Mei
11
Syauq (rindu) adalah ketertarikan hati untuk melihat yang dicintai. Ada pendapat lain yang mendefinisikan syauq sebagai api dari Allah yang dinyalakan di hati para kekasih-Nya hingga api itu mampu membakar apa yang ada di dalam hati mereka, mulai dari kekhawatiran, keinginan, sesuatu yang mendadak muncul, dan beraneka macam kebutuhan. Rindu itu timbul dari cinta. Bila seorang hamba sampai pada tingkat kerinduan ini, maka ia ingin sekali segera bertemu kematian, sebab ia sudah rindu ingin bertemu Tuhannya. Ia juga mulai merasakan telah bertemu dan terbang menemui ke hadirat Tuhannya.
Sebagian ahli hikmah bercerita, “Andaikan Allah berkehendak memberikan kekekalan bagi para kekasihnya di dunia, maka ia akan berkata, ‘Allah enggan untuk menjadikan kekekalan hidup para kekasih-Nya di dunia ini, namun Dia telah memilihkan untuk para kekasih-Nya itu kemuliaan yang besar di sisi-Nya. Tidakkah kalian tahu bahwa seorang kekasih itu selalu merindukan orang yang dikasihinya? Karenanya, beruntunglah bagi siapa saja yang rahmat dan ketenangannya ada pada pertemuan dengan Allah.”
Ketika Siti Nafîsah sedang mendekati ajalnya, ia ketika sedang dalam keadaan berpuasa. Orang-orang yang ada di sekelilingnya ketika itu memintanya untuk berbuka (membatalkan puasanya). Menanggapi permintaan itu, dia pun menjawab, “Mengherankan sekali! Sudah 30 tahun lamanya aku berpuasa dan memohon kepada Allah agar bisa cepat bertemu dengan-Nya dalam keadaan berpuasa. Mengapa sekarang kalian menyuruhku untuk berbuka? Ini tidak boleh terjadi!” Kemudian ia pun melantunkan syair berikut:
Jauhkan dokterku ini dariku
Tinggalkan aku bersama Kekasihku
Bertambahlah rinduku pada-Nya
Dia adalah cintaku dan ratapanku selalu
Setelah itu, ia pun membaca Surah Al-An‘âm. Ketika sampai pada ayat, Bagi mereka (disediakan) darussalam (surga) pada sisi Tuhannya (QS Al-An‘âm [6]: 127). Tak lama berselang, melesatlah ruhnya menghadap pada Yang Maha Kuasa.
Al-Junaid bercerita, “Suatu hari aku menjenguk Al-Sarrî Al-Saqathî yang sedang sakit. Di sela-sela waktu tersebut, aku bertanya padanya, “Bagaimana keadaanmu sekarang?” Ia pun menjawab dengan bersyair:
“Bagaimana aku mengadukan sakit yang aku rasa kepada dokter
Sebab penyakit yang menimpaku ini justru berasal dari Dokterku sendiri
Kesembuhan tidak akan menyalamiku dan tidak ada lagi obat bagiku dari penyakitku ini
Kecuali satu, yaitu bertemu dengan Kekasihku (Allah)”
Ada seorang laki-laki dari Bashrah yang terus menerus menangis lantaran rasa rindunya pada Allah hingga membuat kedua matanya menjadi buta. Suatu waktu ia berkata, “Tuhanku, sampai kapan aku tidak bisa menemui-Mu. Demi keagungan-Mu. seandainya saja ada api yang menyala yang memisahkan antara aku dan Engkau, maka itu tidak akan menyurutkankuuntuk bertemu dengan-Mu. Sehingga dengan pertolongan dan taufiq-Mu, aku bisa sampai kepada-Mu. Aku tidak mengharap ridha dari-Mu tanpa diri-Mu selalu menyertaiku.”
Ibrâhîm bin Adham berkata, “Suatu saat aku memasuki Gunung Lebanon. Tak lama berselang, tiba-tiba ada seorang pemuda yang sedang berdiri dan berkata, ‘Hai Dzat yang hatiku terpaut akan cinta-Nya, jiwaku juga telah menjadi pembantu-Nya, dan kerinduanku yang begitu hebat tertambat pada-Nya. Kapankah aku bisa menemui-Mu?’ Mendengar itu, aku pun berkata sekaligus bertanya padanya, ‘Semoga Allah merahmatimu! Apa yang menjadi ciri-ciri orang yang cinta kepada Allah?’ Pemuda itu menjawab, ‘Sering mengingat-Nya.’ Aku bertanya kembali, ‘Apa tanda-tanda orang yang merindukan-Nya?’ Pemuda itu menjawab, ‘Ia tidak pernah melupakan-Nya dalam kondisi apa pun’.”
Suatu saat Ahmad bin Hâmid Al-Aswad datang mengunjungi ‘Abdullâh bin Al-Mubârak. Ahmad berkata pada Ibn Al-Mubârak, “Aku bermimpi bahwa Anda akan meninggal tahun depan. Sebaiknya Anda mempersiapkan amal kebajikan yang cukup!” Ibn Al-Mubârak berkata, “Demi Allah, terlalu lama Anda memberikan kabar waktu kematianku. Apakah aku masih hidup setahun ke depan? Sungguh saya senang dengan bait syair berikut yang saya terima dari Al-Tsaqafî, yaitu Abû ‘Alî Al-Tsaqafî:
Hei orang yang mengadukan kerinduannya lantaran telah lama berperpisah
Bersabarlah, siapa tahu kamu akan menemui Dzat yang kamu cintai besok
Fâris berkata, “Hati orang-orang yang merindu sungguh telah diterangi oleh cahaya Allah. Ketika kerinduan mereka menjelma dahsyat sekali, maka cahaya itu pun akan menerangi seisi cakrawala antara langit dan bumi. Mereka ini akan dipamerkan oleh Allah pada malaikat-malaikat-Nya. Dia berkata, “Mereka itu adalah orang-orang yang rindu pada-Ku. Aku bersaksi di hadapan kalian, wahai malikat-malaikat-Ku, bahwa Aku pun sama merindukan mereka.” Dalam tema yang sama, ada penjelasan sebagaimana berikut: “Siapa saja yang merindukan Allah, maka segala sesuatu (di antara makhluk-Nya) akan merindukannya pula.”
Sebagian ahli hikmah bercerita, “Andaikan Allah berkehendak memberikan kekekalan bagi para kekasihnya di dunia, maka ia akan berkata, ‘Allah enggan untuk menjadikan kekekalan hidup para kekasih-Nya di dunia ini, namun Dia telah memilihkan untuk para kekasih-Nya itu kemuliaan yang besar di sisi-Nya. Tidakkah kalian tahu bahwa seorang kekasih itu selalu merindukan orang yang dikasihinya? Karenanya, beruntunglah bagi siapa saja yang rahmat dan ketenangannya ada pada pertemuan dengan Allah.”
Ketika Siti Nafîsah sedang mendekati ajalnya, ia ketika sedang dalam keadaan berpuasa. Orang-orang yang ada di sekelilingnya ketika itu memintanya untuk berbuka (membatalkan puasanya). Menanggapi permintaan itu, dia pun menjawab, “Mengherankan sekali! Sudah 30 tahun lamanya aku berpuasa dan memohon kepada Allah agar bisa cepat bertemu dengan-Nya dalam keadaan berpuasa. Mengapa sekarang kalian menyuruhku untuk berbuka? Ini tidak boleh terjadi!” Kemudian ia pun melantunkan syair berikut:
Jauhkan dokterku ini dariku
Tinggalkan aku bersama Kekasihku
Bertambahlah rinduku pada-Nya
Dia adalah cintaku dan ratapanku selalu
Setelah itu, ia pun membaca Surah Al-An‘âm. Ketika sampai pada ayat, Bagi mereka (disediakan) darussalam (surga) pada sisi Tuhannya (QS Al-An‘âm [6]: 127). Tak lama berselang, melesatlah ruhnya menghadap pada Yang Maha Kuasa.
Al-Junaid bercerita, “Suatu hari aku menjenguk Al-Sarrî Al-Saqathî yang sedang sakit. Di sela-sela waktu tersebut, aku bertanya padanya, “Bagaimana keadaanmu sekarang?” Ia pun menjawab dengan bersyair:
“Bagaimana aku mengadukan sakit yang aku rasa kepada dokter
Sebab penyakit yang menimpaku ini justru berasal dari Dokterku sendiri
Kesembuhan tidak akan menyalamiku dan tidak ada lagi obat bagiku dari penyakitku ini
Kecuali satu, yaitu bertemu dengan Kekasihku (Allah)”
Ada seorang laki-laki dari Bashrah yang terus menerus menangis lantaran rasa rindunya pada Allah hingga membuat kedua matanya menjadi buta. Suatu waktu ia berkata, “Tuhanku, sampai kapan aku tidak bisa menemui-Mu. Demi keagungan-Mu. seandainya saja ada api yang menyala yang memisahkan antara aku dan Engkau, maka itu tidak akan menyurutkankuuntuk bertemu dengan-Mu. Sehingga dengan pertolongan dan taufiq-Mu, aku bisa sampai kepada-Mu. Aku tidak mengharap ridha dari-Mu tanpa diri-Mu selalu menyertaiku.”
Ibrâhîm bin Adham berkata, “Suatu saat aku memasuki Gunung Lebanon. Tak lama berselang, tiba-tiba ada seorang pemuda yang sedang berdiri dan berkata, ‘Hai Dzat yang hatiku terpaut akan cinta-Nya, jiwaku juga telah menjadi pembantu-Nya, dan kerinduanku yang begitu hebat tertambat pada-Nya. Kapankah aku bisa menemui-Mu?’ Mendengar itu, aku pun berkata sekaligus bertanya padanya, ‘Semoga Allah merahmatimu! Apa yang menjadi ciri-ciri orang yang cinta kepada Allah?’ Pemuda itu menjawab, ‘Sering mengingat-Nya.’ Aku bertanya kembali, ‘Apa tanda-tanda orang yang merindukan-Nya?’ Pemuda itu menjawab, ‘Ia tidak pernah melupakan-Nya dalam kondisi apa pun’.”
Suatu saat Ahmad bin Hâmid Al-Aswad datang mengunjungi ‘Abdullâh bin Al-Mubârak. Ahmad berkata pada Ibn Al-Mubârak, “Aku bermimpi bahwa Anda akan meninggal tahun depan. Sebaiknya Anda mempersiapkan amal kebajikan yang cukup!” Ibn Al-Mubârak berkata, “Demi Allah, terlalu lama Anda memberikan kabar waktu kematianku. Apakah aku masih hidup setahun ke depan? Sungguh saya senang dengan bait syair berikut yang saya terima dari Al-Tsaqafî, yaitu Abû ‘Alî Al-Tsaqafî:
Hei orang yang mengadukan kerinduannya lantaran telah lama berperpisah
Bersabarlah, siapa tahu kamu akan menemui Dzat yang kamu cintai besok
Fâris berkata, “Hati orang-orang yang merindu sungguh telah diterangi oleh cahaya Allah. Ketika kerinduan mereka menjelma dahsyat sekali, maka cahaya itu pun akan menerangi seisi cakrawala antara langit dan bumi. Mereka ini akan dipamerkan oleh Allah pada malaikat-malaikat-Nya. Dia berkata, “Mereka itu adalah orang-orang yang rindu pada-Ku. Aku bersaksi di hadapan kalian, wahai malikat-malaikat-Ku, bahwa Aku pun sama merindukan mereka.” Dalam tema yang sama, ada penjelasan sebagaimana berikut: “Siapa saja yang merindukan Allah, maka segala sesuatu (di antara makhluk-Nya) akan merindukannya pula.”
Sumber : kampusislam
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Posting Komentar