Abul Abbas Al-Mursy bercerita, “Aku bertanya kepada guruku berkenaan Dzikir orang-orang yang telah benar-benar sampai (wushul) kepada Allah.”
Beliau berkata, “Dengan cara menggugurkan hawa nafsu dan mencintai Tuhannya. Dan teguh memegang kecintaan itu, dibanding mencintai yang lain daripada Allah.”
“Siapa yang ingin bersahabat dengan Allah, maka seharusnya ia memulai dengan meninggalkan segala syahwat diri (kepentingan pribadi). Sang hamba tidak akan sampai kepada Allah, jika masih ada pada dirinya segala kesenangan dirinya. Dan tidak juga sampai, jika dalam dirinya ada segala keinginan.”
Ada sebuah cerita di lingkungan Thoriqoh, seseorang yang sudah sepuh sebut saja namanya Tholib yg sudah ikut thoriqoh 20 tahun menghadap mursyidnya.
Tholib : “maaf Yai, saya ini sudah menjalani thoriqoh 20 tahunan, ngaji terus.. tapi kok sepertinya saya ko nggak wushul-wushul dengan Gusti Allah ya, Apa yg salah pada diri saya Yai? “
Mursyid : Sambil tersenyum bijak beliau berkata, “Coba pak Tholib bertanya kepada anak muda yang namanya Badrun, di halaqoh Jakarta. Coba tanya kepada dia, bagaimana dia bisa cepat wushul padahal dia ikut thoriqoh cuma 2 tahunan saja.”
Tholib : ” Terimakasih Yai, saya besok akan ke Jakarta, untuk bertemu dengan Badrun.”
Singkat cerita pak Tholib berjumpa dengan Badrun di Halaqoh Pengajian Hikam di Jakarta, lalu di bertanya :
Tholib : “ini mas Badrun ya?”
Badrun : ” Iya pak, maaf bapak ini siapa ya? kok saya baru melihat bapak disini.”
Tholib : “Oh iya kita sama thoriqohnya, cuma saya halaqohnya di Jawa Timur. Maksud kedatangan saya, karena saya disuruh Kyai Mursyid untuk berjumpa dengan mas Badrun.”
Badrun : ” Oh.. Kyai Mursyid sampai menugaskan Bapak bertemu dengan saya, apa ada urusan yg penting sekali pak?”
Tholib : “Tidak kok, tapi penting juga sih karena menyangkut perjalanan diri saya. Begini mas Badrun saya ini ikut thoriqoh sudah lama sekali loh, sdh 20 tahunan. Dan saya juga sudah paham dan yakin mengenai dunia tassawuf ini. Tapi itu semua baru terbatas kepada pemahaman ilmu dengan akal saya. Ruhani saya masih belum mengalami wushul dengan Gusti Allah.”
“Lalu kata Yai mursyid, saya disuruh bertanya kepada mas Badrun. Karena Yai Mursyid bilang mas Badrun sudah wushul? Tolong saya mas Badrun, bagaimana cara mas Badrun bisa cepat wushul dengan Gusti Allah? padahal mas Badrun ikut thoriqoh baru 2 tahunan.”
Badrun tersenyum, tanpa rasa bangga sedikitpun dia berkata :
” Begini pak Tholib, saya nggak bisa banyak menerangkan metoda atau ilmu mengenai ruhani. Karena saya yakin Bapak lebih menguasai daripada saya yg baru 2 tahunan ini.”
Lanjutnya Badrun : ” Cuma 1 yg saya terapkan didalam diri saya, sewaktu mulai ikut thoriqoh..”
Tholib : “Apa itu mas…?”
Badrun : “Di Awal perjalanan ruhani saya, saya coba tanamkan rasa RELA …pada hati saya.”
Tholib : “Maksudnya..?”
Badrun : ” Ya, saya RELA bahwa diri saya masih berada dalam awal perjalanan..
Saya RELA, bahwa diri saya masih baru dan harus selalu berusaha mengingat dihati melantunkan ALLAH..ALLAH..ALLAH..,
Saya Rela, bahwa saya BELUM bisa merasakan apa2 di dalam Hati saya berupa rasa dekat dengan Allah…
Bahkan sampai saat ini saya pun RELA bahwa saya belum WUSHUL dengan ALLAH…..” (sambil berlinangan air mata Badrun… menanggung kerinduan Ruh-nya yang menggelegak untuk berjumpa dengan Tuhannya)
Tholib : ” Astaghfirullah………”
Dipeluknya Badrun erat erat… berdua mereka sesugukkan.. Ruh mereka seolah “terbang” menuju hadirat-NYA.. lalu Pak Tholib seolah mendengar Mursyidnya berkata didalam relung hatinya yang terdalam…..
“Hai Tholib… Rasa RELA itulah yang sesungguh mempunyai NILAI Disisi Allah.. Karena sesungguhnya apabila ALLAH meRidhoi hambaNYA, maka DIA akan memberikan rasa ke-RELA-an dalam diri hamba-NYA dalam menjalani Takdir-NYA dng penjagaan-NYA dalam menjalani Syariat-NYA.
Baik hamba-NYA yg sudah WUSHUL maupun yg sedang “berjalan menuju kepada-NYA”. Bukankah RIDHO-NYA yang kalian mau dari ALLAH? Artinya, sama saja antara orang yg sedang berjalan menuju wushul, dengan orang sudah wushul disisi Allah kalau Allah sudah meRidhoi kepada hamba-NYA, hanya tugasnya saja yg berbeda..”
Sumber : Syadziliyah.web
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
17 Maret 2018 pukul 08.38 Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
13 Juli 2019 pukul 22.09
Waw
1 November 2019 pukul 00.15
kalo ikut toriqot amalan nya gak dijalankan apa hukumnya pak,rasa malas ini masih saja menghantui untuk berzikir selalu mengingat allah
5 April 2020 pukul 19.53
Hukumny pada diri anda.ya krn anda malas, silahkan pelihara kemalasannya...
6 September 2021 pukul 02.45
Bagus👍👍🙏