Al-Qur’an itu termasuk kitab, berarti termasuk kelompok rukun Iman yang ke tiga. Iman pertama kepada Alloh, Iman kepada Malaikat, Iman kepada kita, Iman kepada Rosul, Iman kepada hari akhir dan Iman kepada Qodo’ dan qodar dari Alloh SWT. Artinya kalau kita sudah beriman kepada Alloh, berarti kita meyadarkan kenyataan kehidupan ini hanya bersandar kepada Alloh. Bahkan yang kita anggap sebuah keniscahyaan bahwa umpamanya “nek ora mangan yo ora iso urip” (kalau tidak makan tidak hidup). Artinya kita menyandarkan hidup kepada makan. Sebenarnya hai itu adalah logika-logika terbalik yang seringkali membuat kita menjadi buta. Buta artinya dasar-dasar pemikiran kita menjadi rancu. Karena kenyataannya kan, hidup dulu baru makan, tidak makan baru hidup.
Oleh karena itu, kita perlu membukan kesadaran diri melalui pengajian-pengajian tafsir seperti ini, mudah-mudahan ini bisa menjadi alternative-alternatif pemikiran kita. Kalau salah satunya adalah memperkuat iman kepada Alloh. Walau ada kenyataan-kenyataan semu yang kita tangkap, Misalnya ; kita tahu kalau ada api akan membakar, kalau ada air akan basah, kalau ada kuman bakteri bisa sakit, kalau ada uang bisa nuruti kesenengan, kalau ada makanan bisa hidup, itu sandaran-sandaran semu yang tidak sebenarnya. Semua itu hanya rangkaian-rangkaian ilmu Alloh.
Rangkaian-rangkaian kejadian yang diciptakan oleh Alloh yang saling bersamaan. Jadi buka api yang telah membakar, tetapi kejadian terbakar itu dicipkan Alloh, bersama itu pula Alloh mencipkan api. Bukan makanan yang menghidupkan orang, tapi Alloh menciptakan kehidupan bersamaan pula Alloh menciptakan makanan yang masuk dalam orang yang hidup. Itu namanya menyandarkan segala sesuatu kepada Alloh. Artinya meyakini bahwa Alloh itu Maha Sempurna, Alloh Maha Kuasa, Alloh yang mengatur kehidupan ini secara menyeluruh, Itu sandaran awal. Karena kalau kita tidak percaya dengan keberadaan Alloh yang Maha Kuasa itu, maka kita semua akan memasuki wilayah tak terbatas. Kita akan memasuki kebingungan selanjutnya. Yang akhirnya sampean sendiri bingung.
Ketika lupa akan menimbulkan kebingungan. Karena anda sudah terlanjur membuat kesimpulan bahwa kalau tidak ada uang tidak hidup. Maka ketiak tidak ada uang anda merasa terancam “wah piye iki, duite karek sitik iki” (wah bagaimana ini, uang tinggal sedikit)
1. Padahal sebenarnya uang dan hidup itu tidak saling menguasai. Artinya, meskipun anda tidak punya uang, kalau Alloh memberikan kehidupan, maka tetap akan hidup (meski tanpa uang). Dan selama ini sebenarnya kita kan sudah hidup. Hanya saja kita sering lupa bahwa hidup adalah sebuah kenyataan tersendiri. Dan uang juga barang tersendiri. Selengkapnya bisa dibaca di Majalah SUFIZONE edisi-1 (Oktober 2009).
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Oleh karena itu, kita perlu membukan kesadaran diri melalui pengajian-pengajian tafsir seperti ini, mudah-mudahan ini bisa menjadi alternative-alternatif pemikiran kita. Kalau salah satunya adalah memperkuat iman kepada Alloh. Walau ada kenyataan-kenyataan semu yang kita tangkap, Misalnya ; kita tahu kalau ada api akan membakar, kalau ada air akan basah, kalau ada kuman bakteri bisa sakit, kalau ada uang bisa nuruti kesenengan, kalau ada makanan bisa hidup, itu sandaran-sandaran semu yang tidak sebenarnya. Semua itu hanya rangkaian-rangkaian ilmu Alloh.
Rangkaian-rangkaian kejadian yang diciptakan oleh Alloh yang saling bersamaan. Jadi buka api yang telah membakar, tetapi kejadian terbakar itu dicipkan Alloh, bersama itu pula Alloh mencipkan api. Bukan makanan yang menghidupkan orang, tapi Alloh menciptakan kehidupan bersamaan pula Alloh menciptakan makanan yang masuk dalam orang yang hidup. Itu namanya menyandarkan segala sesuatu kepada Alloh. Artinya meyakini bahwa Alloh itu Maha Sempurna, Alloh Maha Kuasa, Alloh yang mengatur kehidupan ini secara menyeluruh, Itu sandaran awal. Karena kalau kita tidak percaya dengan keberadaan Alloh yang Maha Kuasa itu, maka kita semua akan memasuki wilayah tak terbatas. Kita akan memasuki kebingungan selanjutnya. Yang akhirnya sampean sendiri bingung.
Ketika lupa akan menimbulkan kebingungan. Karena anda sudah terlanjur membuat kesimpulan bahwa kalau tidak ada uang tidak hidup. Maka ketiak tidak ada uang anda merasa terancam “wah piye iki, duite karek sitik iki” (wah bagaimana ini, uang tinggal sedikit)
1. Padahal sebenarnya uang dan hidup itu tidak saling menguasai. Artinya, meskipun anda tidak punya uang, kalau Alloh memberikan kehidupan, maka tetap akan hidup (meski tanpa uang). Dan selama ini sebenarnya kita kan sudah hidup. Hanya saja kita sering lupa bahwa hidup adalah sebuah kenyataan tersendiri. Dan uang juga barang tersendiri. Selengkapnya bisa dibaca di Majalah SUFIZONE edisi-1 (Oktober 2009).
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Posting Komentar