus berlepas diri dari egomu yang menyeret kamu kepada kejahatan. Kemudian kamu akan mulai memiliki suara hati, walaupun belum sepenuhnya, karena kamu masih belum sepenuhnya bebas dari dosa. Kamu akan memiliki perasaan menyesali diri sendiri – tetapi itu belum mencukupi. Kamu harus melewati tahap tersebut kepada tingkat di mana hakikat yang sebenarnya dibukakan kepada kamu, kebenaran tentang benar dan salah. Kemudian kamu akan berhenti melakukan kesalahan dan akan hanya melakukan kebaikan. Dengan demikian diri kamu akan menjadi bersih. Di dalam menentang hawa nafsu dan tarikan badan kamu, kamu haruslah melawan nafsu hewani – kerakusan, terlalu banyak tidur, pekerjaan yang sia-sia – dan menentang sifat-sifat hewan liar di dalam diri kamu – kekejian, marah, kasar dan berkelahi. Kemudian kamu harus usahakan membuang perangai-perangai ego yang jahat, takabur, sombong, dengki, dendam, tamak dan lain-lain penyakit tubuh dan hati kamu. Cuma orang yang berbuat demikian yang benar-benar bertaubat dan menjadi bersih, suci murni dan sejati.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (Surat Baqarah, ayat 222)
.

Dalam melakukan taubat seseorang itu haruslah mengambil perhatian supaya penyesalannya tidak samar-samar dan tidak juga secara umum agar dia tidak jatuh ke dalam ancaman Allah:

“Tidak terhitung berapa banyak mereka bertaubat mereka tidak sebenarnya menyesal. Taubat mereka tidak diterima”.

Ini ditujukan kepada mereka yang hanya mengucapkan kata-kata taubat tetapi tidak tahu sejauh mana dosa mereka, malah tidak mengambil tindakan pembaikan dan pencegahan. Itulah taubat yang biasa, taubat dzahir yang tidak membersihkan dosa. Itu adalah umpama orang yang mencoba menghapuskan rumput dengan memotong bagian di atas tanah tetapi tidak mencabut akarnya yang di dalam bumi. Tindakan yang demikian membantu rumput untuk tumbuh dengan lebih segar. Orang yang bertaubat dengan mengetahui kesalahannya dan puncak kesalahan itu berniat tidak mengulanginya dan membebaskan dirinya dari kesalahan itu, mencabut akar pokok yang merusakkan itu. Cangkul yang digunakan untuk menggali akarnya, puncak segala dosa, ialah belajar tentang kerohanian dari guru yang benar. Tanah haruslah dibersihkan sebelum ditanami.

“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.”. (Surat Hasyr, ayat 21).

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Surat Syura, ayat 25).

“kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ”. (Surat Furqaan, ayat 70).


Ketahuilah taubat yang diterima tandanya ialah seseorang itu tidak lagi jatuh ke dalam dosa tersebut.

Ada dua jenis taubat, taubat orang awam dan taubat mukmin sejati. Orang awam berharap meninggalkan kejahatan dan masuk kepada kebaikan dengan cara mengingati Allah dan mengambil langkah usaha bersungguh-sungguh, meninggalkan hawa nafsunya dan kesenangan badannya dan menekankan egonya. Dia harus meninggalkan egonya yang ingkar terhadap peraturan Allah dan masuk kepada taat. Itulah taubatnya yang menyelamatkannya dari neraka dan memasukkannya ke dalam syurga.

Orang mukmin sejati, hamba Allah yang sejati, berada di dalam keadaan yang jauh berbeda. Mereka berada pada maqam ma'rifat yang jauh lebih tinggi dari maqam orang awam yang paling baik. Sebenarnya bagi mereka tidak ada lagi anak tangga untuk dipanjat; mereka telah sampai kepada kedekatan dengan Allah. Mereka telah meninggalkan kesenangan dan nikmat dunia ini dan menikmati keledzatan alam kerohanian – rasa kedekatan dengan Allah, nikmat menyaksikan Dzat-Nya dengan mata keyakinan.

Perhatian orang awam tertuju kepada dunia ini dan kesenangan mereka adalah merasakan nikmat kebendaan dan kebendaannya. Malah, jika kewujudan kebendaan manusia dan dunia merupakan suatu kekhilafan, begitu jugalah nikmat yang paling baik darinya. Kata-kata yang diucapkan oleh orang arif, “Kewujudan dirimu merupakan dosa, menyebabkan segala dosa menjadi kecil jika dibandingkan dengannya”. Orang arif selalu mengatakan bahwa kebaikan yang dilakukan oleh orang baik-baik tidak mencapai kedekatan dengan Allah tidak lebih dari kesalahan orang yang dekat dengan-Nya. Ini untuk mengajarkan kita memohon ampunan terhadap kesalahan yang tersembunyi yang kita sangka kebaikan, Nabi s.a.w yang tidak pernah berdosa memohon ampunan dari Allah sebanyak seratus kali sehari. Allah Yang Maha Tinggi mengajarkan kepada rasul-Nya:

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”. (Surat Muhamamad, ayat 19)
.

Dia jadikan rasul-Nya yang suci murni sebagai teladan tentang cara bertaubat – dengan merayu kepada Allah supaya menghilangkan ego seseorang, sifat-sifatnya dan dirinya, semuanya pada diri seseorang, mencabut kewujudan diri seseorang. Inilah taubat yang sebenarnya.

Taubat yang demikian meninggalkan segala-galanya kecuali Dzat Allah, dan berniat untuk kembali kepada-Nya, kembali kepada kedekatan-Nya untuk melihat Wajah Ilahi. Nabi s.a.w menjelaskan taubat yang demikian dengan sabda baginda s.a.w, “Ada sebagian hamba-hamba Allah yang sejati yang tubuh mereka berada di sini tetapi hati mereka berada di sana, di bawah arasy”. Hati mereka berada pada langit kesembilan, di bawah arasy Allah karena penyaksian suci terhadap Dzat-Nya tidak mungkin berlaku pada alam bawah.

Di sini hanya kenyataan atau pendzahiran sifat-sifat suci-Nya yang dapat disaksikan, memancar ke atas cermin yang bersih kepunyaan hati yang suci. Sayyidina Umar r.a berkata, “Hatiku melihat Tuhanku dengan cahaya Tuhanku”. Hati yang suci adalah cermin di mana keindahan, kemuliaan dan kesempurnaan Allah memancar. Nama lain yang diberi kepada keadaan ini ialah pembukaan (kasyaf), menyaksikan sifat-sifat Ilahi yang suci.

Untuk memperoleh keadaan tersebut, yaitu untuk membersihkan dan menyinarkan hati, haruslah berguru kepada orang yang matang, yang di dalam keesaan dengan Allah, yang disanjung dan dimuliakan oleh semua, dahulu dan sekarang. Guru tersebut haruslah telah sampai kepada maqam kedekatan dengan Allah dan diantarkan kembali ke alam rendah oleh Allah untuk membimbing dan menyempurnakan mereka yang layak tetapi masih mempunyai kekurangan.

Di dalam penurunan mereka untuk melakukan tugas tersebut wali-wali Allah haruslah berjalan sesuai dengan sunnah Rasulullah s.a.w dengan mengikuti teladan baginda s.a.w, tetapi tugas mereka berlainan dengan tugas rasul. Rasul diutus untuk menyelamatkan seluruh manusia dan juga orang-orang yang beriman. Guru-guru tadi pula tidak mengajar semua orang tetapi hanyalah sebagian orang yang dipilih saja. Rasul-rasul diberi kebebasan dalam menjalankan tugas mereka, sementara wali-wali yang mengambil tugas sebagai guru harus mengikuti jalan rasul-rasul dan nabi-nabi.

Guru kerohanian yang mengaku diri mereka merdeka, menyamakan dirinya dengan nabi, jatuh kepada kesesatan dan kekufuran. Bila Nabi s.a.w mengatakan sahabat-sahabat baginda yang arif adalah umpama nabi-nabi Bani Israil, baginda memaksudkan lain dari ini – karena nabi-nabi yang datang selepas Musa a.s semuanya mengikuti prinsip agama yang dibawa oleh Musa a.s. Mereka tidak membawa peraturan baru. Mereka mengikuti undang-undang yang sama. Seperti mereka juga orang-orang arif dari kalangan umat Nabi Muhammad s.a.w yang bertugas membimbing sebagian dari orang-orang suci yang dipilih, mengikuti kebijaksanaan Nabi s.a.w, tetapi menyampaikan perintah dan larangan dengan cara baru yang berbeda, terbuka dan jelas, menunjukkan kepada murid-murid mereka dengan perbuatan yang mereka kerjakan pada masa dan keadaan yang berlainan. Mereka memberi dorongan kepada murid-murid mereka dengan menunjukkan kelebihan dan keindahan prinsip-prinsip agama. Tujuan mereka ialah membantu pengikut-pengikut mereka menyucikan hati menuju ma'rifat.

Dalam melakukan semua itu mereka mengikuti teladan dari pengikut-pengikut Rasulullah s.a.w yang terkenal sebagai ‘ahlus suffah’ yang telah meninggalkan semua aktivitas keduniaan untuk berdiri di pintu Rasulullah s.a.w dan berada dekat dengan baginda. Mereka menyampaikan kabar sebagaimana mereka menerimanya secara langsung dari mulut Rasulullah s.a.w. Dalam kedekatan mereka dengan Rasulullah s.a.w mereka telah sampai kepada tingkat di mana mereka boleh berbicara tentang rahasia isra' dan mi'raj Rasulullah s.a.w sebelum baginda membuka rahasia tersebut kepada sahabat-sahabat baginda.

Wali-wali yang menjadi guru memiliki kedekatan yang serupa dengan Nabi s.a.w dengan Tuhannya. Amanah dan penjagaan terhadap ilmu ketuhanan yang serupa dianugerahkan kepada mereka. Mereka merupakan Pemegang sebagian dari kenabian, dan diri batin mereka selamat di bawah penjagaan Rasulullah s.a.w.

Tidak semua orang yang memiliki ilmu berada di dalam keadaan tersebut. Mereka yang sampai ke situ adalah yang dekat kepada Rasulullah s.a.w dari anak-anak dan keluarga mereka sendiri dan mereka adalah umpama anak-anak kerohanian Rasulullah s.a.w yang hubungannya lebih erat dari hubungan darah. Mereka adalah pewaris sebenarnya dari Nabi s.a.w. Anak yang sejati memiliki Dzat dan rahasia bapanya pada rupa dzahirnya dan juga pada batinnya. Nabi s.a.w menjelaskan rahasia ini, “Ilmu khusus adalah umpama khazanah rahasia yang hanya mereka yang mengenali Dzat Allah bisa mendapatkannya. Namun bila rahasia itu dibukakan orang yang mempunyai kesadaran dan ikhlas tidak menafikannya”.

Ilmu tersebut dimasukkan kepada Nabi s.a.w pada malam baginda s.a.w mi'raj kepada Tuhannya. Rahasia itu tersembunyi di dalam diri baginda di sebanyak tiga ribu tabir hijab. Baginda s.a.w tidak membuka rahasianya melainkan kepada sebagian pengikut baginda yang sangat dekat dengan baginda. Melalui penyebaran dan keberkatan rahasia inilah Islam akan terus berjaya sehingga ke hari kiamat.

Pengetahuan batin tentang yang tersembunyi membawa seseorang kepada rahasia tersebut. Sains, kesenian dan kemahiran keduniaan adalah umpama kerangka kepada pengetahuan batin. Mereka yang memiliki pengetahuan kerangka itu bolehlah mengharapkan suatu hari nanti mereka diberi kesempatan untuk memiliki apa yang di dalam kerangka. Sebagian dari mereka yang berilmu memiliki apa yang patut dimiliki oleh seorang manusia secara umumnya sementara sebagian yang lain menjadi ahli dan memelihara ilmu tersebut agar tidak hilang. Ada golongan yang menyeru kepada Allah dengan nasihat yang baik. Sebagian dari mereka mengikuti sunnah Nabi s.a.w dan dipimpin oleh Sayyidina Ali r.a. yang menjadi pintu kepada gedung ilmu yang melaluinya masuklah mereka yang menerima undangan dari Allah.

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. ”. (Surat Nahl, ayat 125).

Maksud dan perkataan mereka adalah sama. Perbedaan pada dzahirnya hanyalah pada perkara-perkara terperinci dan cara pelaksanaannya.

Sebenarnya ada tiga makna dari tiga jenis ilmu yang berbeda – dilakukan secara berbeda, tetapi menjurus kepada yang satu Sesuai dengan sunnah Rasulullah s.a.w. Ilmu dibagi menadi tiga, yang tidak ada seorang manusia boleh menanggung keseluruhan beban ilmu itu juga tidak berupaya mengamalkan dengan sekaliannya.

Bagian pertama ayat di atas “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana (hikmah)”, Sesuai dengan ma'rifat, Dzat dan permulaan kepada segala sesuatu, pemiliknya haruslah sebagaimana Nabi s.a.w beramal Sesuai dengannya. Ia hanya dikaruniakan kepada lelaki sejati yang berani, tentara kerohanian yang akan mempertahankan kedudukannya dan menyelamatkan ilmu tersebut. Nabi s.a.w bersabda, “Kekuatan semangat lelaki sejati mampu menggoncang gunung”. Gunung di sini menunjukkan keberatan hati sesetengah manusia. Doa lelaki sejati yang menjadi tentera kerohanian dimakbulkan. Bila mereka menciptakan sesuatu ia berlaku, bila mereka mahukan sesuatu hilang maka ia pun hilang.

“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Surat Baqarah, ayat 269).

Jenis kedua ialah ilmu dzahir yang disebut Al-Quran sebagai “seruan yang baik”. Ia menjadi kulit kepada hikmah kebijaksanaan rohani. Mereka yang memilikinya menyeru kepada kebaikan, mengajar manusia berbuat baik dan meninggalkan larangan-Nya. Nabi s.a.w memuji mereka. Orang yang berilmu menyeru dengan lemah lembut dan baik hati, sementara yang jahil menyeru dengan kasar dan kemarahan.

Jenis ketiga ialah ilmu yang menyentuh kehidupan manusia di dalam dunia. Ia disebut sebagai ilmu agama (syariat) yang menjadi sarang kepada hikmah kebijaksanaan (ma'rifat). Ia adalah ilmu yang diperuntukkan kepada mereka yang menjadi pemerintah manusia; menjalankan keadilan di atas sesama manusia; usaha manusia kepada sesama manusia. bagian terakhir ayat Quran yang di atas tadi menceritakan tugas mereka “dan berbincanglah dengan mereka dengan cara yang baik”. Mereka ini menjadi kenyataan kepada sifat Allah “al-Qahhar” Yang Maha Keras. Mereka berkewajipan menjaga peraturan di kalangan manusia selaras dengan hukum Tuhan, seumpama sabut melindungi tempurung dan tempurung melindungi isi.

Nabi s.a.w menasihatkan, “Biasakan dirimu berada di dalam majlis orang-orang arif, taatlah kepada pemimpin kamu yang adil. Allah Yang Maha Tinggi menghidupkan hati dengan hikmah seperti Dia jadikan bumi yang mati hidup dengan tumbuh-tumbuhan dengan menurunkan hujan”. Baginda s.a.w juga bersabda, “Hikmah adalah harta yang hilang bagi orang yang beriman, dikutipnya di mana saja ditemuinya”.

Malah perkataan yang diucapkan oleh manusia biasa datangnya dari Lauhil Mahfudz menurut hukum Allah terhadap segala perkara dari awal hingga akhir. Lauhil Mahfudz itu disimpan di alam tinggi pada akal asbab tetapi perkataan diucapkan menurut maqam seseorang. Perkataan mereka yang telah mencapai maqam ma'rifat adalah secara langsung dari alam tersebut, maqam kedekatan dengan Allah. Di sana tidak ada perantaraan.

Ketahuilah bahwa semua akan kembali kepada asal mereka. Hati, Dzat, harus dikejutkan; jadikan hidup untuk mencari jalan kembali kepada asalnya yang suci murni. Ia harus mendengar seruan. Seseorang harus mencari orang yang perkataannya berasal dari Lauhil Mahfudz. Itulah guru yang sebenarnya. Ini merupakan kewajiban bagi kita. Nabi s.a.w bersabda, “Menuntut ilmu wajib bagi setiap orang Islam lelaki dan perempuan”. Ilmu tersebut merupakan tingkat terakhir semua ilmu, itulah ilmu ma'rifat, ilmu yang akan membimbing seseorang kepada asalnya, yang sebenarnya (hakikat). Ilmu yang lain harus sekedar melaksanakan kewajiban. Allah menyukai mereka yang meninggalkan cita-cita dan angan-angan kepada dunia, kemuliaan dan kebesarannya, karena kepentingan duniawi ini menghalang seseorang kepada Allah.

Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukurit”. (Surat Syura, ayat 23).


Sumber : Madzhab Cinta
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc

Related Post



1 komentar

  1. Unknown  

    subhanallah,.. ilmunya barakallah,..

Posting Komentar

Share this post!
Facebook Delicious Digg! Twitter Linkedin StumbleUpon

Share

Share |

Artikel terbaru

Do'a

اللهم إني أسألك إيمانا يباشر قلبي ويقيناً صادقاً حتى أعلم أنه لن يصيبني إلا ما كتبته علي والرضا بما قسمته لي يا ذا الجلال والإكرام

Translation

Artikel Sufizone

Shout Box

Review www.sufi-zone.blogspot.com on alexa.com How To Increase Page Rankblog-indonesia.com blogarama - the blog directory Active Search Results Page Rank Checker My Ping in TotalPing.com Sonic Run: Internet Search Engine
Free Search Engine Submission Powered by feedmap.net LiveRank.org Submit URL Free to Search Engines blog search directory Dr.5z5 Open Feed Directory Get this blog as a slideshow!