Menurut Imâm al-Ghazâlî kebiasaan berbicara kotor harus segera dihentikan, karena sangat berpengaruh terhadap hati. Secara khusus, lisan merupakan proyektor hati. Setiap kata yang terucap akan membekas di dalam hati dan akan tergores di dalam benaknya. Karenanya, bila lisan berkata dusta, akan terjelma gambaran dusta di hati, dan dengan demikian hati pun akhirnya berkecenderungan melakukan penyimpangan. Demikian pula bila lisan mengobral kata yang tidak berguna, hati pun menjadi pekat dan akhirnya mematikan hati.
Tidak mengherankan bila Rasulullah sangat memperhatikan perkara lisan ini. Dalam beberapa hadits beliau bersabda, “Barangsiapa menjaminkan kepadaku dengan menjaga lisan dan kemaluannya, maka aku akan menjaminnya masuk surga.”
Dan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imâm Tirmidzî dari Ibn ‘Umar:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي.
“Dari Ibn ‘Umar berkata. Rasulullah Saw. bersabda: “Janganlah kalian berbanyak kata selain dzikrullâh. Sesungguhnya hal itu akan menjadikan kerasnya hati. Dan manusia yang paling jauh dari Allah adalah pemilik hati yang keras. (H.R. Tirmidzî).
Sebenarnya bencana dan penyakit lisan itu ada dua puluh, sebagaimana yang terdapat dalam kitab al-Ihyâ’, Bab “Penyakit Lisan”. Namun panjang uraiannya dan pada intinya dapat dirangkum dalam ayat berikut ini:
لاَ خَيْرَ فِي كَثِيْرِ مِنْ نَجْوَاهُمْ اِلاَّ مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ. (النساء: ۱٤٤)
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisik mereka, kecuali bisik-bisik dari orang yang menyuruh memberi sedekah atau berbuat ma’ruf”. (Q.S. al-Nisâ’: 114).
Maksudnya, seseorang itu dianjurkan bicara kalau bicaranya itu mempunyai arti bagi dirinya. Dengan membatasi bicara yang penting dan berarti saja maka itu akan dapat menyelematkannya dari siksa api neraka. Batasan bicara yang tidak berarti, apabila pembicaraan itu ditinggalkan, maka tidak menghilangkan pahala, dan tidak membuatnya bahaya. Dan di antara penyakit lisan itu adalah dusta, menggunjing, berdebat secara konfrontatif, senda gurau dan pujian.
Posting Komentar