Tafakur

Kenapa tak henti-hentinya dirimu melupakan Alloh?, Padahal sedetikpun Dia tak pernah melupakanmu, Kenapa tak henti-hentinya kau puja cinta yang tak sebenarnya?, Sedangkan Sang Maha Cinta tak pernah melepaskan Cinta-Nya darimu.

Menu

Berlangganan

Dapatkan Artikel Terbaru Sufizone

Masukkan Alamat Email Kamu:

Delivered by FeedBurner

Visitor

Apr 22

Riwayat dari Abdullah bin Amr ra:
“Rasulullah saw, masuk ke dalam rumahku, lalu bersabda, “Wahai Abdullah bin Amr, bukankan aku diberi informasi bahwa sebenarnya dirimu sangat ketat (memaksa diri) dalam sholat malam dan puasa di siang hari?” Aku menjawab, “Saya memang melakukannya…”. Lalu Rasulullah saw, bersabda, “Cukuplah bagimu sebulan itu puasa tiga hari. Satu kebaikan itu sebanding dengan dengan sepuluh kebaikan, maka (jika anda melakukan puasa tiga hari setiap bulan) sama dengan puasa setahun penuh….” (Hr. Bukhari, Muslim, Ahmad, Tirmidzy, Nasa’I, Ibnu Majah, Daramy dan Ibnu Sa’d)

Dalam hadits ini ada rahasia-rahasia:
1. Adanya berita gembira atas kesinambungan cahaya amal dengan cahaya amal yang lain tanpa terhenti, walau pun ada jarak waktu yang jauh.
2. Berlipat gandanya pahala amal pada ummat ini, satu kebaikan sebanding dengan sepuluh kebaikan, agar hatinya bangkit untuk amal kebajikan.
3. Tidak adanya keterpaksaan yang membuat si hamba jadi bosan.
4. Terus menerus berdzikir hingga hati tak tertimpa kealpaan.
5. Kepastian iman terhadap janji dan kebajikan kemuliaan Allah swt.
Semua perilaku tersebut merupakan tingkah kaum ‘arifin yang melepaskan diri dari hasrat duniawi dan ukhrowi, dimana hasrat citanya hanyalah Tuhan mereka. Maka siapa pun yang himmahnya hanyalah Rabb, tiadalagi hasrat lain baginya.

Yahya bin Mu’adz ra, dalam munajatnya mengatakan:
“Ilahi, bila aku mengenalMu, sesungguhnya Engkau telah memberi petunjuk padaku. Jika aku mencariMu, sesungguhnya karena Engkau menghendakiKu. Jika aku datang kepadaMu, sesungguhnya Engkau memilihku. Jika aku taat padaMu, sesungguhnya karena Engkau memberi taufiq kepadaku. Dan jika aku kembali kepadaMu, itu karena Engkau menghampiriku.”

Diriwayatkan bahwa Nabi Musa as telah bermunajat:
“Oh Tuhan, bagaimana caraku bersyukur atas nikmat-nikmatMu, sedangkan setiap rambut yang tumbuh saja ada dua nikmat?”
Allah swt menjawab:
“Wahai Musa! Bila engkau tahu bahwa dirimu sangat tak berdaya bersyukur kepadaKu, sesungguhnya engkau benar-benar telah bersyukur kepadaKu….”
Allah swt, mewahyukan kepada Nabi Dawud as:
“Bersyukurlah atas nikmatKu kepadamu…”
Nabi Dawud as, menjawab:
“Ya Allah bagaimana aku bisa bersyukur kepadaMu, sedangkan syukurku kepadaMu itu adalah nikmat teragung bagiku?”
“Bila engkau tahu itu, sebenarnya engkau hambaku paling bersyukur padaKu…” firmanNya dalam wahyu kepadanya.

Muhammad bin as-Sammak ra mengatakan, “Ingatlah kepada Dzat yang mendahului ingatNya sebelum dzikirmu, dan cintaNya sebelum cintamu. Apa pun yang kau dzikirkan tak lain kecuali karena dzikirNya kepadamu, dan tak ada cintamu kepadaNya kecuali karena cintaNya kepadamu.”
Abu Bakr al-Wasithy ra, menegaskan, “Siapa yang lupa mengingat Allah Ta’ala berarti ia telah terkena Istidroj.”
Perlu diketahui bahwa sifat terendah dari seorang arif Billah adalah bila seseorang hatinya hidup bersama Allah tanpa ikatan apa pun, yaitu mengingat Allah, hanya kepada Allah. Hal demikian jelas, seperti dalam firmanNya, “Sesungguhnya dzikir Allah itu paling besar…”.
Dikatakan mengenai firman Allah Ta’ala:
“Sangat sedikit hamba-hambaKu yang sangat bersyukur”, artinya adalah sangat sedikit orang yang melihat anugerahKu ketika ia bersyukur kepadaKu.”

Bersama Allah, kita bersyukur pada Allah.
Nabi Musa as, berkata:
“Ilahi, bagaimana Adam mampu bersyukur kepadaMu? Karena Adam Engkau cipta dari TanganMu, dan Engkau hembuskan RuhMu, dan Engkau posisikan di syurgaMu, serta Engkau perintah para maikat bersujud kepadanya, lalu mereka pun syujud?”
Allah swt, menjawab:
“Hai Musa! Adam tahu bahwa semua itu dariKu, lalu dia memujiKu karenanya.”
Siapa yang taat kepada Allah swt, sesungguhnya ia taat karena pertolonganNya, maka ia dapatkan anugerah. Siapa yang maksiat kepada Allah swt, maka karena bagian takdirNya yang ia maksiat kepadaNya. Bagi Allah ada hujjah baginya. AnugerahNya mendahului ketaatan hambaNya sebelum ia taat, dan keadilanNya mendahului maksiatnya sebelum ia berbuat maksiat. Karena Allah adalah Maha memberlakukan apa yang dikehendakiNya.

Dalam suatu riwayat Nabi Ibrahim as bermunajat:
“Oh Tuhanku, kalau bukan karena Engkau bagaimana aku mengenal siapa Engkau?”
Abu Abdullah ra, ditanya, “Bagaimana kami tidak senang dengan pujian dan sanjungan?”
“Semata karena lupa mengingat anugerah Allah pada kalian, lupa mengingat kebaikan pertolonganNya yang mendahuluimu. Siapa yang lupa anugerah dan ingkar nikmat, nikmat pun akan diterima sebagai derita…” jawabnya.
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc

Related Post



0 komentar

Posting Komentar

Share this post!
Facebook Delicious Digg! Twitter Linkedin StumbleUpon

Share

Share |

Artikel terbaru

Do'a

اللهم إني أسألك إيمانا يباشر قلبي ويقيناً صادقاً حتى أعلم أنه لن يصيبني إلا ما كتبته علي والرضا بما قسمته لي يا ذا الجلال والإكرام

Translation

Artikel Sufizone

Shout Box

Review www.sufi-zone.blogspot.com on alexa.com How To Increase Page Rankblog-indonesia.com blogarama - the blog directory Active Search Results Page Rank Checker My Ping in TotalPing.com Sonic Run: Internet Search Engine
Free Search Engine Submission Powered by feedmap.net LiveRank.org Submit URL Free to Search Engines blog search directory Dr.5z5 Open Feed Directory Get this blog as a slideshow!