Tafakur

Kenapa tak henti-hentinya dirimu melupakan Alloh?, Padahal sedetikpun Dia tak pernah melupakanmu, Kenapa tak henti-hentinya kau puja cinta yang tak sebenarnya?, Sedangkan Sang Maha Cinta tak pernah melepaskan Cinta-Nya darimu.

Menu

Berlangganan

Dapatkan Artikel Terbaru Sufizone

Masukkan Alamat Email Kamu:

Delivered by FeedBurner

Visitor

Takdir tidak harus persis dengan kemauan sampean. Oleh karena itu, tata krama orang yang mempunyai himmah harus mengucapkan Insya Alloh. Kalau sampean sering mengucakan insya Alloh, insya Alloh sampean tidak mudah setress. Tetapi harus dikembalikan lagi kepada soal I'timad, soal tajrid dan soal asbab yang lalu. Halah, wong semua sudah di takdirkan, maka tidak perlu ikhtiar, jangan begitu.

Himmah itu pasti ada. Itu sudah manusiawi. Setiap orang mempunyai himmah. Tetapi jangan sekali-kali himmahmu itu nglamak (keterlaluan), sampai menyaingi irodah Alloh (jangan mendahului kehendak Alloh). Itu penting. Kalau tidak disadari dengan pemhaman seperti itu, pikiran anda akan mudah rancu. Alloh sering memberikan sesuatu ketika seseorang itu sudah tidak berharap. Terkadang, lain profesi kyai dengan seksama, sampean mengajar, santri yang datang diajar. Ada orang bodoh diajari. Diundang mengaji, berangkat, secara tidak sengaja mendapat kenalan, "Nganu Yi (begini Kyai), ada orang yang membutuhkan tanah cukup luas. Panjenengan (anda) sering mengaji dimana-mana, pasti banyak informasi. Barang kali ada orang yang menjual tanahnya pak kyai?" kemudian anda menjawab; " Ada, kemudian anda menjawab; " Ada, di Jombang ada orang yang menjual tnah 40 hektar sampai sekarang belum laku. Saya hanya memberikan informasi saja." Secara tidak sengaja, transaksi pun dilakukan sendiri, kemudian mendapatkan uang, sehingga dengan tidak terasa Kyai merangkap menjadi biro jasa makelar tanah.

Tetapi contoh diatas bukan kehendak sendiri. Hal seperti itu tidak apa-apa. Seandainya sampean sudah berada pada kedudukan tajrid. Usaha sudah dipadati semu. Lha kok tahu-tahu ada Orang ngajak petung dilalah petunge jodo (tahu-tahu ada orang yang mengajak transaksi dan cocok). Tur yo barokah (bahkan juga barokah). Contohnya, nalikane enak-enakan wiridan ono tamu (ketika anda sedang asyik membaca wirid, kemudian ada tamu). Nganu lho mas, sampean kan dulu pernah di pasar sepeda sana tho? (begini mas, anda dulu pernah berdagang di pasar sepedah sana kan). Ketika dia sudah tidak memiliki harapan atas sesuatu, barulah ia diberi oleh Alloh. Sebaliknya, ketika orang itu masih karep (berharap) justru tidak diberi. Itulah salah satu bentuk sunnatullah, seperti itulah kebiasaan Alloh member.

Hal seperti itu juga sulit. Lek ngono aku tak gak karep wae (wah, kalau begitu aku nggak usah berharap sekalian (biar diberi oleh Alloh). Ngono kuwi yo malah karep (seperti itu malah menunjukkan harapan yang kuat).

Orang yang sudah tidak berharap, biasanya oleh Alloh malah diberi. Karena Alloh welas (belas kasih) kepada sampean. Akan tetapi, jika anda mempunyai keinginan langsung diberi, punya keinginan langsung diberi, punya keinginan langsung terwujud, jangan-jangan sampean nanti akan mengaku menjadi "Gusti Alloh". Padahal sampean tidak akan mampu bertanggungjawab menjadi "Gusti Alloh". Nanti akan berbenturan dengan kodrat, esensi, atau asli posisi anda sebagai hamba itu hilang. Wong petrok kok dadi ratu (Petrok kok menjadi raja). Petrok itu menjadi Punokawan (empat sekawan) saja. Yang menjadi raja biar Kresno atau Puntodewo saja. Itu namanya Nglenggono
ing urip, nrimo ing pandum (lapang dalam hidup, menerima pemberian apa adanya). Mengerti tugasnya menjadi manusia.

Penjelasan di atas sebenarnya erat hubungannya dengan soal tajrid dan soal asbab. Himmah sangat erat hubungannya dengan asbab dan tajrid. Meskipun himmah sampean melalui tajrid sangat keras, "Jika aku mententeng (serius) lewat tajrid pasti aku cepat mukasyafah, cepat mendapatkan karomah. Karena aku tidak mengurus dunia sama sekali. Aku menjadi orang yang zuhud, sembarang karir (segala sesuatu) dicukupi oleh Alloh". Kalau kata-kata itu berasal dari dirimu sendiri berarti sampean secara langsung tidak sadar, bahwa sampean yang sedang membalik posisi Alloh menjadi buruh, dan sampean menjadi Juragan (tuan). Bagaimana tidak, wong angger karep keturutan (setiap keinginan terwujud), kapan-kapan karep keturutan (ketika berkeinginan terwujud).

Lama-lama anda akan punya mental "pokok aku karep kudu dituruti" (kalau aku mau harus terwujud), 'Aku' harus dituruti. Segala sesuatu 'kudu' (harus), itu siapa yang sampean paksa? Memaksa orang? Apakah orang itu bisa menuruti kemauan sampean?, Siapa yang bisa menuruti kemauan sampean? Ya hanya Alloh.

Apabila anda keterlaluan seperti halnya diatas, terus memaksa Alloh, bagaimana bisa? Setiap mempunyai himmah harus keturutan. Terkadang malah mekso (memaksa), pokok niki kedah keturutan Gusti! (pokoknya ini harus dikabulkan Gusti!), "karena yang sakit keponakan saya, dukunnya saya sendiri. Jika tidak sembuh saya malu Gusti". Akhirnya, diam-diam tidak terasa Gusti Alloh sampean jadikan pelayan, sampean yang memerintah Alloh. Itu namanya su'ul adab (buruk tatakrama), sampean ora duwe unggah-ungguh (anda tidak mempunyai tata karma), wong kawulo kok mekso bendoro (hamba kok memaksa tuannya).

Oleh karena itu, apapun himmah anda, sampean harus terus menyadari bahwa himmah apapun yang ada pada otak ini merupakan pantulan irodah dari Alloh ta'ala. Soal irodah yang terjadi yang mana, yang tidak terjadi yang mana, terserah Alloh. Karena Alloh yang mempunyai wewenang. "Alloh menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki").

Sebenarnya hal itu sudah biasa kita lakukan. Bahka cita-cita setinggi apapun, dan secepat apapun itu terselenggara, sebenarnya itu bukan sebab cita-citanya. Akan tetapi hal itu masuk dalam lingkaran takdir, Berarti, cita-cita itu tidak bisa menembus batas-batas takdir.

Sudahlah kalau memang sampean ditakdirkan menjadi Kyai, tetap saja posisimu yang benar adalah sebagai Kyai. Meskipun sampean mempuyai cita-cita bisnis, tidak juga berhasil. Namun terkadang sesuatu yang tidak sengaja malah ada hasilnya.

Kemudian sampean menjawabnya, ada apa? Sampean kan pengalaman menaksir sepeda (anda berpengalaman menaksir sepeda). Ini ada sepeda. Kalau menurut taksiran sampean harganya berapa? Kemunian anda mentaksir, itu paling mahal lima juta, yo tulung sampean dolno pisan (ya saya minta tolong dijualkan sekalian). Kemudian ada teman anda yang butuh sepedah. Sepeda itu pun terjual dengan harga enam juta rupiah. Jadi tanpa sengaja, duduk dirumah mendapat uang satu juta. Hal itu bisa saja terjadi jika memang ditakdirkan oleh Alloh.

Himmah itu jangan dipaksa menembus takdir. Kalau sampean paksakan, maka sampean akan sengsara sendiri. Himmah cukup erat kaitannya dengan takdir dan ikhtiar. Kadang-kadang tidak perlu ikhtiar, kalau ditakdir sukses oleh Alloh , ya sukses. Meskipun ikhtiar sampean njleput (usaha keras) kalau ditakdirkan tidak jadi, ya tidak jadi. Kenapa harus repot-repot bekerja. Benturannya pasti seperti itu.

Takdir pasti terjadi, Himmah adalah manusiawi yang wajar adanya. Tumandang (bekerja) adalah kewajiban yang ditetapkan oleh Tuhannya. Sudah jelas, Tumandang iku perintah kang kudu dilakoni (bekerja adalah perintah yang harus dijalankan). Himmah atau cita-cita merupakan sinyal irodah dari Alloh yang harus diterima. Takdir sing dumadi (yang terjadi) merupakan keputusan akhir dari Alloh yang harus diyakini.

Persoalannya, terkadang sinyal tadi dihubungkan begini, ikhtiar, qodho'-qodar itu menjadi satu saling terkait. Ini yang menyebabkan konslet. Ikhtiar adalah perintah. Takdir merupakan keputusan Alloh.

Takdir pasti terjadi, sedangkan ikhtiar merupakan perintah yang harus dijalani. Ketika ikhtiar tidak seseuai dengan hasilnya, jangan terbiasa bilang, "wah, saya terlanjur melakukan ini" terlanjur itu merupakan bagian dari takdir Alloh, jangan bilang terlanjur'. Kalau kamu melakukan ikhtiar, trus kok tidak cocok dengan angan-anganmu. Memang kamu ditakdirkan tidak cocok. Begitu saja. Enak, tidak perlu dipikir rumit.

Artinya apa? Kamu itu kawulo (hamba) kudu nglenggono (harus legawa), menerima segala keputusan dari Alloh dengan penuh ridlo. Tapi mengapa terasa berat dan sulit untuk menembus hal semacam itu? Hal itu tidak lain karena nafsu. Nafsu sering kali ingin mendapat nama atau posisi. Meskipun tidak ikut memiliki, tapi ingin mengakui, itu kebiasaan nafsu manusia. Meskipun tidak ikut memiliki yang penting ikut punya nama. Contohnya, nafsu menuntun ikut berkata "Ngono oku lek gak aku mosok iso" (hal seperti itu kalau bukan aku tidak akan bisa) Lek gak aku (kalau bukan aku). Itulah kata-kata nafsu yang selalu ikut mengakui, sehingga terkadang kita sulit untuk mau dan mampu menerima takdir dari Alloh.


(Bersambung…….)

KH. Imron Jamil


Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc

Related Post



0 komentar

Posting Komentar

Share this post!
Facebook Delicious Digg! Twitter Linkedin StumbleUpon

Share

Share |

Artikel terbaru

Do'a

اللهم إني أسألك إيمانا يباشر قلبي ويقيناً صادقاً حتى أعلم أنه لن يصيبني إلا ما كتبته علي والرضا بما قسمته لي يا ذا الجلال والإكرام

Translation

Artikel Sufizone

Shout Box

Review www.sufi-zone.blogspot.com on alexa.com How To Increase Page Rankblog-indonesia.com blogarama - the blog directory Active Search Results Page Rank Checker My Ping in TotalPing.com Sonic Run: Internet Search Engine
Free Search Engine Submission Powered by feedmap.net LiveRank.org Submit URL Free to Search Engines blog search directory Dr.5z5 Open Feed Directory Get this blog as a slideshow!