Takdir tidak harus persis dengan kemauan sampeyan. Oleh karena itu, tata krama orang yang mempunyai himah harus mengucapkan insya Alloh. Kalau sampeyan sering mengucapkan insya Alloh, insya Alloh sampeyan tidak mudah setres. Tetapi harus dikembalikan lagi kepada soal I’timad, soal tajrid dan soal asbab yang lalu. Halah, wong semua sudah di takdir (semua kan sudah ditakdir), maka tidak perlu ikhtiar, jangan begitu.
Himah itu pasti ada. Itu sudah memanusiawi. Setiap orang mempunyai himah. Tetapi jangan sekali-kali himahmu itu nglamak (keterlaluan), sampai menyaingi irodah Alloh. jawa; Ojo ndisiki kerso (jangan mendahului kehendak Alloh), Itu penting. Kalau tidak didasari dengan pemahaman seperti itu, pikiran anda akan mudah rancu.
Alloh sering memberikan sesuatu ketika seseorang itu sudah tidak mengharapkan. Terkadang ketika dia sudah tidak memiliki harapan atas sesuatu, barulah dia diberi oleh Alloh. Sebaliknya, ketika orang itu masih karep (berharap) justru tidak diberi. Itulah salah satu bentuk sunattullah, seperti itulah kebiasaan Alloh memberi.
Hal seperti ini juga sulit. Lek ngono aku tak gak karep wae (wah, kalau begitu aku nggak usah berharap sekalian (biar diberi)). Ngono kuwi yo malah karep (seperti itu malah menunjukan harapan yang kuat).
Orang yang sudah tidak berharap, biasanya oleh Alloh malah diberi. Karena Alloh welas (belas kasih) kepada sampeyan. Akan tetapi, jika anda punya keinginan langsung diberi, ketika punya keinginan langsung diberi, punya keinginan langsung terwujud, jangan – jangan sampeyan nanti akan mengaku menjadi “gusti Alloh”. Padahal sampeyan tidak akan mampu bertanggung jawab menjadi “gusti Alloh”. Nanti akan berbenturan dengan kodrat, esensi, atau asli posisi anda sebagai hamba itu hilang. Wong petruk kok dadi ratu (Petruk kok menjadi raja). Petrok itu menjadi punokawan (empat sekawan) saja. Yang menjadi raja biar Kresno atau Puntodewo saja. Itu namanya nglenggono ing urip, nrimo ing pandum (lapang dalam hidup, menerima pemberian apa adanya). Mengerti tugasnya menjadi manusia. (selengkapnya baca sufizone magazine)
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Himah itu pasti ada. Itu sudah memanusiawi. Setiap orang mempunyai himah. Tetapi jangan sekali-kali himahmu itu nglamak (keterlaluan), sampai menyaingi irodah Alloh. jawa; Ojo ndisiki kerso (jangan mendahului kehendak Alloh), Itu penting. Kalau tidak didasari dengan pemahaman seperti itu, pikiran anda akan mudah rancu.
Alloh sering memberikan sesuatu ketika seseorang itu sudah tidak mengharapkan. Terkadang ketika dia sudah tidak memiliki harapan atas sesuatu, barulah dia diberi oleh Alloh. Sebaliknya, ketika orang itu masih karep (berharap) justru tidak diberi. Itulah salah satu bentuk sunattullah, seperti itulah kebiasaan Alloh memberi.
Hal seperti ini juga sulit. Lek ngono aku tak gak karep wae (wah, kalau begitu aku nggak usah berharap sekalian (biar diberi)). Ngono kuwi yo malah karep (seperti itu malah menunjukan harapan yang kuat).
Orang yang sudah tidak berharap, biasanya oleh Alloh malah diberi. Karena Alloh welas (belas kasih) kepada sampeyan. Akan tetapi, jika anda punya keinginan langsung diberi, ketika punya keinginan langsung diberi, punya keinginan langsung terwujud, jangan – jangan sampeyan nanti akan mengaku menjadi “gusti Alloh”. Padahal sampeyan tidak akan mampu bertanggung jawab menjadi “gusti Alloh”. Nanti akan berbenturan dengan kodrat, esensi, atau asli posisi anda sebagai hamba itu hilang. Wong petruk kok dadi ratu (Petruk kok menjadi raja). Petrok itu menjadi punokawan (empat sekawan) saja. Yang menjadi raja biar Kresno atau Puntodewo saja. Itu namanya nglenggono ing urip, nrimo ing pandum (lapang dalam hidup, menerima pemberian apa adanya). Mengerti tugasnya menjadi manusia. (selengkapnya baca sufizone magazine)
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Posting Komentar