Ijabah, dikabulkannya do’a, merupakan janji Alloh yang pasti terjadi. Sebenarnya bagi orang yang berdo’a, pelaksanaan do’a itulah yang penting. Soal Ijabah, “iku dudu penggaweane menungso” (itu bukan wewenang manusia) Ijabah, terkabulnya do’a, “iku penggaweane Alloh” (itu wewengnya Alloh). Akan diberikan dalam bentuk apa ijabah itu, dan akan diberikan kapan ijabah itu, itu seluruhnya wewenang Alloh SWT. Kita harus bisa mengurai apa tugas hamba dan apa wewenang Alloh.
Pemberian Alloh
Jika berpikir tentang pemberian Alloh, janganlah dibatasi, jangan terjebak soal bentuk formal, karena bentuk formal berupa uang, itu yang akan “qodkhan bi basyrotika”. Akan membuat mata batin cacat. Artinya tidak sempurna. Mata batin yang seharusnya bisa melihat sesuatu dengan luas, karena cacat menjadi terbatas.
Yang lebih berbahaya jika sampai mencurigai Alloh, tidak percaya dengan janji Alloh, bahkan menuduh Alloh tidak punya kasih saying. Menuduh Alloh tidak mampu merubah nasib.
Terkadang sampai menvonis, “Gusti Alloh ki wes ora kudu ngowahi nasibku, awit cilik kok sampe sak mene tuweke panggah dadi wong mlarat” (sepertinya Alloh tidak akan pernah mau merubah nasibku, dari kecil sampai tua begini kok tetap menjadi orang miskin).
Secara tidak sadar dia menvonis Alloh, seolah-olah Alloh tidak mampu merubah nasibnya, kalau sudah sampai ketingkat itu, cahaya hati dan iman sudah padam.
Resiko yang kedua, kalau sampai ragu-ragu lalu muncul tuduhan-tuduhan yang tidak enak terhadap Alloh, maka akan menjadi resiko yang kedua, yaitu memadamnya jiwa keimanan kita. Selengkapnya bisa dibaca di Majalah SUFIZONE edisi-1 (Oktober 2009).
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Pemberian Alloh
Jika berpikir tentang pemberian Alloh, janganlah dibatasi, jangan terjebak soal bentuk formal, karena bentuk formal berupa uang, itu yang akan “qodkhan bi basyrotika”. Akan membuat mata batin cacat. Artinya tidak sempurna. Mata batin yang seharusnya bisa melihat sesuatu dengan luas, karena cacat menjadi terbatas.
Yang lebih berbahaya jika sampai mencurigai Alloh, tidak percaya dengan janji Alloh, bahkan menuduh Alloh tidak punya kasih saying. Menuduh Alloh tidak mampu merubah nasib.
Terkadang sampai menvonis, “Gusti Alloh ki wes ora kudu ngowahi nasibku, awit cilik kok sampe sak mene tuweke panggah dadi wong mlarat” (sepertinya Alloh tidak akan pernah mau merubah nasibku, dari kecil sampai tua begini kok tetap menjadi orang miskin).
Secara tidak sadar dia menvonis Alloh, seolah-olah Alloh tidak mampu merubah nasibnya, kalau sudah sampai ketingkat itu, cahaya hati dan iman sudah padam.
Resiko yang kedua, kalau sampai ragu-ragu lalu muncul tuduhan-tuduhan yang tidak enak terhadap Alloh, maka akan menjadi resiko yang kedua, yaitu memadamnya jiwa keimanan kita. Selengkapnya bisa dibaca di Majalah SUFIZONE edisi-1 (Oktober 2009).
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Posting Komentar