Apr
24
Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Mubarak berkata, “Sudah limapuluh tahun aku tidak berdoa, dan aku tidak menginginkan orang lain berdoa untukku.”
Dikatakan, “Doa adalah tangga bagi orang-orang yang berdosa.”
Dikatakan juga, “Doa adalah saling bertukar pesan. Selama kedua pihak tetap bertukar demikian, semuanya akan baik.”
Dikatakan, “Orang-orang yang berdosa mengucapkan doa dengan air mata.”
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq mengatakan, “Jika seorang berdosa menangis, berarti dia telah membuka hubungan dengan Allah swt.” Tentang hal ini, para Sufi bersyair berikut:
Air mata pemuda mengungkapkan apa yang disembunyikan;
Nafasnya menjelaskan hati
yang menyembunyikan rahasia.
Salah seorang Sufi menyatakan, “Berdoa berarti meninggalkan dosa-dosa.”
Dikatakan, “Doa adalah cara seorang pencinta mengungkapkan kerinduaanya.”
Dikatakan, “Diizinkan berdoa, lebih baik dari anugerah.”
Al-Kattany menyatakan, “Allah swt. tidak menganugerahkan kaum beriman, untuk rnengungkapkan rasa bersalah, kecuali untuk membuka pintu kemaafan.”
Dikatakan juga, “Berdoa menyebabkan engkau hadir di hadirat Allah swt, sedang dikabulkannya doamu menjadikan engkau berpaling menjauh. Dan berdiri saja di pintu, lebih baik daripada pergi dengan membawa balasan.”
Dikatakan, “Doa berarti menghadap Allah swt. dengan ungkapan rasa malu.”
Dikatakan, “Satu prasyarat doa adalah bertumpu pada keputusan Allah swt. bersama ridha.”
Dikatakan pula, “Bagaimana engkau akan menunggu ijabah doa, sedang engkau menghalangi jalannya dengan melakukan dosa-dosa?”
Seseorang meminta kepada salah seorang Sufi agar didoakan: “Doa-kan aku.” Dijawab, “Engkau cukup dengan Allah swt. daripada unsur lain yang kau jadikan perantara antara dirimu dengan Diri-Nya.”
Abdurrahman bin Ahmad berkata, “Aku mendengar ayahku menceritakan bahwa seorang wanita datang kepada Taqy bin Mukhlad dan mengatakan kepadanya, `Orang-orang Byzantium telah menawan anakku. Aku tak punya apa-apa lagi di rumahku selain anakku itu. Aku juga tidak bisa menjual rumahku. Jika saja tuan bisa membawa saya kepada seseorang yang bisa menebusnya, sebab saya sudah tak tahu lagi mana siang mana malam. Saya tidak bisa tidur ataupun beristirahat.’ Taqy berkata kepadanya, `Baiklah, pergilah sampai aku melihat masalah ini, Insya Allah.’ Kemudian syeikh itu menundukkan kepalanya dan menggerak-gerakkan bibirnya. Kami menunggu beberapa saat lamanya. Kemudian wanita itu datang lagi bersama anaknya dan berseru kepada syeikh tersebut, Anakku telah kembali dengan selamat, dan dia punya cerita untuk tuan.’
Anaknya itu lalu mengisahkan, `Saya sedang berada dalam tawanan seorang pangeran Byzantium bersama dengan sekelompok tawanan. Sang panrgeran menugaskan seseorang untuk menyuruh kami bekerja setiap hari. Orang itu membawa kami kembali dari bekerja setelah matahari terbenam dengan dikawal oleh orang itu. Tiba-tiba rantai yang mengikat saya terputus dan jatuh dari kaki saya.’
Anak muda itu menyebutkan hari dan saat di mana peristiwa itu terjadi, dan saat itu adalah persis ketika wanita itu mendatangi Syeikh Taqy saat beliau berdoa. Si pemuda melanjutkan ceritanya:
`Pengawal memukul saya dan berteriak, `Engkau telah memutuskan rantai ini!’ Saya berkata, `Tidak, ia jatuh sendiri dari kaki saya!’
Orang itu kebingungan dan tak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia memanggil teman-temannya, lalu memanggil seorang pandai besi. Mereka lalu merantai saya lagi. Tapi begitu saya berjalan beberapa langkah, rantai itu terlepas lagi dari kaki saya. Mereka tercengang dan kemudian memanggil para pendeta mereka. Para pendeta itu bertanya kepada saya, “Apakah engkau punya ibu?” Saya katakan, `Ya.’ Mereka lalu berkata, `Doa ibumu telah dikabulkan. Allah swt. telah membebaskanmu. Kami tak bisa lagi merantaimu.’ Kemudian mereka memberi saya makanan dan bekal lalu menyuruh seorang pengawal mengantarkan saya sampai ke daerah kaum Muslimin’.”
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Dikatakan, “Doa adalah tangga bagi orang-orang yang berdosa.”
Dikatakan juga, “Doa adalah saling bertukar pesan. Selama kedua pihak tetap bertukar demikian, semuanya akan baik.”
Dikatakan, “Orang-orang yang berdosa mengucapkan doa dengan air mata.”
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq mengatakan, “Jika seorang berdosa menangis, berarti dia telah membuka hubungan dengan Allah swt.” Tentang hal ini, para Sufi bersyair berikut:
Air mata pemuda mengungkapkan apa yang disembunyikan;
Nafasnya menjelaskan hati
yang menyembunyikan rahasia.
Salah seorang Sufi menyatakan, “Berdoa berarti meninggalkan dosa-dosa.”
Dikatakan, “Doa adalah cara seorang pencinta mengungkapkan kerinduaanya.”
Dikatakan, “Diizinkan berdoa, lebih baik dari anugerah.”
Al-Kattany menyatakan, “Allah swt. tidak menganugerahkan kaum beriman, untuk rnengungkapkan rasa bersalah, kecuali untuk membuka pintu kemaafan.”
Dikatakan juga, “Berdoa menyebabkan engkau hadir di hadirat Allah swt, sedang dikabulkannya doamu menjadikan engkau berpaling menjauh. Dan berdiri saja di pintu, lebih baik daripada pergi dengan membawa balasan.”
Dikatakan, “Doa berarti menghadap Allah swt. dengan ungkapan rasa malu.”
Dikatakan, “Satu prasyarat doa adalah bertumpu pada keputusan Allah swt. bersama ridha.”
Dikatakan pula, “Bagaimana engkau akan menunggu ijabah doa, sedang engkau menghalangi jalannya dengan melakukan dosa-dosa?”
Seseorang meminta kepada salah seorang Sufi agar didoakan: “Doa-kan aku.” Dijawab, “Engkau cukup dengan Allah swt. daripada unsur lain yang kau jadikan perantara antara dirimu dengan Diri-Nya.”
Abdurrahman bin Ahmad berkata, “Aku mendengar ayahku menceritakan bahwa seorang wanita datang kepada Taqy bin Mukhlad dan mengatakan kepadanya, `Orang-orang Byzantium telah menawan anakku. Aku tak punya apa-apa lagi di rumahku selain anakku itu. Aku juga tidak bisa menjual rumahku. Jika saja tuan bisa membawa saya kepada seseorang yang bisa menebusnya, sebab saya sudah tak tahu lagi mana siang mana malam. Saya tidak bisa tidur ataupun beristirahat.’ Taqy berkata kepadanya, `Baiklah, pergilah sampai aku melihat masalah ini, Insya Allah.’ Kemudian syeikh itu menundukkan kepalanya dan menggerak-gerakkan bibirnya. Kami menunggu beberapa saat lamanya. Kemudian wanita itu datang lagi bersama anaknya dan berseru kepada syeikh tersebut, Anakku telah kembali dengan selamat, dan dia punya cerita untuk tuan.’
Anaknya itu lalu mengisahkan, `Saya sedang berada dalam tawanan seorang pangeran Byzantium bersama dengan sekelompok tawanan. Sang panrgeran menugaskan seseorang untuk menyuruh kami bekerja setiap hari. Orang itu membawa kami kembali dari bekerja setelah matahari terbenam dengan dikawal oleh orang itu. Tiba-tiba rantai yang mengikat saya terputus dan jatuh dari kaki saya.’
Anak muda itu menyebutkan hari dan saat di mana peristiwa itu terjadi, dan saat itu adalah persis ketika wanita itu mendatangi Syeikh Taqy saat beliau berdoa. Si pemuda melanjutkan ceritanya:
`Pengawal memukul saya dan berteriak, `Engkau telah memutuskan rantai ini!’ Saya berkata, `Tidak, ia jatuh sendiri dari kaki saya!’
Orang itu kebingungan dan tak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia memanggil teman-temannya, lalu memanggil seorang pandai besi. Mereka lalu merantai saya lagi. Tapi begitu saya berjalan beberapa langkah, rantai itu terlepas lagi dari kaki saya. Mereka tercengang dan kemudian memanggil para pendeta mereka. Para pendeta itu bertanya kepada saya, “Apakah engkau punya ibu?” Saya katakan, `Ya.’ Mereka lalu berkata, `Doa ibumu telah dikabulkan. Allah swt. telah membebaskanmu. Kami tak bisa lagi merantaimu.’ Kemudian mereka memberi saya makanan dan bekal lalu menyuruh seorang pengawal mengantarkan saya sampai ke daerah kaum Muslimin’.”
Sufizone & Hikamzone By Pondok Pesantren Subulus Salam : www.ppsubulussalam.co.cc
Posting Komentar