Menurut Imâm al-Ghazâlî nafsu makan merupakan sumber penyebab dari segala kerakusan. Sebab lambung merupakan sumber syahwat, yang kemudian melahirkan nafsu birahi. Dan bila nasfu makan dan kelamin mencapai klimaksnya, timbullah nafsu baru, yaitu kerakuasan terhadap harta-benda. Sebab, mustahil dua nafsu itu (makan dan kelamin) dapat terpenuhi, kecuali dengan harta-benda ini menggelora dalam diri, muncullah gila kekuasaan. Sebab, dalam realitasnya tidak mungkin harta-benda didapatkan tanpa jabatan dan kekuasaan.
Ternyata setelah harta dan kedudukan berhasil direngkuh, berbagai bencana mulai bermuculan. Mulailah timbul rasa takabur, dengki, riya’, dendam kesumat, persaingan yang tidak sehat dan lain sebagainya. Semua itu hanya bersumber dari perut. Karena itu, tidak mengherankan bila Rasulullah Saw. sangat menghargai budaya lapar dan menganjurkannya.
Dalam Hadis yang diriwayatkan dari Ibn Mâjah dari Miqdâm, Rasulullah bersabda:
عَنْ مِقْدَامَ بْنَ مَعْدِ يكَرِبَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ حَسْبُ الْآدَمِيِّ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ غَلَبَتْ الْآدَمِيَّ نَفْسُهُ فَثُلُثٌ لِلطَّعَامِ وَثُلُثٌ لِلشَّرَابِ وَثُلُثٌ لِلنَّفَسِ.
”Dari Miqdâm bin ma’dan Yakarib berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak ada bejana yang diisi oleh anak adam yang lebih buruk dari pada perutnya. Cukuplah bagi anak adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga dari perutnya hendaknya diisi untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk nafasnya.” (H.R. Ibn Mâjah)
Budaya menahan lapar mempunyai beberapa manfaat bagi seorang muslim dalam beribadah. Imâm al-Ghazâlî menyebutkan ada tujuh macam manfaat, yaitu :
a. Dengan lapar, menjernihkan pikiran sehingga menjadi cemerlang. Sebab, rasa kenyang dapat mengakibatkan pikiran dan hari menjadi tumpul.
b. Dengan lapar, hati halus, sehingga dapat merasakan lezatnya munajat dan mudah tersentuh oleh aktivitas dzikir dan ibadat. Al-Junaid berkata, “Ada tempat kosong antara seseorang dengan perutnya, dan ia ingin menemukan manisnya munajat.”
c. Dengan lapar, jiwa serasa menjadi rendah dan dengan demikian perasaan semena-mena dan egoisme akan sirna dengan sendirinya.
d. Dengan lapar, seseorang merasakan adanya ujian, sebagai salah satu macam pintu surga. Dengan lapar itu ia merasakan siksaan. Dan dengan demikian ia merasa takut akan siksa akhirat.
e. Lapar dapat mengikis semua bentuk nafsu yang merupakan sumber kemaksiatan, begitupun nafsu amarah.
f. Dengan lapar, badan akan terasa ringan untuk melakukan tahajjud dan ibadah lainnya, menghindarkan rasa kantuk yang dapat menghambat semangat ibadah. Modal pokok kebahagiaan adalah umur. Banyak tidur dapat mengurangi umur, karena dapat mencegah diri dari ibadah. Pankalnya tiada lain, karena banyak makan. Abu Sulaiman Al-Darânî berkata, “Barangsiapa berkenyang-kenyang, maka akan tertimpa enam bencana: a) Kehilangan manisnya ibadah, b) Tidak dapat menjaga hikmah, c) Tidak mempunyai tenggang rasa terhadap sesama makhluk, karena beranggapan bahwa makhluk pun telah kenyang sebagaimana dirinya, d) Merasa berat untuk melakukan ibadah, e) Tambah syahwat, dan f) Saat semua orang mukmin sibuk pergi ke masjid, ia disibukkan untuk segera ke tempat sampah.”
g. Dengan terbiasa lapar, justru meringankan biaya hidup keseharian, dan akan merasa puas dengan sedikit harta. Kesadaran sosial jauh labih tinggi terhadap orang-orang fakir. Sebab, orang yang telah selamat dari kerakusan dirinya, maka dia tidak akan butuh pada harta banyak, dan dengan demikian akan hilang dari dirinya kesusahan terhadap kepentingan dunia. Dan bila ia bermaksud untuk memotong syahwatnya, maka ia telah memangkas keinginannya sendiri, dan meninggalkan syahwatnya.
Dan untuk menghilangkan nafsu makan yang rakus dan membiasakan lapar Imâm al-Ghazâlî memberikan metode yang mungkin sebagian besar manusia merasa sulit untuk berlatih membiasakan diri berlapar-lapar serta merasa kesulitan untuk meninggalkan kecenderungan berkenyang-kenyang lantaran sudah menjadi kebiasaan.
Menurut beliau itu mudah, bila betul-betul ada niatan untuk mengubah pola hidup secara bertahap. Mula-mula dengan cara mengurangi porsi menu makanan perhari satu suap atau sepotong (roti), dalam sebulan akan terasa pengaruhnya, sementara sedikit makan segera menjadi kebiasaan. Dan bila anda berkeinginan untuk membiasakan lapar dan sedikit makan, perlu melihat waktu, kadar dan jenisnya. Kadar makanan itu terbagi menjadi tiga tingkatan:
a) Tingkatan Para Shidiqîn, yang makan sekedar untuk bisa berdiri, suatu kadar yang dikhawatirkan bisa mengurangi daya tahan (hidup) dan perkembangan akal.
b) Tingkatan orang yang makan 1 mud (3 ons) atau sekitar sepertiga isi perut (lambung) dalam sehari.
c) Tingkat komsumsi lebih dari dari 1 mud atau lebih setiap hari sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan orang pada umumnya. Tentunya yang terakhir ini berbelok dari tradisi orang yang pergi menempuh jalan Allah Swt.
Sementar kadar yang memiliki pengaruh, berbeda-beda menurut pribadi masing-masing. Prinsipnya, seseorang menjulurkan tangannya pada makanan, apabila benar-benar lapar. Jika sudah cukup, dia tidak menoleh ke makanan. Tanda-tanda lapar, apabila seseorang sangat berselera makan walaupun tanpa ada lauknya. Sebaliknya, jika tidak berselera berarti masih tergolong kenyang. Adapun waktu atau lamanya lapar dapat dibagi dalam tiga tingkatan:
a) Tingkatan tertinggi, mampu menahan lapar selama tiga hari atau lebih.
b) Tingkatan pertengahan, yaitu menahan lapar dalam tempo dua hari.
c) Tingkatan terendah, yaitu hanya makan sekali sehari. Sebab, barang siapa makan dua kali sehari, tidak mungkin merasakan lapar, berarti dia telah meninggalkan keutamaan lapar.
Sedangkan jenis makanan yang perlu diperhatikan dalam upaya melatih diri untuk mampu menahan lapar setiap saat adalah, jangan sampai mengonsumsi berlebihan jenis makanan yang berlauk dan berbumbu hukumnya makruh, dan dengan demikian seseorang tidak akan pernah merasakan lapar.
Umar bin Khattab r.a. selalu berpesan kepada putrannya sebagimana yang dikutip oleh Imâm al-Ghazâlî, bahwa:“Hendaklah engkau makan roti dan daging sesekali, dan sesekali makan roti yang diolesi minyak samin, pada kesempatan lain roti dan susu, dapat pula roti dengan garam, dan sekali waktu makan roti tawar!”
Nasihat tersebut mengingatkan makan yang terbaik bagi adat kebiasaan. Sedangkan para penempuh, telah meninggalkan lauk-pauk, bahkan mengekang nafsu syahwatnya. Bahkan ada yang mengekang selera makannya selama sepuluh hingga dua puluh tahun. Ia, senantiasa melawan selera nafsunya.
20 Agustus 2016 pukul 16.58
SUDAH BOSEN DENGAN GAME ONLINE ITU-ITU SAJA DAN MASIH BELUM MENDAPATKAN GAME ONLINE BARU LAGI??
JIKA BELUM MENDAPATKAN GAME BARU YANG ANDA CARI MARI BERGABUNG SEKARANG JUGA BERSAMA INDOMONOPOLY GAME SATU-SATU NYA TERBARU YANG MENGGUNAKAN UANG ASLI INDONESIA..
AYOO JADILAH JUTAWAN PERTAMA DI INDOMONOPOLY SEKARANG JUGA..
-DEPOSIT 20.000
-WITHDRAW 50.000
-REFERRAL 50% + ACCESSORIES 7HARI (syarat ketentuan berlaku)
- CASHBACK 10% (setiap minggunya)
UNTUK KETERANGAN LEBIH LANJUT SILAHKAN HUBUNGI TEAM LIVECHAT KAMI RAMAH SIAP MELAYANI CHAT ANDA 24JAM..
DAN DI BACA ARTICEL-ARTICEL MENARIK NYA YA:
http://idrmonopolyindo.blogspot.com
BBM Pin : 5649B320
Line : hermilyrostan